Pak Rilo Pambudi, Marsekal TNI Purnawirawan, Kepala Staf Angkatan Udara tahun 1993 sampai dengan 1996, hari ini 29 Desember 2024 merayakan hari ulang tahun ke 82. Saya di undang menghadiri perayaannya di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Pak Rilo demikian saya biasa memanggilnya adalah lulusan AAU tahun 1965, enam tahun lebih senior dari saya. Sebagai senior Pak Rilo adalah salah satu senior yang selalu tampil bersahabat dengan para yuniornya. Selain Pak Saleh Basarah yang lulusan sekolah Pilot TALOA, California AS tahun 1951, pak Rilo adalah juga senior, mentor dan guru sekaligus sahabat saya.
Bermula ketemu pak Rilo Pambudi sebagai Flight Instructor di Sekolah Penerbang Jogyakarta tahun 1972 dan kemudian menjadi Perwira Staff beliau ketika Pak Rilo menjabat Direktur Operasi dan Latihan Angkatan Udara (Diropslatau). Saat itulah saya banyak belajar dari Pak Rilo tentang likaliku mengelola operasi dan latihan di Angkatan Udara termasuk dan terutama dalam mengelola latihan kerjasama operasi dan latihan dengan Angkatan Udara negara ASEAN, Australia dan beberapa negara sahabat antara lain United States Air Force (USAF).
Ditengah kesibukan yang sangat luar biasa itulah saya terpaksa harus belajar mengetik menggunakan computer agar semua pekerjaan dapat diselesaikan sesuai “deadline”. Sebagaimana pada umumnya seluruh Angkatan Udara di dunia, maka unit yang paling sibuk antara lain adalah Direkotorat Operasi dan Latihan di Markas Besar Angkatan Udara. Disitu saya banyak belajar dari Diropslatau Marsma Rilo Pambudi. Selepas menjabat Diropslatau, Pak Rilo sempat menjabat Asisten Operasi KSAU dan kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Udara dengan pangkat Marsekal pada tahun 1993.
Pada pertemuan siang hari itu saya sempat berjumpa kembali dengan pak Rudy Taran instruktur saya lulusan sekolah Pilot Cekoslovakia kelas 1963, ketika itu belum ada AAU. Beliau adalah guru saya ketika fase advance sekolah penerbang (sekbang Angkatan 18) AU di Madiun menggunakan pesawat latih Jet L-29. Saya sebagai siswa Sekbang dengan nilai pas pasan pada fase primary dan basic training dan bahkan nyaris di grounded, berhasil mencapai peringkat “papan atas” ketika menempuh fase advance training. Hal itu berkat antara lain jasa Pak Rudy Taran sebagai pilot instruktur yang termasuk langka karena kerendahan hatinya serta sikap yang sangat bersahabat dengan siswanya.
Berikutnya saya berjumpa pula dengan Pak FX Soejitno AAU kelas 1965, penerbang tempur dengan tongkrongan ideal bersosok badan tinggi gagah, keren dan nyaris terkesan “sombong”. Ketika saya menjabat sebagai Komandan Wing Taruna AAU pada tahun 1992 beliau menjabat sebagai Wakil Gubernur. Walau pak Soejitno kelihatan “galak” dan memang kadang kadang “galak” juga, namun beliau adalah penyelamat karier saya di Angkatan Udara. Beliau memanggil ketika saya tengah terkatung katung nun jauh di sana, di luar Jawa untuk dipercaya bertugas sebagai Komandan Pangkalan Sulaiman Bandung, sebuah jabatan bergengsi pada strata pangkat Kolonel ketika itu. Saya memang cukup akrab dengan beliau antara lain karena isteri Pak Soejitno adalah “Anak Benhill” berdekatan dengan rumah saya.
Di Siang hari yang menyenangkan itu saya juga berjumpa dengan Pak Sutria Tubagus KSAU yang menggantikan pak Rilo Pambudi. Saya tidak akan pernah lupa dengan beliau karena selain pernah menjadi instruktur saya sebagai Pilot Hercules, pak Sutria adalah Senior saya yang sangat berperan dalam membina dan mengantar saya hingga jenjang paling tinggi di Angkatan Udara sebagai KSAU dengan pangkat Marsekal.
Bermula dari panggilan khusus beliau saat KSAU ketika saya menjabat Komandan Lanud di Bandung untuk di percaya menduduki jabatan Diropslatau. Jabatan yang beberapa tahun sebelumnya dijabat Pak Rilo Pambudi. Dalam jabatan Diropslatau saya pernah ditugaskan oleh KSAU Marsekal Sutria untuk bergabung dengan tim di Kemlu yang sedang mempersiapkan bahan untuk Kongres Internasional di Luar Negeri yang akan membahas tentang hukum udara dalam kaitannya dengan hubungan antar bangsa berkait kedaulatan negara di udara yang menjadi tugas pokok Angkatan Udara.
Pada titik itulah saya menyadari dangkalnya pengetahuan saya dan mulai berguru kepada Prof Dr Priyatna Abdurrasjid Staff Ahli KSAU sekaligus tokoh pendiri jurusan Air & Space Law di UNPAD tahun 1964 dan merupakan yang pertama di Asia. Berkat jasa Pak Sutria dan bimbingan Prof Priyatna saya menimba banyak ilmu tentang Air & Space Law berkait tugas pokok AU dalam menjaga kedaulatan negara di udara. Tahun 2014 saat memperingati 50 tahun jurusan Air & Space Law di Unpad saya memperoleh kehormatan luas biasa di undang sebagai salah satu pembicara dalam arena bergengsi International Conference on Air and Space Law diantara pembicara lainnya dari Indonesia, Singapura dan Belanda.
Demikianlah pada siang hari Minggu yang cerah tanggal 29 Desember 2024 di Kebayoran Baru Atas Undangan hari Ulang Tahun Pak Rilo saya berjumpa kembali dengan beberapa senior yang sangat berjasa dalam lika liku perjalanan karier saya di Angkatan Udara. Saya berjumpa Pak Rudy Taran, Pak Soejitno, Pak Sutria dan tentu saja Pak Rilo Pambudi. Terimakasih banyak untuk semuanya, terutama tuan rumah acara Pak Rilo dan ibu beserta keluarga dan sekali lagi Selamat Ulang tahun – Salam Sehat dan Salam Hormat – Chappy Hakim dan isteri.
Jakarta 29 Desember 2024
Chappy Hakim -Pusat Studi Air Power Indonesia