Hari itu hari Sabtu tanggal 18 Januari 2020. Saya memang sudah janji, rasanya lebih dari satu bulan lalu kepada Captain Rama, Pilot Senior lulusan Curug untuk bersedia berbicara pada Seminar yang akan diselenggarakan oleh Alumni Curug angkatan 53. Sayangnya saya tidak mencatat jam nya, pagi, siang atau sore ya? Tiba-tiba saja waktu saya check acara untuk Sabtu, ternyata Seminar akan berlangsung siang hari jam 14oowib. Waduh, sebenarnya saya tidak begitu suka dengan acara siang atau sore hari, karena lebih enak dan nyaman berbicara dalam forum di pagi hari. Tapi ya apa boleh buat, sudah janji ya harus dilakoni. Pagi saya ketemu sahabat lama dulu untuk ngobrol ringan di coffe shop The Rych Hotel Sultan, dan kemudian saya langsung meluncur ke Curug. Selesai ngobrol jam 1100 wib berangkat menuju PPI (Politeknik Penerbangan Indonesia) Curug, sebuah lembaga pendidikan yang bernaung dibawah Kementrian Perhubungan yang dulu namanya Akademi Penerbangan Indonesia, terus berubah beberapa kali antara lain menjadi Lembaga Pendidikan Penerbangan Indonesia dan entah apa lagi. Yang penting namanya sekarang telah menjadi PPI Curug.
Karena jam 11 sudah meluncur dari Jakarta tentu saja saya tiba jauh lebih awal dari jadwal penyelenggaraan Seminar, tapi saya pikir nggak apa apa lah, karena akan ada waktu untuk menyusun ulang materi presentasi untuk di sesuaikan dengan alokasi waktu yang diberikan oleh panitia. Untuk Seminar kali ini , topik bahasannya adalah tentang FIR Singapura. Topik yang sudah cukup lama saya geluti dan dengan demikian saya sudah punya banyak bahan untuk menyajikannya sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Demikianlah, saya tiba di PPI Curug, bisa berjumpa dengan Ketua dan beberapa anggota panitia untuk berkoordinasi menyiapkan bahan paparan saya dalam format Power Point.
Karena ternyata nara sumber yang akan berbicara cukup banyak yaitu 4 orang, maka saya sudah menduga bahwa alokasi waktu yang disediakan untuk saya presentasi sangat pendek. Ternyata benar, karena panitia mengatakan setiap nara sumber hanya di beri waktu 10 menit termasuk tanya jawab. Saya putuskan untuk mempergunakan 10 menit seluruhnya untuk presentasi saja dan untuk sesi tanya jawab saya sumbangkan buku tulisan saya tentang FIR sebagai jawabannya.
Menyenangkan juga mengisi acara seminar di hari Sabtu yang diselenggarakan oleh alumni 53 yang turut di hadiri oleh para Taruna PPI Curug. Dipastikan para Taruna “sangat tidak senang” dengan acara yang diselenggarakan di hari Sabtu, karena Sabtu adalah hari “pesiar” mereka setelah 1 minggu penuh di genjot dengan jadwal pelajaran dan latihan yang “keras” dan ketat. Ini mengacu pada pengalaman saya sendiri sebagai Taruna lebih kurang 50 tahun lalu, ha ha ha ha ha ha.
Seminar berlangsung aman dan lancar serta ditutup dengan acara yang “wah” yaitu “Gala Dinner”. Sayang saya tidak dapat mengikuti keseluruhan acara di Curug, karena ada acara yang lebih penting di Jakarta pada petang harinya. Salut kepada adik-adik tercinta pecinta dirgantara alumni Curug angkatan 53 yang telah bersusah payah menyelenggarakan Seminar dengan topik yang sangat “perduli” pada konteks pertahanan keamanan negara nya. Sebuah topik bahasan yang mencerminkan dan merefleksikan wawasan kebangsaan dari para Pilot dan praktisi kedirgantaraan lulusan Curug. Saya bangga melihatnya, para anak-anak muda yang penuh semangat, di hari libur (sabtu) mereka berpakaian seragam penuh percaya diri, tampil necis, rapih dengan air muka yang memancarkan “gairah” bekerja untuk negeri tercinta.
Diakhir paparan saya yang relative singkat, semua peserta di Gedung Pertemuan yang megah itu menyanyikan penggalan lagu yang dimodifikasi untuk motivasi anak bangsa berjudul Nenek Moyangku Orang Pelaut, Anak Cucuku Insan Dirgantara. Sebuah Jargon yang selalu saya tampilkan pada setiap akhir paparan saya. Sang Moderator langsung mengajak seluruh Taruna dan Peserta Seminar berdiri dan menyanyikan penggalan lagu itu bersama-sama dengan penuh semangat, penuh rasa kebanggaan sebagai anak negeri yang sudah teken kontrak untuk mengabdi kepada Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa.
Sungguh sebuah momentum yang akan menjadi bagian dari mengukir kepribadian moral kredibilitas generasi muda untuk tetap optimis membangun Indonesia. Membangun Indonesia ditengah-tengah bermunculannya kerajaan-kerajaan baru yang seiring dengan gejolak buruknya moral sebagian dari para elit yang tengah “sibuk” dengan fenomena Jiwasraya, Asabri, Century dan lain-lainnya yang muncul satu persatu bak arisan RT yang bergulir mengikuti arus aliran air banjir di Jakarta. Korupsi masih tetap merajalela belakangan ini. Ayah Pesepakbola Perancis asal Kenya Wilfried Mbappe mengingatkan kepada kita semua bahwasanya : “Corruption Kills the Dreams of Nation”.
Semoga anak-anak muda ini tidak hanyut untuk segera menyesuaikan diri dengan moral kredibilitas buruk yang dipertontonkan oleh sebagian para seniornya. Semoga mereka tetap optimis membangun bangsa yang bermoral. Namun harus diingat optimis menurut Larry Elder, pengacara asal Amerika Serikat bahwa “Optimism. It’s not just a mind-set, it is behavior.” , yang maksudnya adalah optimis bukan hanya sikap akan tetapi juga perilaku !
Selamat belajar dan bekerja serta Salut kepada PPI Curug , terutama para alumni angkatan 53.
Jakarta 19 Januari 2020
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia
2 Comments
selamat pagi pak chappy, saya sangat tertarik dengan bahasan anda terkait FIR khususnya FIR Singapura, bahkan saya telah membeli beberapa buku anda karena bacaan ini sangat menarik, sampai akhirnya saya membuat skripsi tentang FIR Singapura saat ini, namun selain dari buku anda saya perlu sumber langsung jika diperkenankan, saya sangat ingin sekali bertemu dengan anda untuk bertanya terkait FIR Singapura ini sebagai bahan acuan skripsi saya. terimasih pak chappy.
Terimakasih atas perhatiannya.
Silahkan hubungi saudara Joko untuk mengatur waktu bertemu.
Joko : +62 857 7285 1220
Terimakasih.
CH