Setelah transit lebih kurang 4 jam di Terminal Hongkong International Airport, tibalah waktu untuk meneruskan perjalanan ke Los Angeles (LA). Masih menggunakan jasa penerbangan Cathay Pacific, dan kali ini dengan nomor penerbangan CX 0880 yang dijadwalkan berangkat pada jam 1205 AM waktu Hongkong bersamaan dengan jam 23.05 wib.
Penerbangan Hongkong – LA yang berjarak 7260 Miles diperkirakan akan ditempuh dalam waktu 13 jam 5 menit seperti tertera dalam e-tiket rencana penerbangan di tanggal 25 Mei 2019. Karena perbedaan waktu setempat, maka pada penerbangan Hongkong – LA ini menjadi agak “janggal” alias sedikit “aneh” karena jadwal penerbangan yang akan bermula dari Hongkong pada tanggal 26 Mei 2019, setelah menempuh jarak selama 13 jam 5 menit, akan tiba di LA pada jam 10.10 PM di tanggal 25 Mei 2019, lucu kan? Akan tetapi itulah realitanya. Melihat ini tentu saja kita akan berpikir kembali tentang teori relativita nya Einstein.
Jarak atau distance versus Kecepatan atau Speed membuat hitungan waktu menjadi relatif. Teringat pula tentang film berjudul “the time machine”, dimana orang bisa berkunjung kembali ke masa lalu atau dapat melihat mengenai apa yang akan terjadi dimasa depan. Kemajuan teknologi secara bertahap namun pasti bergerak menuju “impian-impian” dari masa lalu.
Walau baru hanya dengan perbedaan waktu yang tidak begitu lama, akan tetapi sudah terjadi sebuah perjalanan “sangat unik” dari Hongkong tanggal 26 Mei dan tiba di LA pada tanggal 25 Mei, menarik bukan? Gejala perwujudan menuju realita dari yang selama ini hanya dikenal dalam kisah-kisah fiksi atau science fiction stories.
CX 0880, take off dari Hongkong International Airport agak terlambat sekitar 40 menit dari jadwal yang tertera dalam rencana penerbangan. Hongkong International Airport, sebuah Airport berukuran raksasa dan modern yang dibangun menggantikan International Airport Kai Tak sejak tahun 1998.
Bila pada penerbangan Jakarta ke Hongkong menggunakan pesawat Airbus A 350-1000, maka penerbangan Hongkong ke LA, Cathay Pacific memilih untuk menggunakan kompatiter atau pesawat pesaingnya yaitu pesawat terbang Boeing B 777 – 300 ER .
Pesawat ini dari jenis yang relatif lebih tua usianya dibanding dengan Airbus A 350-1000. Boeing B 777 – 300 ER adalah dari keluarga B-777 yang terbang pertama kali tahun 1994 dan sudah diproduksi lebih dari 1500 pesawat yang tersebar keseluruh dunia. Dilihat dari interior kabinnya dan tentu saja warna cat yang sudah mulai sedikit kusam yang membuatnya tentu saja berbeda dengan interior pesawat baru seperti Airbus A 350-1000.
Penerbangan pada rute ini ditempuh pada ketinggian jelajah 31.000 kaki untuk beberapa saat kemudian menanjak sedikit ke 33.000 dan akhirnya ke 36.000 kaki diatas permukaan rata-rata air laut. Kecepatan pesawat relatif sama yaitu sekitar 552 Knot atau 1022 Km per jam yang setara dengan 635 Mph.
Sebagai muslim yang akan melaksanakan ibadah puasa, berada ditengah perjalanan yang panjang menjadi agak sulit untuk mengelolanya. Dalam hal ini saya memutuskan untuk mengikuti saja dulu hitungan waktu Jakarta alias WIB, Waktu Indonesia bagian Barat.
Sekali lagi ini merupakan sebuah penyesuaian yang agak sulit, namun saya tetap mencoba semaksimal mungkin melanjutkan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Akhirul kata, maka saya melaksanakan sahur pada jam 03.00 wib pada ketinggian 33.000 kaki diatas permukaan laut dalam kabin pesawat terbang yang tengah melesat lebih sedikit dari 1000 km per jam atau tepatnya 1022 km per jam.
Menu yang tersedia juga menjadi tidak mudah untuk dipilih, sehingga saya memutuskan untuk minta buah potong segar dan roti serta coklat panas saja, cukup untuk sahur di hari ke 21 bulan Ramadhan tahun 2019. Beruntung, sang Pramugari dengan sabar dapat melayani ritual sahur on board B 777-300 ER ini, karena ternyata ada juga beberapa orang dalam pesawat yang melaksanakan ibadah puasa seperti kami berdua, saya dan isteri lakukan.
Tidak terasa, waktu telah menunjukkan imsak menjelang jam subuh waktu Indonesia barat. Raungan mesin Jet Turbo Fan yang membakar fuel puluhan ton terdengar walau tidak begitu keras di telinga, namun menenangkan dan menyejukkan hati karena merupakan pertanda penerbangan menempuh ribuan kilometer tengah berlangsung dengan aman. Beberapa kali terasa juga guncangan – turbulence yang terkadang membuat hati ciut saat pesawat menembus cuaca yang kondisinya agak kurang baik.
Walau berpengalaman sebagai Pilot yang sudah terbang hampir kesegala pennjuru dunia dengan ribuan jam terbang, tetap saja saat menjadi penumpang, mengalami turbulence dalam penerbangan , nyali jadi terganggu juga. Sekali lagi mungkin usia yang sudah menjelang dan atau karena tidak berada di kokpit sehingga tidak mengetahui apa yang sebenarnya tengah terjadi dalam rute penerbangan tersebut.
Rasa bosan dalam penerbangan jauh yang memakan waktu lebih dari 10 jam sulit untuk bisa dihindarkan. Walaupun terbang belakangan ini banyak pesawat modern yang sudah dilengkapi dengan wifi tetap saja rasanya tidak seperti di ruang rumah atau kantor.
Kali ini saya tidak memanfaatkan wifi on board yang tersedia, walaupun berbayar sekitar “hanya” 20 US Dollar, karena dalam penerbangan bulan lalu, saat saya mencoba menggunakan wifi on-board, kualitasnya tidak sebagus bila kita menggunakan wifi di darat. Mungkin karena sinyal yang langsung di tangkap dari satelit dan pesawat yang bergerak cepat, konon membuat kualitas sinyal yang dapat diterima menjadi kurang bagus.
Tidak terasa, 2 jam lagi sudah akan mendarat di LA, sekarang jam waktu Jakarta sudah menunjukkan pukul 10.15 wib hari Minggu tanggal 26 Mei 2019. Inilah penerbangan menuju masa lalu, berangkat dari Hongkong pada hari minggu tanggal 26 Mei dan tiba di Los Angeles pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2019. Petualangan dalam proses perkembangan teknologi canggih yang sudah “mampu” untuk membawa kita untuk terbang ke “masa-lalu”. Begining of “The Time Machine” era. Fenomena realisasi dari kisah kisah dalam Science Fiction !