Sebagai orang yang pernah terbang di Papua, saya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang operasi penerbangan di Papua. Daerah Papua merupakan daerah yang sangat unik.Pada umumnya di Papua ini sarana transportasi didominasi moda transportasi udara.Kondisimedanmenjadisalah satu alasan mengapa kemudian infrastruktur angkutan jalan raya yang ada di Papua menjadi sangat terbatas.
Daerah permukiman penduduk, kecuali di Biak, Jayapura, dan Merauke, pada umumnya terletak di daerah-daerah yang sulit dijangkau melalui daratan. Lebih dari itu,permukiman penduduk yang berlokasi di daerah terpencil itu semakin sulit dijangkau karena bentuk geografis yang pada umumnya berupa pe-gunungan tinggi.Karena kota-kota kecil yang berlokasi di daerah terpencil di pegunungan telah mengakibatkan sarana angkutan udara pun menjadi sulit untuk dibangun sesuai dengan persyaratan keamanan terbang yang standar.
Banyak sekali landasan di Papua ini yang sangat sempit, pendek, dan bahkan tidak rata.Letak beberapa landasan bahkan nyaris berupa daerah terbuka kecil di lereng gunung tinggi dan dikelilingi pula oleh gunung-gunung lain di sekitarnya. Daerah pegunungan seperti yang berada di Papua telah mengakibatkan pula kondisi cuaca yang tidak begitu bersahabat dengan operasi penerbangan.
Selain cuacanya cepat sekali berubah, di beberapa tempat hanya pada jamjam tertentu saja cuacanya terang tidak berawan.Alat bantu navigasi hanya tersedia apa adanya, pagar pembatas runwaynyaris tidak ada. Demikianlah kondisi Papua di mana sarana transportasi udara merupakan satu-satunya yang dapat diandalkan, dengan posisi pemukiman yang sulit dijangkau, terletak di lereng-lereng pegunungan yang tinggi,serta kondisi cuaca yang berbeda dengan daerah lainnya.
Dengan demikian, dalam melakukan penerbangan di Papua,seharusnya dilakukan dengan perhatian yang ekstra. Ekstra di sini, berarti harus ada pengaturan yang khusus dari pihak regulator dan juga harus ada ketentuan-ketentuan yang istimewa pula dari pihak operator. Memilih jenis pesawat yang tepat untuk dioperasikan di daerah Papua pasti akan membantu dalam mengurangi kecelakaan yang terjadi.
Melihat keadaan medan,kondisi runway, serta cuaca dan keterbatasan bagi penyelenggaraan dukungan logistik penerbangan seperti dukungan bahan bakar dan spare parts, jenis pesawat yang dipilih akan sangat membantu dalam mendapatkan efisiensi dan safety dari penerbangan yang diselenggarakan. Para penerbang dan teknisi yang akan ditugasi di Papua seyogianya harus berkualifikasi tinggi dan telah melewati proses ketat dalam seleksinya.
Terbang di Papua tidak cukup hanya bermodal jumlah jam terbang belaka. Pengalaman terbang di Papua sangat menentukan keselamatan terbang. Pengalaman di sini tidak hanya menyangkut pengenalan daerah atau medan yang relatif berupa pegunungan terjal dan tinggi, tetapi juga dituntut pengenalan terhadap kebiasaan dari kondisi cuaca di jam-jam tertentu dan di bulan-bulan tertentu sepanjang tahun yang harus dikenal dengan baik. Terbang yang kerap menerobos celah-celah tebing tinggi dari gunung-gunung di Papua dengan cuaca berawan adalah pengalaman yang akan dihadapi sehari-hari.
Pendeknya,diperlukan waktu yang cukup bagi seorang penerbang untuk mengenal Papua terlebih dahulu sebelum dia dapat dilepas untuk dapat beroperasi sendiri. Lebih dari itu, karena letaknya yang sulit dijangkau, kondisi lapangan terbang pada umumnya tidak berpagar.Jangankan di daerah terpencil,bahkan di Jayapura pun, di pangkalan udara Sentani, beberapa bulan yang lalu seorang penerbang terpaksa membatalkan pendaratan hanya karena ada orang di landasan pacu.Kewaspadaan seperti ini juga harus dimiliki oleh para penerbang yang beroperasi di daerah Papua lainnya.
Demikian pula dengan para teknisi yang melayani penerbangan di Papua dituntut juga memiliki pengalaman yang cukup terhadap kesulitan apa saja yang kerap dialami dari segi teknis pada pesawat yang selalu beroperasi di daerah tinggi pegunungan yang terjal.
Dari pengalaman dan dari banyak bahasan dengan banyak para penerbang yang memiliki pengalaman terbang di Papua, sebenarnya sangat dapat dipahami bahwa melakukan penerbangan di Papua tidaklah sama dengan melaksanakan penerbangan di daerah lain di Indonesia.Menilik pula dengan apa yang dilakukan oleh banyak penerbangan di bawah pengorganisasian MAF (Mission Aviation Fellowship) yang telah berpengalaman puluhan tahun di banyak remote area, kiranya benar sekali bahwa dalam melakukan misi penerbangan di Papua diperlukan bekal khusus bagi para penerbangnya.
Sekali lagi, jumlah jam terbang saja ternyata belum cukup. Diperlukan pengalaman menjelajahi daerah terpencil di Papua ini. Terbang di Papua bukanlah sesuatu yang luxury atau kemewahan sebagaimana layaknya dunia penerbangan pada umumnya. Sejarah penerbangan di Papua sebenarnya dirintis dari misi sosial dan agama, bukan dan tidak berkait dengan masalah komersial.Begitu dunia penerbangan memasuki era komersial dan sudah meninggalkan misi sosialnya, ada hal lain yang harus menjadi perhatian serius dari para stake holder-nya.
Penerapan aturan, pengawasan, penyempurnaan fasilitas navigasi, serta pemenuhan dari syaratsyarat standar keamanan terbang tidak bisa tidak harus dilaksanakan dengan baik. Hanya itu pilihannya atau kita akan melihat lagi kecelakaan-kecelakaan berikutnya.
Chappy Hakim
Chairman, CATT (Civil Aviation Transformation Team), Advisory Board.
Teriring ungkapan “bela sungkawa” mendalam pada seluruh keluarga penumpang dan awak Merpati Nusantara yang mengalami musibah di Papua, minggu lalu 2 Agustus 2009.
(artikel ini, sudah dimuat di Harian Sindo pagi ini)