Kompas.com – Seberapa besar kemungkinan MH370 hancur di udara? Para penyidik internasional yang terlibat dalam pencarian pesawat itu mendalami kemungkinan tersebut.
Nasib 239 penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 masih misterius hingga kini. Banyak spekulasi beredar. Salah satu skenario terburuk yang mungkin terjadi pada penerbangan tersebut adalah pesawat meledak di udara. Para penyidik internasional yang terlibat dalam pencarian MH370 saat ini mendalami kemungkinan tersebut.
Ceceran minyak dan puing yang diduga dari MH370 sempat ditemukan, tetapi belum bisa diketahui kepastiannya.
Seberapa besar kemungkinan MH370 hancur di udara? Apa yang memicu ledakan? Mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Chappy Hakim mengatakan, dengan tak adanya komunikasi radio sebelum hilang kontak, kemungkinan hancur di udara memang ada dan harus diperhitungkan.
“Kalau yang terjadi adalah kerusakan mesin atau masalah pada pesawat lain, pilot tetap punya kesempatan untuk berkomunikasi lewat radio,” kata Chappy saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/3) sore.
“Tidak adanya komunikasi radio menunjukkan pesawat mengalami sesuatu yang tiba-tiba sehingga sulit diantisipasi. Bisa karena pesawat disabotase, pilotnya dibunuh, atau pesawat meledak di udara,” jelas Chappy.
Sejauh ini, Chappy belum berani menyimpulkan kemungkinan terbesar yang terjadi pada MH370. Ia hanya menyebutkan bahwa kemungkinan pesawat hancur meledak di udara memang ada dan mendukung penyelidikan ke arah tersebut.
Jika memang meledak, Chappy mengatakan, “Ledakan bisa dipicu oleh banyak hal, tidak selalu bom. Ledakan bisa saja terjadi karena adanya barang bawaan penumpang di bagasi yang sifatnya mudah meledak.”
Ledakan, bila terjadi, bisa memiliki dua skenario. Pertama, ledakan skala besar yang menghacurkan pesawat. “Bila ini yang terjadi, puing pesawat akan hancur dan tersebar di wilayah yang luas sehingga sulit dicari,” kata Chappy.
Jika ledakan terjadi dalam skala lebih kecil, pesawat akan jatuh. Namun, puing yang hancur akan lebih besar dan tersebar dalam rentang wilayah yang lebih sempit.
Flightradar24, sebuah layanan pelacak penerbangan yang didirikan oleh dua orang berkewarganegaraan Swedia, mencatat bahwa pesawat Malaysia Airlines itu sempat berubah arah. Pesawat awalnya bergerak ke arah 25 derajat. Namun, Sabtu dini hari antara pukul 01.19 – 01.21 waktu Malaysia, pesawat bergerak ke arah 40 derajat.