Pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2022 telah dilangsungkan Simposium Ilmuan Hubungan Internasional di Ruang Aula Blok 1 Lantai 4 Universitas Nasional Jakarta (UNAS). Simposium Ilmuan Hubungan Internasional diselenggarakan oleh Pusat Studi Australia UNAS tersebut bertajuk “Peluang dan Tantangan Perdana Menteri Baru Australia bagi Indonesia.
Tampil sebagai pembicara dan narasumber adalah Harry Darmawan,M.Si Dosen Hubungan Internasional yang sekaligus sebagai Kepala Pusat Studi Australia UNAS, Dr. Hartanto Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Dr.Indra Kusumawardana Dosen Universitas Pertamina, Dr. Sonny Sudiar dari Universitas Mulawarman dan Marsekal Purn Chappy Hakim Chairman Pusat Studi Air Power Indonesia. Bertindak sebagai moderator Dr.Irma Indrayani, S.IP.,M.Si.
Simposium yang berlangsung secara Daring dan Luring itu diikuti oleh sejumlah Mahasiswa dan Dosen serta tenaga pengajar FISIP Universtas Nasional.
Para pembicara banyak menyoroti beberapa tantangan yang tengah dihadapi dalam perkembangan lingkungan strategis global dan regional. Dinamika perkembangan dunia yang tengah diwarnai berbagai masalah berkait dengan US – China Trade War dan berlangsungnya perang Rusia Ukraina tidak bisa dihindari akan berpengaruh juga kepada hubungan baik antara Australia dan Indonesia. Salah satu persoalan yang berkembang paling mutakhir adalah mengenai AUKUS dan QUAD atau Quadrilateral Security Dialogue. AUKUS dengan isu rencana perkuatan Kapal Selam bertenaga Nuklir untuk Angkatan Laut Australia dan QUAD yang merupakan forum dialog strategis dan eksklusif antara Australia , India, Amerika Serikat dan Jepang tak dapat dihindari pasti akan mengundang pertanyaan besar mengenai apa pengaruhnya terhadap hubungan Indonesia Australia.
Sejauh ini dengan perbedaan tajam terutama tentang Bahasa dan Budaya antara Indonesia dengan Australia telah membuat dinamika hubungan kedua negara selama ini selalu saja mengalami pasang surut yang menarik. Sebuah dinamika hubungan antara dua negara yang sesekali sering di beri julukan sebagai hubungan yang “benci tapi rindu”.
Proses dalam mencoba mengerti antara kedua negara tidak pernah absen dari kecurigaan dan munculnya tandatanya besar. Menyadari ketidaknyamanan Indonesia dengan munculnya AUKUS dan QUAD telah membuat Perdana Menteri baru Australia berhadapan dengan tantangan baru dalam menjaga hubungan baik Indonesia Australia. Para pembicara dalam simposium pada umumnya telah mengamati tentang perjalanan sejarah betapa ketika Labor Party yang berkuasa di Australia , maka relatif hubungan kedua negara dapat dikelola dengan lebih baik. Namun sekarang ini PM Anthony Albanese dari Labor Party yang baru saja duduk dalam kekuasaan berada pada posisi Australia yang tengah memulai pakta AUKUS dan Forum Strategis QUAD. AUKUS dan QUAD dapat dikatakan sebagai atau merupakan produk sampingan dari US China Trade War, perang Rusia Ukraina dan kenaikan suhu di Laut China Selatan. Simposium menjadi menarik karena diskusi mengenai kesemua itu memang dihubungkan dengan apa yang akan dilakukan oleh PM Anthony Albanese kedepan. Bagaimana Australia akan memerankan dirinya di Kawasan Pasifik ditengah perkembangan terakhir yang lebih mengantar Australia terlihat sebagai lebih mengutamakan pada kepentingan kekuatan barat di Pasifik. AUKUS dan QUAD cepat atau lambat pasti akan merupakan duri dalam daging hubungan Indonesia Australia. Itulah tantangan yang tengah menghadang PM Australia yang baru dalam dinamika hubungan antara 2 tetangga dekat Indonesia Australia.
Jakarta 15 Juli 2022
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia