Hari ini tanggal 12 Agustus 2009. Tanggal 12 Agustus adalah hari lahir dari Tascha Liudmila, anak kesayangan saya. Selamat ulang tahun ya Ca !
Sukur alhamdullillah, dia sudah bergelar MSc dan saat ini bekerja sebagai reporter sekaligus presenter di Metro TV. Dengan Suaminya, Oky, dia telah menghadiahi saya dan isteri seorang cucu, Cleantha. Seorang anak perempuan cantik yang 2 bulan lagi akan genap berumur 1 tahun. Seorang perempuan cantik yang seolah memenuhi setiap tarikan napas dari saya dan isteri disepanjang hari mulai dari sejak kehadirannya didunia ini.
Tidak terasa, waktu memang begitu cepat berlalu, semakin hari bahkan terasa semakin cepat.
Hari Sabtu yang lalu, pagi hari, saya melayat teman di Halim. Dia meninggal dunia dengan tenang setelah mendapat serangan jantung. Dari rumah teman itu, saya dan isteri menuju rumah sakit Mitra Keluarga di jatinegara untuk menengok teman yang lain, yang beberapa hari lalu mendapatkan serangan jantung juga. Dia baru saja pindah dari ruang ICCU ke ruang perawatan biasa di lantai 6 rumah sakit. Keduanya adalah teman , yang ditahun 1968 bersama-sama masuk Akabri Udara, berarti 41 tahun yang lalu.
Jauh sebelum itu, di tahun 1960 an, saya masih ingat, kakak saya yang baru lulus SMA bergurau dengan teman-temannya, mengatakan, sampai ketemu lagi ya, 20 tahun mendatang dengan anak dan isteri masing-masing di bawah tugu Monas!
Sebuah gurauan, yang membuat saya berpikir, apakah benar nanti setelah 20 tahun lulus SMA maka kita akan memiliki kehidupan dengan isteri dan anak ? Tidak ada seorangpun yang tahu, apa yang akan terjadi esok pagi !
Setelah itu, selalu ada saja yang membuat saya berpikir tentang kehidupan dan arti hidup. Saya punya beberapa teman akrab yang selalu bertemu secara berkala. Pertemuan-pertemuan berkala itu kemudian muncul kembali dengan kenangan tentang apa-apa yang pernah kita bicarakan bersama.
Begitu lulus SMA di tahun 1966, ditengah gejolaknya Jakarta dalam gelombang demonstrasi-demonstrasi pasca G 30 S PKI, saya mulai terpisah dengan teman-teman akrab di SMA dan juga teman-teman dekat lainnya. Sebagai gantinya , saya pun memperoleh lingkungan dan teman-teman baru, yang sama sekali tidak memutuskan hubungan dengan teman-teman lama saya. Perkembangan karier dan perjalanan waktu telah memberi ruang dan teman yang lebih luas dan lebih banyak lagi.
Beberapa waktu setelah itu, pada pertemuan-pertemuan rutin, pembicaraan pun berkembang pada pembicaraan yang membahas tentang teman-teman yang sudah berhasil lulus. Si A sudah jadi Insinyur, si B sudah diwisuda sebagai dokter, si C kuliahnya gagal dan sekarang bekerja di perusahaan X dan seterusnya.
Pertemuan demi pertemuan bergulir dengan topik yang selalu saja berubah dan berkembang. Si A sudah nikah, si B baru bertunangan. Berikutnya berkembang lagi dengan si A sudah punya anak laki, si B sudah punya anak 2 dan seterusnya.
Waktu bergulir, pembicaraan berubah pula dengan kabar-kabar seperti si A akan mantu, si B anaknya sudah bekerja disana dan sudah akan menikah bulan depan dan seterusnya.
Berikutnya lagi, tiba-tiba kita sudah terkaget-kaget, karena topik omongan sudah lebih maju lagi, yaitu si A sudah Pensiun dan si B sudah momong cucu, si C sedang sakit, si D meninggal dunia dan seterusnya.
Waktu bergulir lagi, saat yang begitu indah yaitu “secara berkala bertemu teman dekat” sudah mulai jarang terjadi. Semua karena kesibukan masing-masing dan juga sekaligus situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing sudah pula berubah polanya. Sementara anak-anak pun telah beranjak dewasa, dan sudah mulai pula ada yang berumah tangga, bahkan cucu pun sudah muncul hadir dalam kehidupan keluarga.
Pertemuan dengan teman-teman, kemudian hanya dapat dilakukan di beberapa pesta perkawinan, di rumah sakit tempat besuk teman yang sedang dirawat dan juga di kuburan saat melayat teman yang meninggal dunia. Disisi lain, sesekali bertemu juga dengan beberapa kerabat dekat pada kesempatan lahirnya sang cucu, selamatan “kekah” nya dan beberapa kegiatan sejenis lainnya.
Hal lainnya lagi, adalah saat bertemu teman-teman lama, yang hanya sesekali saja dalam satu tahun, saya dan isteri sering mengatakan, kasihan ya si A sudah kelihatan tua, kasihan ya si B sudah kelihatan seperti nenek-nenek. Tanpa disadari sebenarnya, bahwa mungkin saja beberapa teman yang baru saja bertemu justru yang menyatakan keprihatinannya melihat saya dan isteri yang sudah kelihatan “menua” alias sudah terlihat seperti kakek-kakek dan nenek-nenek. Sesuatu yang sebenarnya sangat alamiah sifatnya.
Faktanya, memang beberapa teman sudah ada yang berkursi roda, ada yang menggunakan tongkat dan ada pula yang masih “still going steady”, awet muda, atau……. awet tua barangkali !
Apapun, semua itu adalah “sebuah kehidupan” yang akan tetap berjalan dengan konsisten menempuh perjalanan waktu tanpa dapat kita hentikan, apalagi ingin diputar balik. “time goes by” dan “time can do so much”.
Terkadang, saya larut dalam lamunan menerawang misteri hidup ini. Apa sebenarnya yang dicari dalam kehidupan ini. Dalam beberapa sesi pengajian yang kerap saya ikuti, ada satu hal yang tertanam dalam dihati. Sebagai pemeluk Agama Islam, beberapa ustadz yang selalu memberikan ceramah dan juga memandu membaca Quran bagi saya dan teman-teman, sesekali mengatakan bahwa bagi umat Islam, hanya akan ada tiga hal saja yang dapat dibawa mati. Pertama adalah , amal jariyah, yang kedua , ilmu yang bermanfaat dan yang ketiga, do’a anak anak yang saleh.
Nah, dari ketiga hal itu tentu saja kemudian menjadi jelas , apa yang seharusnya kita kerjakan didunia yang fana ini. Kematian, bukanlah sesuatu yang menyedihkan, walaupun kenyataannya demikian terutama bagi keluarga yang ditinggalkan. Professor Doktor Komaruddin Hidayat, pernah berceramah, di rumah saya, dengan mengatakan, bahwa kematian adalah proses kembali atau pulangnya seseorang. Karena katanya, kehidupan di dunia ini adalah laksana suatu perjalanan. Perjalanan, seperti apapun ujudnya, pastilah akan berakhir dengan apa yang dikenal dengan istilah “kembali” atau “pulang”.
Apa yang akan atau seharusnya kita semua perbuat, dalam mengisi hidup ini, kiranya bagi orang yang beriman, bagi orang muslim, semua menjadi jelas, menjadi “Loud and Clear”, menjadi “Crystal” , bening, yaitu menjaga kualitas hidup, agar nantinya kita dapat memenuhi tiga hal tadi : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak anak yang saleh. Sederhana tampaknya, namun tidak selalu mudah untuk dapat dilakukan.
Semoga Tuhan YME , Allah Swt, selalu dan senantiasa membimbing dan melindungi kita semua, amin.
Sekali lagi, selamat ulang tahun ya Ca ! Jangan lupa Shollat. Jaga kesehatan, sukses selalu ya !Pelihara hubungan baik yang harmonis dengan suami dan anak serta teman dan kerabat semua. Peluk Cium dan Doa ayah selalu.
( teriring salam hormat untuk orang-orang yang sangat kucintai dalam hidup ini : isteri, anak-anak, menantu, cucu, kakak dan adik-adik serta kerabat, teman dan handai taulan semua)
12 Comments
Assalam mualaikum bungChappy, membaca tulisan diatas saya jadi teringat sewaktu masih disekolah rakyat. lima puluhan th yg lalu ,rasanya kita pernah satu sekolah , dan yang pasti saya pernah satu kelas dengan Bachrul Hakim dan Adi Teruna tetangga di Segara IV. saya banyak membaca tulisan bung terutama mengenai Jakarta tempo . Selamat atas hadirnya cucu pertama dan salam u-keluarga serta Bachrul H. wassalam, Rusli (anak Petojo Binatu)
Bung Rusli, benar sekali, kakak saya sudah jawab tuh di blog kompasiana. Mudah-mudahan Adi Teruna juga baca, biasanya dia suka baca-baca juga. Salam, CH.
Terimakasih pak Rusli !, salam sudah disampaikan kepada Bachrul, dan dia sudah tulis jawaban di kompasiana.com
Salam luar biasa Pak Chappy. Tanpa di rencanakan, saya membaca blog Bapak, dan luar biasa, pengalaman yang begiut indah yang Bapak dan keluarga alami. Demikian juga, saya memperhatikan putri Bapak, yang menjadi anchor di Metro TV, sangat percaya diri dan sangat komunikatif serta low profile. . Harapan saya selalu, semoga sehat selalu dan dilimpahkan berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada Bapak dan keluarga besar. Hans S. Mandalas, Dosen, Ketua YPM, Promoter 27x seminar international ( sejak 1990 ), Jkt, KL, Manila
Makasih banyak Pak Hans ! Salam Hormat !
ass w.
salam kenal pak…..
banyak nilai tambah membaca blog bapak….semoga jadi amal bagi bapak.
wass
fahrizal
Alhamdullillah, terimakasih. Wassalam. CH
Salam kenal & hangat umtuk Pak Chappy.
saya membaca artikel dan mengikuti twiiter Bapak. sungguh tulisan yang bermakna dan bermanfaat untuk kami yang awam akan pengetahuan kedirgantaraan. Dimana objek tersebut belum banyak di share/dibagi oleh pendahulu. semoga ilmu tersebut bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal bagi Bapak. amin.
terima kasih.
wassalam
Sederhana namun mendalam 🙂
Tulisan yang sangat menyentuh, Pak. Terutama pada bagian kematian. Hidup memang pendek. Harus menanam kebaikan sebanyak-banyaknya, agar saat ajal menjemput, bisa jadi amal jariyah. Memompakan amal ibadah yang tiada henti layaknya investasi.
Assalamualaikum, Pak Chappy, tetima kasih banyak atas ilmu yg bapak bagi via tv stiap kttg penerbangan di Indonesia. Salut jg dg segala pencapaian bapak namun tetap membumi dan tetap menjadikan keluarga, kerabat, teman memiliki arti penting dlm hidup Bapak. Sangat mengingatkan kita arti penting silaturahim, yg membuat hidup menjadi normal…Terima kasih atas tulisan2 bapak ( dan Budiman Hakim), semiga semua apa yg bapak lakukan menjadi ladang ibadah u Bapak… Tuk Sangu saat Pulang Nanti… Stay Healthy, stay young, stay tune.. Ya pak… N titip Freeport tuk sebesar2 kemakmuran rakyat Indonesia yg paling rentan ya, Pak. Salam Hormat selalu
Terimakasih, Amin YRA
Saya sdh tdk ada hub lagi dg Freeport
Salam Sehat