Kemarin tanggal 1 Agustus 2009, benar-benar hari yang membahagiakan saya dan keluarga. Peluncuran buku “cat rambut orang Yahudi” (CROY) berjalan dengan lancar dan sekaligus menyenangkan.
Bermula dari bergabungnya saya untuk menulis di Kompasiana sebagai akibat dipengaruhi oleh Pak Prayitno Ramelan di tahun lalu. Berlanjut kemudian dengan sambutan yang sangat bersahabat dari pengelola “kompasiana”, saudara Pepih, Kandar dan tentu saja Bung Taufik. Terimakasih Pak Pray, Bung Pepih, BungTaufik dan Mas Kandar !
Perkembangan berikutnya, setelah “kecemplung” di dunia maya dengan wadah kompasiana ini, saya bertemu dengan sesuatu yang baru. Baru disini adalah dalam konteks “interaktif”. Semua yang baru, tentu saja membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. “every beginning is difficult” kata orang bule.
Interaktif ini menjadi sesuatu yang menantang, karena disitu kita seketika mengetahui berapa banyak orang yang membaca tulisan yang kita turunkan. Lebih dari itu,kemudian kita akan berhadapan dengan komentar-komentar dari sebagian pembacanya. Hal ini, karena para pembaca, secara garis besar terbagi dua, yaitu mereka yang cukup senang dengan membaca saja, dan mereka yang merasa tidak cukup hanya membaca saja, akan tetapi perlu juga untuk merespon dengan menuliskan komentarnya.
Proses interaktif inilah, yang merupakan “nyawa” nya sebuah blog. Dia menjadi lebih menggairahkan, karena suka atau tidak suka, maka aktifitas tersebut menjadi merambah lebih jauh lagi “kantong” emosi kita. Nah, hal inilah yang sebenarnya kemudian para penulis blog terutama pemula harus men “tune” terlebih dahulu dirinya, agar dapat menjadi bagian yang baik dari blog tempat mereka “beraksi”. Sebagai layaknya seorang pemain musik, yang harus me “nyetem” terlebih dahulu alat musiknya sebelum dapat bermain bersama agar dapat memainkan musik bersama dengan “harmonis”.
Perkembangan berikutnya, dengan peran aktif dari orang-orang seperti Bung Taufik, Bung Pepih, Bung Kandar dan juga Pak Prayitno, ternyata telah berhasil menggiring “kompasiana” ke arah yang sangat “nyaman:” dan “edukatif” sifatnya. Kompasiana telah menjadi wadah yang tidak saja untuk “berbagi” akan tetapi juga telah menjadi wadah tempat “belajar:”, belajar yang tiada mengenal kata berhenti. Lebih istimewa lagi, karena kemudian terjalin satu “persahabatan” yang sifatnya tulus dan apa adanya. Kompasiana telah menjadi suatu yang “extra ordinary”.
Demikianlah, saya kemudian menjadi sulit untuk berhenti menurunkan tulisan-tulisan saya di Kompasiana. Waktu berjalan terus, tidak terasa, bukan hanya hubungan di dalam “dunia maya” saja yang terjalin dengan baik , akan tetapi berkembang dengan “kopi darat”. Tatap muka dengan keluarga besar Kompasiana di sarangnya, pada kopdar 1 kompasiana, bertemu dengan jajaran manajemen Kompas dan juga Kompasiana, telah lebih lagi menambah darah segar untuk menulis dan juga mengembangkan ide. Munculah kemudian keinginan membukukan tulisan-tulisan yang tercecer di blog kompasiana ini. Kesenangan saya membukukan tulisan-tulisan lepas berupa artikel yang tersebar di banyak media cetak, telah saya lakukan sebelum ini. Dua buku telah berhasil saya luncurkan, yaitu “Pelangi Dirgantara” dan “Untuk Indonesiaku”, berupa kumpulan tulisan-tulisan saya yang pernah dimuat diberbagai Koran dan Majalah. Seorang teman saya, sahabat dekat saya , seorang purnawirawan perwira tinggi Kepolisian, berkomentar sesaat menerima kedua buku saya itu dengan gumaman yang tidak akan pernah saya lupa. ” OO… Campur Sari Ya,…… he he he he, ujarnya dengan polos sekali. Lucu juga pikir saya.
Ide membukukan tulisan di blog kompasiana ternyata mendapat respon yang sangat positif dari saudara Pepih Nugraha yang bahkan menyatakan kesediannya untuk menjadi editor. Tentu saja saya menyambut baik, karena memang sejalan dengan keinginan saya. Kumpulan tulisan dibukukan oleh editor yang seorang wartawan senior, tentu saja merupakan kesempatan yang langka. Pada mulanya, Bung Pepih mengajukan judul “cat rambut Yahudi”, wah ini benar-benar “merangsang”. Pada tahap akhir, saya menawar kepada Pepih untuk menambah sedikit judul itu dengan kata “orang”, sehingga jadilah judulnya “Cat Rambut Orang Yahudi”, sebuah buku yang di edit sedemikian rupa sehingga menjadi enak dibaca. Terimakasih banyak Bung Pepih !
Sebelum naskah buku siap untuk naik cetak, saya menyempatkan diri untuk dapat bertemu dengan Bapak Jakob Oetama sebagai pimpinan umum Harian Kompas, dengan tujuan meminta beliau berkenan menulis kata pengantar dalam buku “Cat Rambut Orang Yahudi” yang akan diterbitkan nanti. Selain difasilitasi oleh saudara Pepih, saya juga mendapatkan kemudahan lainnya dari sahabat saya Dudi Soedibjo. Terjadilah pertemuan yang sangat akrab dengan Pak Jakob di ruang kerjanya dan memakan waktu lebih dari satu jam. Berbincang dengan seorang Jakob Oetama, tentu saja tidak akan cukup dengan waktu yang hanya satu jam saja. Dalam perbincangan penuh semangat ini, yang penuh dengan topik-topik hangat, dapat berakhir dengan kesediaan beliau untuk menulis kata pengantar dalam buku saya. Terimakasih Pak Dudi dan secara khusus saya ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Pak Jakob. Pak Jakob telah memberikan banyak nilai “plus” pada buku “Cat Rambut Orang Yahudi”.
Buku diproses di dapur Penerbit Buku Kompas (PBK). Disini saya bertemu dengan orang-orang yang sangat bersahabat lainnya, seperti Pak Supriyanto, Pak Chris dan staf nya. Proses menjadi begitu mudah dan lancar hingga sampai momen penandatanganan “kontrak” cetak buku CROY.
Terimakasih Pak Pri, Bung Chris dan seluruh jajaran PBK, yang telah bekerja keras menerbitkan, mencetak dengan rapih buku CROY ini. Kelancaran dari proses itu tidak terlepas dari peran “jagoan” saya di “cipaku”, kantor saya, yaitu saudara Dicky Septriadi. Walaupun kediamannya di Bogor, tetapi saya lihat “fighting spririt” nya tetap tinggi. Dia juga dengan “net working” yang dimiliknya, kemudian berhasil membujuk Efendy Gazhali untuk mengomentari buku saya itu pada acara peluncurannya. Terimakasih Dick !
Sampailah pada tanggal 1 Agustus, momen peluncuran buku. Sebuah ritual yang sepertinya kurang “afdol” apabila tidak dilakukan. Atas dukungan dari teman-teman Rudy, Harry, Hartama dan juga Raymond serta Ichtiar, maka acara peluncuran buku dapat terselenggara di “Airman Planet Lounge” Sultan Hotel Jakarta. Thanks a lot Friends !
Peluncuran buku berjalan dengan lancar dan menyenangkan, menjadi lebih meriah karena ada komentar lengkap dengan sentilan-sentilan yang sasarannya “multi target” dan juga “omni direction” khas dari seorang Efendi Ghazali, pakar komunikasi yang kondang, sang proklamator Republik Mimpi. Terimakasih Bung Pendi !
Malam harinya, dalam perjalanan ke “mantenan” teman, saya menerima telepon dan sms dari banyak kerabat saya. Ternyata berita peluncuran buku dan rekor MURI, disiarkan di Metro TV dalam sesi “headline news”. Wah, saya merasa tersanjung sekali, Terimakasih Metro TV !
Tentu saja untuk MURI, saya sampaikan terimakasih atas perhatian sahabat saya sang juragan Jamu yang beken “Jaya Suprana”, seorang yang selalu berkreasi untuk senantiasa meng inspirasi banyak orang agar bersemangat meraih prestasi.
Terimakasih, saya sampaikan juga kepada semuanya, kepada mereka yang merespon positif peluncuran buku CROY ini. Terimakasih Bung Taufik, Bung Pepih, Pak Pray. Lily Yulianti yang menurunkan tulisan tentang Chip apa yang ada di kepala saya, yang justru menambah pengetahuan saya. Juga kepada Om Jay,Linda, Amril Taufik Gobel, Unang Muchtar, Roberto Januar, Iskandar Z, Honny, Arifin Basyir, Anindita,Ahmad A, dan lain-lainnya. Mereka yang telah datang dari jauh, yang telah menurunkan tulisan sebelum, sesaat dan sesudah acara peluncuran buku kemarin, dan juga kepada semua yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu disini. Maaf apabila ada hal yang kurang berkenan dihati.
Saya bersukur dan menyampaikan “terimakasih, terimakasih dan terimakasih.
Tentunya secara khusus saya juga menyampaikan terimakasih kepada isteri tercinta, anak, menantu dan cucu serta kakak, adik-adik saya semuanya.