Minggu-minggu terakhir ini ada dua berita yang menarik untuk disimak. Pertama adalah pernyataan Professor Michael Porter, Pakar Bisnis Internasional terkemuka dalam salah satu seminar di Jakarta dengan tajuk : “ Developing Competitiveness in the Global Environtment”. Professor Porter menyatakan rasa herannya akan keanehan yang terjadi dengan Indonesia. Pada saat ini, ditengah-tengah bergerak majunya negara-negara di dunia tidak terkecuali di kawasan Asean dan sekitar nya termasuk dan terutama India dan China, Indonesia justru menunjukkan “set-back” pada kinerjanya, terlebih bila kemudian dibandingkan dengan percepatan pembangunan yang terjadi di Asia pada umum nya. Cukup panjang lebar Professor Porter menguraikan tentang mundur nya daya saing utamanya bidang bisnis Indonesia di arena Internasional.
Salah satu yang menarik perhatian adalah uraiannya tentang India, China dan Indonesia. Dia mengatakan , antara 10 sampai 20 tahun yang lalu India dan China masih merupakan negara yang relatif tertutup sementara Indonesia pada saat itu telah menjadi negara yang sangat maju dan terbuka. Maju dalam arti memiliki daya saing yang tinggi terhadap negara-negara disekitar nya. Terbuka dalam arti memberikan begitu banyak kemudahan bagi negara-negara lain untuk menanamkan investasi nya di dalam negeri.
Menjadi Ironis sekarang ini, demikian Porter mengatakan, bahwa Indonesia saat ini tengah menjadi negara yang relatif tertutup . Dia mencontohkan , betapa Undang-undang tentang perburuhan di Indonesia sekarang ini telah menjadi ganjalan utama bagi keinginan yang besar dari banyak Investor yang akan masuk ke Indoensia. Undang-undang yang konon dilihat sebagai sangat berlebihan melindungi tenaga kerja di Indonesia. Begitu ekstrim nya undang undang tersebut melindungi tenaga kerja Indonesia, sehingga telah menjadi senjata makan tuan alias boomerang. Banyak tenaga kerja Indonesia sekarang ini memang sangat terlindungi oleh undang-undang tersebut sehingga sebagian besar dari mereka justru tidak memperoleh lapangan kerja.
Ini yang dikatakan oleh Professor Porter sebagai : Indonesia telah menjadi negara yang relatif tertutup kembali. Lebih parah lagi, hal ini terjadi pada saat banyak negara sedang tancap gas untuk meningkatkan daya saing nya. Menjadi lebih runyam lagi karena bila dibandingkan dengan India dan China, maka Indonesia menjadi contoh yang bertolak belakang. Dua negara yang baru saja banting setir dari tertutup menjadi terbuka terhadap investor luar dalam rangka meningkatkan daya saing. Indonesia justru banting setir menjadi tertutup kembali. Aneh bin ajaib.
Berikut nya, salah satu Koran ibu kota, jumat yang lalu memberitakan tentang ke aneh an lannya. Ini adalah pernyataan dari Ketua Asean business advisory council, Jose Conception Jr. Dia menyatakan keprihatinannya melihat perkembangan China dan negara-negara Asean sementara Indonesia dan Filipina bergerak lamban. Untuk demi etika tidak mengatakan sebagai tengah bergerak mundur. Pernyataan nya lebih jauh mengatakan bahwa Indonesia dan Filipina memiliki lebih kurang 70 persen dari total penduduk Asean yang sebanyak 580 juta jiwa. Namun , katanya menambahkan, dua negara ini tergolong dua raksasa Asean yang tidur. Karena itu, mereka perlu di lecut untuk bangun dan tidak disusul lagi oleh berbagai negara lain yang sedang bergegas.
Dari kedua uraian diatas, maka tidak perlu diragukan lagi bagi kita untuk sampai kepada kesimpulan bahwa ternyata Indonesia dan juga Filipina sudah akan sangat jauh tertinggal nantinya oleh negara-negara kecil di kawasan nya seperti Vietnam dan Kambodja. Walaupun kata orang, dibanyak tempat di dunia, maka negara yang berada dalam jajaran paling demokratis di muka bumi ini adalah Indonesia dan Filipina. Lumayan masih ada yang di banggakan.
Berbicara tentang ke aneh an yang terjadi di Indonesia sebenar nya banyak sekali yang dapat dikemukakan. Di Asean, Indonesia sebagai negara yang terbesar ternyata mengirimkan kontingen yang paling sedikit dalam pesta olah raga Asia, Asian Games. Ini mungkin sekali juga akan diikuti dengan menjadi negara terbesar di Asean dengan perolehan medali yang paling sedikit.
Memang banyak ke aneh an di Indonesia. Orang yang lahir selalu diberi nama dengan tujuan untuk dapat memanggil nya dengan nama itu. Nama ya untuk panggilan. Akan tetapi jangan coba-coba memanggil orang Indonesia dengan nama nya. Mungkin sekali mereka akan marah besar, terutama bagi mereka yang tengah menjabat. Mereka harus dipanggil dengan sebutan Bapak. Kantor-kantor besar pemerintah dan swasta selalu dibangun dengan pintu-pintu gerbang yang besar dan megah serta bersih.
Akan tetapi setelah jadi, maka orang-orang yang berkantor disitu dilarang keras untuk melewati pintu tersebut. Mereka harus masuk lewat pintu samping atau pintu belakang yang sempit dan kotor serta jorok. Jadi kurang jelas maksud nya membangun pintu gerbang yang megah, bersih dan besar.
Masih banyak lagi keanehan-keanehan yang dapat ditemui dalam kehidupan keseharian kita. Namun, dua ke aneh an di awal tulisan ini, kiranya patut untuk direnungi bersama. Sanggupkah kita nantinya untuk melihat negara tercinta menjadi negara yang terbelakang di kawasannya. Masih cukup tebal kah telinga kita untuk mendengar ulasan orang lain yang mengatakan Indonesia sebagai raksasa yang tengah tidur?
Kita boleh bangga dengan pujian beberapa pemimpin negara lain bahwa kita telah ber predikat sebagai negara paling demokratis di dunia. Walaupun sebenar nya tidak ada satupun parameter yang baku dalam mengukur demokratis atau tidak nya suatu bangsa. Akan tetapi bila demokrasi saja yang dapat kita banggakan tanpa dapat memberikan kesejahteraan pada rakyat banyak, kiranya hal tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak berguna.
Tantangan besar menghampar dihadapan kita semua. Sudah waktu nya, bangsa ini bangkit untuk maju. Bangkit menuju kesejahteraan rakyat yang kita cita-citakan bersama. Tinggalkan kepentingan pribadi, golongan, partai atau apapun namanya. Sudah waktunya mengumandangkan ulang “Bersatu kita Teguh, Bercerai kita Runtuh”.