Jumat, 30 April 2010. Hari ini adalah hari kedua perjalanan saya ke Amerika, setelah di hari pertama sempat bermalam di Hong Kong. Setelah sempat meluruskan pinggang dengan tidur lelap, pagi hari saya bangun dengan keadaan segar, walaupun masih tersisa rasa penat diseluruh badan. Itu sebabnya saya meneruskan beristirahat saja sampai dekat tengah hari.
Siang itu setelah membereskan sedikit barang-barang dari koper ke almari yang ada di kamar hotel, saya pun keluar untuk mencari tempat makan siang disekitar Hotel. Karena Hotel tempat saya bermalam berlokasi dipusat kota, maka tidak terlalu sulit untuk mendapatkan pilihan tempat untuk makan siang. Tidak begitu jauh ternyata ada sebuah restoran Jepang yang bernama “Dojima Ann”, masih terletak di O’Farrel street, lokasi yang sama dari hotel tempat saya bermalam. Saya pun masuk ke Restoran itu dan menikmati makanan Jepang sebagai menu makan siang pertama saya di San Fransisco. Cuaca yang relatif dingin, walaupun siang itu matahari bersinar terang benderang, namun tetap saja udara terasa dingin. Dingin ini semakin terasa bila sesekali angin bertiup kencang. Dengan demikian terasa agak aneh juga di panas yang kelihatan terik itu saya mengenakan Jaket yang tebal dan topi untuk menangkal hawa dingin.
Didalam Restoran, yang tidak begitu besar, saya menikmati “chicken teriyaki” set menu. Sama saja, paling tidak mirip-mirip lah rasa masakan Jepang dihampir semua tempat yang saya pernah coba. Tetamu lain disitu terlihat sebagian besar memang orang asia, tetapi terlihat juga orang-orang bule yang kelihatannya sangat fanatik dengan masakan Jepang.
Keberadaan saya di San Fransisco ini adalah yang kedua kali, setelah kunjungan pertama di tahun 2005 yang lalu. Agak berbeda dengan kunjungan yang pertama yang saya tempuh dengan langsung ke San Fransisco, kali ini saya sempat singgah terlebih dahulu di Hong Kong. Setelah selama satu hari di Hong Kong, saya menyaksikan atau melihat International Airport yang relatif baru, menuju Kow Loon menggunakan Kereta Api yang juga terlihat masih baru dan bersih sekali. Tinggal di Butik Hotel yang masih “mengkilap”, terletak di kompleks pertokoan baru dengan lampu-lampu yang terang benderang. Itu semua menyebabkan saya terpesona dan teringat dengan banyak tulisan-tulisan 5 – 10 tahun terakhir yang menyebutkan bahwa “nanti” nya, kawasan Pasifik akan berubah menjadi kawasan yang lebih “modern” dan lebih maju menggantikan Amerika dan Eropa.
Membandingkan secara sekilas saja, maka prediksi atau ramalan bahwa kawasan pasifik akan menjadi maju, sudah terlihat, paling tidak gejala-gejalanya. Begitu mendaratkan kaki di International Airport San Fransisco, jelas terlihat, walaupun masih tetap megah, akan tetapi sudah kalah “kinclong” dengan International Airport Hong Kong. Demikian pula dengan keberadaan gedung-gedung nya serta jalan raya yang sudah kelihatan “kusam” dibanding dengan gedung-gedung baru dan jalan-jalan raya yang masih terlihat “mengkilap” dikawasan Hong Kong dan Kow Loon.
Namun Amerika ternyata masihlah tetap Amerika. Bila melihat dijalan-jalan raya, masih terlihat jajaran mobil-mobil besar dan mewah yang berseliweran. Limousine Long Body, Hummer dan beberapa mobil mewah lainnya, serta sesekali terlihat “porche” Panamera, sedan sport pertama yang berpintu empat, masih terlihat memunculkan kesan bahwa kita tengah berada di Amerika Serikat, negara sang super power. Super Power yang kini tengah dilanda “resesi ekonomi”.
Selesai santap siang di restoran Jepang, saya berjalan sedikit disekitar Hotel, kemudian kembali untuk melanjutkan istirahat menjaga kondisi setalah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.
Tidak terasa hari telah menjelang petang, sementara kerabat saya berjanji akan menjemput jam 1900 waktu setempat untuk makan bersama di satu restoran terkenal dengan sajian yang khas , dengan menu unggulannya aneka “beefsteak”. Restoran ini adalah terletak tidak begitu jauh dari Hotel, namun karena system traffic jalan raya (satu arah dan dua arah) yang diatur sedemikian rupa, sehingga dengan mobil akan terasa agak jauh juga.
Restoran dimaksud adalah restoran “Le Colonial”, sebuah retoran Perancis-Vietnam yang memang lokasinya tidak jauh dari “Union Square” pusat kota San Fransisco. Kategori tempat makan malam ini adalah “restaurant” yang dilengkapi dengan “Bars and Clubs”, serta juga Lounges dan Banquet Rooms. Dinamakan Le Colonial, mungkin saja karena restoran ini memang menampilkan nuansa Perancis di daerah koloninya, dalam hal ini Vietnam. Kesan yang ingin ditampilkan memang berusaha memadukan Perancis dengan Vietnam. Tidak juga berlebihan dengan dekorasi dan interior design yang demikian indahnya, maka kerap Le Colonial San Fransisco disebut pula sebagai lokasi untuk : “Romantic Dining”.
Bagi orang Vietnam dan juga mereka yang benar-benar menghayati makanan Vietnam, dipastikan tempat ini bukanlah lokasi yang tepat. Memadukan resep makan Vietnam dengan Perancis adalah usaha yang hampir mustahil untuk dapat menghasilkan rasa yang benar-benar “enak”. Akan tetapi bagi mereka yang tidak terbelengu dengan resep “asli” dari hidangan Vietnam tradisional dan juga tidak begitu fanatik dengan “rasa” genuine resep makanan Perancis, maka hidangan restoran ini cukup “mendatangkan selera”. Beberapa menu unggulan di restoran ini adalah the duck rolls, vegetarian main courses, the beef in a banana leaf, dan beberapa hidangan tambahan atau side dishes,
Suasana dan dekorasi serta susunan tempat duduk ditambah pula dengan desain interior yang “kuno”, mirip gedung-gedung Belanda jaman dahulu di Jakarta, ternyata menambah “gairah” kita dalam bersantap malam di restoran ini. Lingkungan terasa hangat dan nyaman sekali.
Bagi saya , semua hidangan yang saya santap malam itu, “enak” sekali. Agak kurang jelas sebabnya, apakah memang karena sudah lapar, ataukah memang saya sudah lama tidak menikmati hidangan “ala-barat” dalam nuansa “fine-dining” yang setengah formil itu.
Restoran ini dikenal oleh banyak orang di San Fransisco, selain hidangannya yang memang istimewa, akan tetapi sekaligus juga dikenal sebagai rerstoran yang rada “mahal”. Beberapa pelanggan bahkan menggunakan istilah yang lebih serem yaitu “over priced”. Sekedar contoh saja, saya hitung-hitung dengan memilih menu yang masuk dalam kategori “cheap” saja, maka indeks per orang untuk sekali makan malam disini akan berkisar antara 50 hingga 75 US dollar, atau sekitar 450.000 sampai dengan 675.000 rupiah per orang. Ditambahkan pula catatan bahwa “nggak apa-apalah” mahal sedikit karena “you pay for the beautiful surroundings”. Sekali lagi, memang suasana , dan atau nuansa restoran Le Colonial sangatlah “menyenangkan”, serasa anda tidak sedang berada di San Fransisco atau tempat lain manapun di Amerika. Jangan lupa, untuk makan disini anda agak sulit untuk bisa dilayani tanpa melakukan “reservation in advance” alias pesan tempat terlebih dahulu. Hal ini berkait dengan begitu banyaknya peminat terutama untuk makan malam di Le Colonial.
Walaupun tersedia tempat parkir yang rada luas disamping Restoran, kita harus hati-hati untuk menanyakan terlebih dahulu tentang biaya parkir dan atau pelayanan valet ditempat tersebut. Kekeliruan dan atau salah pengertian bisa berakibat kita harus membayar mahal sekali untuk parkir mobil. Tidak seperti di Indonesia , bila kita makan di Restoran dan Restoran tersebut menyediakan tempat parkir, maka kita akan dapat parkir gratis, harus dibuang jauh-jauh pemikiran ini. Salah satu item yang mahal sekali di San Fransisco adalah “parkir mobil”. Sekedar contoh saja, ketika kami parkir untuk hanya lebih kurang dua setengah jam, maka kita harus membayar tidak kurang dari 12 US dollar. Bayangkan, dengan kurs 9000 rupiah saja, maka itu akan berarti kita membayar 108 ribu rupiah, hanya untuk parkir.
Setelah “main course” yang lezat dan kemudian ditutup dengan hidangan akhir yang cukup istimewa, maka lengkaplah ritual makan malam pertama di Amerika Serikat malam itu.
(bersambung)
Jakarta 22 Mei 2010
Chappy Hakim