Setelah ketiga capres mendaftarkan diri di KPU pada hari Sabtu lalu, maka perhatian khalayak ramai kemudian tertuju kepada seberapa besar potensi dari masing-masing calon dalam laga pemilhan presiden tahun 2009 yang akan datang.
Seperti kita ketahui maka yang maju ke arena petandingan akan terdiri dari 3 pasangan ganda terkuat yang dinominasikan oleh para pendukungnya masing-masing. Ketiga pasangan itu adalah dikenal dengan merek dagang atau trade mark-nya yaitu JK Win ,SBY Berbudi dan Mega Pro.
Pertanyaan yang muncul adalah, siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan segitiga yang akan berlangsung hidup mati itu?
Kebetulan sekali, ditengah kemacetan lalulintas yang luar biasa pada sabtu malam dibilangan cililitan, saya mendengar dialog menarik antara Arbie Sanit dan Ikrar Nusa Bakti disalah sebuah stasiun radio Ibukota. Keduanya adalah pengamat politik senior yang belakangan ini sangat didengar pendapatnya oleh banyak pihak. Walaupun, didahului oleh komplain Ikrar Nusa Bakti kepada moderator dialog, sang penyiar radio, bahwa dia merasa diadu argumentasinya kepada atau terhadap mantan gurunya yang sangat dihormati Bapak Arbie Sanit, pembahasan dan diskusi tetap dapat berjalan dengan meriah. Contoh yang sangat baik, yaitu Mantan Guru dan Murid dapat menjelaskan analisis nya masing-masing (yang sangat berbeda) tanpa merasa berhadapan “head to head” namun cukup mengutarakan pendapat sesuai analisis sendiri-sendiri dengan tidak menimbulkan “friksi” yang frontal. Satu contoh istimewa dari adu argumen yang berlandaskan “belief” masing-masing dan tetap berada didalam pigura tingkat “intelektualitas” yang tinggi. Sangat menarik dan garis besarnya adalah sebagai berikut :
Arbie Sanit, berpendapat sangat mudah untuk menebak siapa yang akan menang dalam pertarungan Pilpres yang akan datang. SBY Berbudi berada dalam posisi yang diatas angin. Beberapa hasil survey telah menunjukkan kemungkinan tersebut. Disisi lain, SBY sebagai “incumbent” tentunya akan memiliki secara otomatis beberapa keuntungan dipihaknya.Demokrat dengan konco-konconya, tidak hanya menang dalam jumlah pengikut, akan tetapi juga didorong oleh tingkat popularitas SBY yang sangat tinggi. Ditambah lagi, figur dari kedua pesaingnya, mempunyai masalah masa lalu yang berkait dengan HAM dan belum selesai dalam arti memuaskan pihak-pihak yang selama ini menuntutnya. Bahkan, Arbie Sanit khawatir, pertarungan kemungkinan besar akan dapat dimenangkan oleh SBY Berbudi dalam satu putaran saja.
Sebaliknya Ikrar Nusa Bakti, mantan muridnya Arbie Sanit mengemukakan beberapa pandangan yang patut dijadikan bahan kalkulasi dalam melihat prediksi siapa yang akan memenangkan pertandingan. Ikrar memulainya dengan satu istilah yang cukup mengagetkan, yaitu SBY tidak saja Berbudi akan tetapi juga Berjudi, katanya. Mengapa demikian ?
Penunjukkan Boediono oleh SBY mengandung banyak kerawanan. Beberapa diantaranya adalah, walaupun, masyarakat Indonesia tidak akan begitu melihat unsur Jawa non Jawa, namun dalam kasus ini akan menjadi lain. Sebagian besar Rakyat, bila dihadapkan kepada memilih pemimpinnya, maka secara serta merta mereka akan juga melihat unsur ke-bhineka tunggal ikaan, yang berarti mereka akan melihat faktor keterwakilan meraka disana. Bagaimana mereka akan dengan mudah dapat menerima Presiden dan Wakil Presidennya yang sama-sama berasal dari Jawa Timur misalnya.Banyak dari mereka akan merasa tidak nyaman dalam arti keterwakilannya yang tidak diakomodir dengan baik. Bagaimanapun, walau Orang Jawa merupakan mayoritas penduduk Indonesia yang konon kabarnya sampai mencapai angka 43 % dari keseluruhan penduduk, namun tetap saja faktor Jawa non Jawa, sipil – militer akan tetap mempengaruhi banyak orang dalam menjatuhkan pilihannya.
Lebih jauh lagi Ikrar mengatakan masalah masa lalu dalam issue HAM, tidak saja melekat pada kedua pesaingnya, akan tetapi juga hadir didalam diri SBY. Contohnya adalah saat menjabat sebagai Pangdam Sriwijaya dan juga pada saat menjabat sebagai Kasdam Jaya.Jadi sebenarnya, issue masa lalu tentang HAM dimiliki oleh ketiga kandidat yang akan bertarung.Ikrar berpendapat, banyak yang bisa terjadi sebagai akibat dipilihnya Boediono sebagai Cawapres dari SBY. Banyak kemungkinan, yang mengindikasikan beralihnya para pemilih SBY kepada calon lainnya yang bisa saja mengakibatkan SBY Berbudi menghadapi tantangan yang cukup perlu diperhitungkan.
Itulah beberapa bagian argumentasi yang dapat ditangkap dari kedua pakar politik senior yang tertangkap dalam diskusi panjang tentang kemungkinan siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertandingan hidup mati Pilpres yang akan datang.
Pertanyaannya adalah : Siapa yang akan keluar sebagai pemenang ? Nah, kiranya kutipan dari ulasan kedua orang peneliti diatas, akan dapat membantu anda dalam memprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Nantikan saja………………….