Dalam setiap peristiwa kecelakaan pesawat terbang, secara spontan setiap orang ingin segera mengetahui apa gerangan yang menjadi faktor penyebabnya.
Kebanyakan orang tidak sabar menunggu penyelidikan dan pengumuman penyebab kecelakaan oleh lembaga yang berwenang, apalagi sudah telanjur terbangun pendapat di kalangan awam bahwa moda transportasi udara adalah moda transportasi yang paling aman.
Itulah salah satu alasan mengapa bila terjadi kecelakaan pesawat terbang, beritanya akan cepat sekali menyebar. Teori-teori sederhana yang lazim muncul adalah pesawat terbang yang umurnya sudah tua akan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Logikanya, pesawat terbang baru akan jauh lebih menjamin tingkat keamanan operasi penerbangan.
Perlu diluruskan di sini bahwa penyebab kecelakaan pesawat terbang tidaklah semata disebabkan oleh usia pesawat. Pesawat terbang yang usianya “tua” tidak dapat dituduh sebagai penyebab terjadinya kecelakaan.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Penyebab dari terjadinya sebuah kecelakaan pesawat terbang hanya dapat diketahui dari kesimpulan hasil penyelidikan secara menyeluruh oleh sebuah institusi investigasi resmi sebuah otoritas penerbangan.
Di Indonesia, lembaga yang dimaksud dikenal sebagai KNKT atau Komite Nasional Kecelakaan Transportasi. Di Amerika Serikat lembaga ini bernama NTSB, yaitu National Transportation Safety Board.
Hal menarik tentang NTSB ini tertuang dalam sebuah film berjudul Sully. Film drama biografi karya Clint Eastwood yang ditulis oleh Todd Komamicki ini bercerita tentang kecelakaan pesawat terbang US Airways nomor penerbangan 1549 dengan Captain Pilot Chesley “Sully” Sullenberger.
Alur cerita film Sully dipetik dari buku otobiografi karya sang Kapten Pilot, Chesley Sullenberger dan Jeffrey Zaslow, berjudul Highest Duty.
Gala perdana film ini diputar pada tanggal 2 September 2016 oleh Warner Bros dalam dua versi, yaitu dalam format film konvensional dan versi IMAX. Sebuah film yang cukup sukses dan sejauh ini sudah berhasil meraup keuntungan lebih kurang 50 juta dollar AS.
Film ini bercerita bagaimana Kapten Sully berhasil menyelamatkan 155 penumpangnya, setelah pesawat Airbus A320-214 mengalami mati mesin karena menabrak sekawanan angsa sesaat setelah take off.
Kecelakaan tersebut terjadi pada tanggal 15 Januari tahun 2009, selang satu minggu sebelum Sully (diperankan oleh Tom Hanks) merayakan hari ulang tahunnya yang ke-58.
Film ini menarik dalam hal penyajian kontroversi pada hasil penyelidikan tentang penyebab terjadinya kecelakaan versi NTSB yang dihadapkan langsung kepada pelaku utamanya yang kebetulan selamat dari kecelakaan, dalam hal ini adalah Kapten Sully.
Pada hampir semua hasil penelitian dan penyelidikan tentang penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang, faktor yang biasanya mengemuka adalah dugaan “pilot error” atau kesalahan pilot. Sebuah terminologi “horor” yang sangat tidak disukai oleh pilot karena dijadikan obyek yang selalu disalahkan pada saat terjadinya kecelakaan pesawat terbang.
Di sinilah film Sully menyajikan dengan jelas bagaimana perbedaan pendapat yang sangat tajam terjadi dalam mengambil kesimpulan tentang penyebab terjadinya kecelakaan, yang berakhir kepada “pilot error”.
Kapten Sully dengan sangat cerdas menjelaskan bahwa pada saat terjadinya kecelakaan, keputusan yang diambilnya adalah sebuah keputusan yang paling tepat dalam konteks menyelamatkan pesawat terbang dan seluruh penumpangnya dari kondisi kedua mesinnya mati.
Sementara itu, hasil penyelidikan NTSB menyebutkan bahwa sebenarnya pesawat masih mampu diselamatkan untuk didaratkan dengan normal ke Bandara LaGuardia atau ke Bandara Teterboro dekat New York City.
Nilai kepahlawanan Kapten Sully yang telah berhasil secara spektakuler menyelamatkan nyawa seluruh 155 penumpang dan kru menjadi tenggelam dengan kesimpulan dari hasil investigasi NTSB.
Daripada mendaratkan pesawat ke Sungai Hudson, NTSB berpendapat bahwa sebenarnya pesawat terbang masih dapat atau masih mampu untuk diterbangkan dan mendarat “normal” dengan selamat ke bandara terdekat.
Pada titik ini, pembelaan yang disampaikan oleh Kapten Sully tidak hanya mewakili “hati” para pilot yang selama ini selalu saja menjadi “spot light” sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan pesawat terbang tanpa mampu untuk membela diri, apalagi sebagian besar pilot turut menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang.
Pembelaan Sully juga mewakili masyarakat luas yang memandang Kapten Sully sebagai “pahlawan” penyelamat 155 nyawa yang menjadi taruhan dalam genggaman profesinya.
“Happy Ending”-nya adalah ketika NTSB dalam sebuah kesimpulan akhir mencapai kesepakatan bahwa memang ternyata kedua mesin pesawat sudah tidak berfungsi lagi dan pendaratan darurat ke Sungai Hudson merupakan satu-satunya keputusan tepat untuk menyelamatkan penerbangan 1549.
Kapten Sully lahir pada tanggal 23 Januari 1951 di Denison Texas dari pasangan sorang guru dan dokter gigi. Sully adalah seorang Pilot lulusan USAFA, United States Air Force Academy tahun 1973 yang berpengalaman menerbangkan pesawat F-4D Phantom II saat bermarkas di Nellis AFB (Air Force Base) sebelum kemudian bergabung ke US Airways menerbangkan pesawat Airbus A320.
Dia menjadi “US National Hero” dalam peristiwa pedaratan darurat di Sungai Hudson. Sebuah kisah heroik pilot senior yang mengalami kecelakaan pesawat dan berhasil selamat yang diangkat kedalam sebuah film berlayar lebar.
Selain menyajikan kisah kepahlawanan, film ini menginspirasi banyak orang tentang arti sebuah profesionalisme yang ditunjang kokoh dalam sebuah raga berkepribadian kuat. Sosok Kapten Sully merupakan hasil kerja keras dan pengalaman panjang melintas waktu dan kumpulan jam terbang yang ribuan jumlahnya.
Jauh sebelum pendaratan dramatis US Airways di Sungai Hudson, sebenarnya ada sebuah peristiwa yang luput diangkat sebagai sebuah kisah pendaratan yang tidak kalah dramatis sekaligus heroik dari peristiwa US Airways di tahun 2009 itu.
Kisah tersebut adalah peristiwa yang terjadi tanggal 16 Januari tahun 2002, tujuh tahun sebelum tragedi Kapten Sully.
Bila pada tanggal 15 Januari 2009 Kapten Sully dengan pesawat Airbus 320 mendarat darurat di Sungai Hudson, maka pada 16 Januari 2002 Kapten Abdul Rozaq dengan pesawat Boeing 737-300 milik Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 421 mendarat darurat di sungai Bengawan Solo.
Berbeda dengan yang dialami Kapten Sully yang kedua mesinnya mati sesaat setelah take off , yang tentu saja masih pada ketinggian yang sangat rendah, maka yang dialami Kapten Rozaq adalah kedua mesinnya mati pada ketinggian 23.000 kaki.
Sebuah keajaiban telah mengantar Kapten Rozaq sehingga dapat mendaratkan dengan selamat pesawatnya di Sungai Bengawan Solo yang kondisinya berkelok-kelok tidak beraturan dan jauh berbeda dengan kondisi Sungai Hudson.
Sayang sekali kisah dramatis dan heroik di Bengawan Solo ini tidak terangkat sebagai sebuah kisah kepahlawanan seperti halnya cerita Kapten Sully.
Bila kisah ini ditulis dan juga diangkat ke film layar lebar, saya percaya tidak akan kalah menariknya dari film Kapten Sully. Sekali lagi sayang sekali! Walau menurut Plato, menjadi pahlawan bukanlah segalanya.
A hero is born among a hundred, a wise man is found among a thousand, but an accomplished one might not be found even among a hundred thousand men.
Jakarta 15 September 2016