Hubungan Indonesia dengan Malaysia , mungkin lebih banyak diwarnai dengan hal yang negatif dibanding dengan masalah yang postitif. Terutama sekali bila kita mengamatinya pada arus pemberitaan di berbagai media.
Berita-berita tentang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia misalnya, dapat dikatakan hampir setiap hari muncul dengan format yang sangat tidak bersahabat isinya.
Sebuah pertanyaan besar menjadi wajar bermunculan, mengapa TKI kita yang dalam pemberitaan disebut sebagai obyek dan “korban” atau pihak yang dirugikan, di sisi lain terus mengalir dari Indonesia ke Malaysia dan tidak pernah terlihat berhenti atau berkurang.
Jawaban yang samar-samar terlihat adalah urusan TKI di Malaysia pada dasarnya “sangat dibutuhkan” oleh kedua pihak yaitu Indonesia dan Malaysia.
Banyak orang Indonesia membutuhkan pekerjaan yang di Indonesia sendiri kondisinya kurang menjanjikan, sementara di Malaysia banyak peluang kerja bagi TKI untuk dapat berkiprah di sana.
Dari sekian banyak berita yang menggambarkan betapa sengsaranya para TKI di Malaysia, dipastikan kedua pemerintah pada dasarnya tetap secara rutin berusaha mencari cara-cara terbaik dalam upaya menyelesaikan masalah ini.
Pembicaraan pejabat pemerintah kedua Negara dari bidang yang terkait sudah sering terdengar, namun yang sangat disayangkan adalah pemberitaan “negatif” tentang TKI tetap saja mengalir dari waktu ke waktu.
Berita paling mutakhir adalah yang muncul pada tanggal 25 Mei 2016, tentang Pemerintah Kerajaan Malaysia yang mengusir lagi 69 TKI illegal yang bekerja di negeri Sabah melalui Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Utara.
Upaya yang dilakukan kedua pemerintah adalah mengusahakan agar pengelolaan TKI yang mencari nafkah ke Malaysia dapat diorganisir dengan baik sesuai aturan yang berlaku bagi kedua Negara.
Upaya yang kelihatannya sederhana ini ternyata memang tidak sesederhana kenyataan yang kerap dihadapi di lapangan.
Akhirnya beberapa upaya yang telah dilakukan, baik oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun yang dikerjakan bersama dengan pihak Malaysia, terlihat masih belum menghasilkan sesuatu pencapaian yang memuaskan bagi kedua pihak.
Pada bulan Maret tahun 2016 yang lalu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Marsekal Purnawirawan Herman Prayitno, bersama dengan Rombongan Felda Global Ventures , BUMN Malaysia yang membidangi kelapa sawit berkesempatan bertandang ke NTB.
Herman Prayitno sebagai penggagas utama dari kunjungan ini mengatakan bahwa tujuan lawatan adalah untuk mempererat hubungan antara Indonesia dengan Malaysia melalui silaturahmi antara pihak perusahaan tenaga kerja Malaysia dengan keluarga pekerja di NTB, serta masyarakat setempat.
Acara silaturahmi itu juga dirangkai dengan kegiatan penyerahan zakat dari Felda Global Ventures kepada 3 pondok pesantren di Lombok. Di samping itu dilakukan pula penyerahan santunan kepada 18 keluarga TKI NTB yang bekerja di Malaysia sekaligus penyerahan asuransi kematian luar negeri untuk para keluarga besar TKI.
Seperti diketahui bersama bahwa NTB adalah salah satu pemasok TKI yang bekerja di Malaysia. Kesempatan tersebut digunakan oleh Dubes Herman Prayitno beserta rombongan untuk juga bersilaturahmi dengan Gubernur NTB TGH Zainul Majdi dan keluarga Tenaga Kerja Indonesia asal NTB yang bekerja di Malaysia bertempat di Gedung Graha Bakti Praja Kantor Gubernuran NTB.
Sebuah momentum yang sangat bersahabat dan manusiawi yang menjadi bagian utuh dari upaya mencari solusi terbaik dari keberadaan TKI di Malaysia.
Pada kesempatan itu, Gubernur sangat berharap warga NTB yang bekerja di Malaysia dibina sebaik-baiknya, diberi haknya dan diperlakukan seperti keluarga sendiri.
Harapan-harapan tersebut dilontarkan Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Dr. TGH. M Zainul Majdi terutama kepada Duta Besar Malaysia untuk RI Dato Seri Zahrain Mohammed Hasyim dan juga Chief Executive Officer and President Felda Global Venture, Dato Moh Emir Mavani Abdullah langsung di hadapan para keluarga tenaga kerja Indonesia yang hadir pada silaturahmi tersebut.
Gubernnur mengatakan, “Saudara-saudara kita yang bekerja di Malaysia sangat berkontribusi dalam pengembangan ekonomi, baik di Malaysia maupun Indonesia sendiri. Kontribusi ini adalah salah satu contoh yang baik dalam membangun hubungan Indonesia- Malaysia sebagai dua Negara bertetangga”.
Lebih lanjut Gubernur menyampaikan bahwa kunjungan dan silaturahmi ini merupakan salah satu simbol dan ikhtiar dari kedua negara, sebagai peluang dan kesempatan untuk berkolaborasi, bekerjasama, dan saling mengisi.
Ditambahkannya pula bahwa upaya untuk saling memberi kebaikan adalah kewajiban kita sebagai dua negara yang bertetangga. Gubernur berharap semoga hubungan ini bisa terus terjalin dan terjaga senantiasa dengan baik.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur mengajak semua tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Luar negeri, dan tentu saja khususnya yang berada di Malaysia dapat menjadi duta NTB yang baik.
Duta yang baik dalam arti selalu menjalankan segala sesuatu sesuai aturan dan prosedur yang berlaku. “Ikutilah sistem yang ada, dan dapatkanlah izin bekerja sesuai proses yang benar. Segala sesuatu yang diawali dengan niat dan cara yang baik InsyaAllah pasti akan membawa kebaikan bagi kita semua,” ujarnya.
Yang cukup mencerahkan adalah, pada silaturahmi tersebut Dato Moh Emir Mavani Abdullah menambahkan bahwa pihak FGV ingin mengucapkan terimakasih atas dukungan Gubernur NTB yang masih tetap mempercayakan warganya untuk bekerja pada ladang-ladang FGV di Malaysia dan berharap pula kerjasama ini dapat meluas ke berbagai sektor lain yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan.
Itulah sebuah refleksi dari persahabatan yang tulus, persahabatan yang berjalan melalui pengalaman panjang yang mengiringinya dan proses pembelajaran yang diberikannya.
Semoga berita tentang hal yang tidak dan kurang baik mengenai TKI akan segera berakhir dengan solusi yang dicapai bersama antara Indonesia dan Malaysia.
Mohammad Ali petinju kenamaan seantero jagad pernah berkata bahwa : Friendship is the hardest thing in the world to explain, it’s not something you learn in school. If you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.
Jakarta 12 Juli 2016
Chappy Hakim
Kompas.com
Editor: Wisnubrata