- Telah meninggalkan kita semua, Kolonel CKM Dr. Agus.S.Lubis Sp Og, pada tanggal 6 September 2011, pukul 12.25 wib di RSCM. Mantan Kepala Departemen Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto ini memulai karier di TNI Angkatan Darat sebagai Pama Denkes Korma Hankam dengan pangkat Letnan Dua Kesehatan di tahun 1972, dan mengakhiri dinas aktifnya di TNI pada 31 Agustus tahun 2008.
Sebagai dokter jebolan Universitas Indonesia, lulusan fakultas kedokteran spesialis Obstetri & Ginekologi, sampai akhir hayatnya almarhum masih tetap berupaya mengabdikan diri melalui keahlian yang dimiliknya. Sebagai suami yang baik dan ayah dari tiga orang anak serta kakek seorang cucu dari keluarga yang bahagia, juga sebagai sosok humanis bagi sanak famili serta handai tolan, maka tentu saja dapat dipastikan banyak sekali orang yang kehilangan atas kepergian almarhum menghadap sang penciptanya. Semua yang mencintainya, pasti merasa sangat berat dalam menghadapi musibah ini, akan tetapi sebagai umat yang beragama, maka kita semua harus dengan ikhlas menerima ini sebagai jadwal yang tidak bisa ditawar oleh siapapun. Jadwal yang sudah merupakan takdir, ditentukan dan hanya diketahui oleh Sang Maha Pencipta Allah Yang Maha Esa.
Anto, adalah nama panggilan yang biasa saya gunakan dalam berkomunikasi dengan almarhum. Nama ini saya peroleh dari Epi, teman SMA saat pertama kali berkenalan di tahun 1960-an. Agak heran juga saya , ketika mengetahui bahwa sebenarnya Anto adalah paman dari Epi. Ada yang unik disini, yaitu Epi memanggil cukup dengan Anto kepada pamannya, merefleksikan betapa “dekat” hubungan Epi dengan Anto. Disisi lain, Anto terlihat “serem”. Wajah Anto senantiasa serius ditopang pula dengan kumis tebal yang melintang dan dengan melihat sekilas, kira-kira akan sia-sia berharap Anto akan tersenyum dengan kita , apalagi bergurau. Dibalik seremnya wajah Anto, pasti beliau berhati baik, ini persepsi saya, karena mana mungkin Epi bisa begitu akrab memanggilnya cukup dengan nama kecilnya saja. Diawalnya, saya ragu-ragu memanggil dengan Anto juga, terasa sangat janggal bagi saya pribadi. Namun setelah menyaksikan adik-adik Epi seperti Richard, Yan dan lain-lain yang jauh lebih muda dari saya, dengan santai memanggil Anto saja, maka saya memang tidak memiliki pilihan lain kecuali bergabung dengan “memberanikan diri” ikut-ikutan memanggil dengan sebutan Anto saja.
Jangan menilai buku hanya dari kulitnya saja, ternyata memang sebuah kenyataan. Dibalik wajah seremnya , ternyata Anto adalah sosok yang sangat baik hati. Dibalik wajah seremnya, ternyata Anto adalah sosok yang senang bergurau, sosok yang sangat senang bergaul dengan siapa saja. Terlalu banyak kenangan dengan Anto yang melukiskan tentang kesemua itu. Teman saya adalah Epi, dan saya kenal Anto melalui Epi, akan tetapi dalam perjalanannya kemudian, saya dan keluarga menjadi jauh lebih dekat dengan Anto daripada dengan Epi. Tentu saja faktor kegiatan yang kebetulan sama-sama berdinas di ABRI pada waktu itu telah mendorong hubungan kami menjadi begitu hangat dan menjadi lebih dekat dibanding dengan Epi yang kemudian bergiat disektor swasta.
Hubungan dengan Anto, bagi saya lebih berbentuk hubungan dengan kakak atau “abang” saya. Sejak masih bujangan, saya kerap dipinjami Vespa , kendaraan satu-satunya yang dimiliki Anto untuk kuliah, sampai kemudian berumah tangga, saya dan isteri mempunyai jadwal rutin berkunjung ke kompleks Slipi. Karena dinas, saya sering sekali keluar kota, maka biasanya sepulang dinas saya dan isteri datang kerumah Anto dan Mbak Tien. Tenis bersama dan atau saling curhat, tukar pikiran, diskusi, ngobrol ngalur ngidul, tertawa bersama sampai jauh malam, dan biasanya baru pulang kembali ke Halim, setelah mobil VW kodok saya sudah berembun diparkir dipelataran rumah Anto. Saya yakin tetangga sebelah pasti terheran-heran, bagaimana bisa dua pasang suami isteri ngobrol dari sejak selesai magrib sampai dengan menjelang orang sembahyang tahajud, penuh dengan tawa dan canda. Sesekali Anto dan Mbak Tien menyambangi kami di Halim. Tidak ada topik yang serius yang dibahas, semua atau sebagian besar adalah diskusi tentang banyak hal yang lucu dan cerita jenaka dimuka bumi ini. Obrolan tidak pernah selesai tuntas dalam dua atau tiga jam, bahkan selalu berlangsung tiada henti sampai saya dan isteri sudah didalam mobil saat akan pulang, berlangsung hingga “last minute” to departure ! Begitulah hubungan hangat dan akrab seperti itu berlangsung nyaris sampai puluhan tahun lamanya. Hubungan yang juga diselingi beberapa pertemuan di medan tugas, saat Anto ditugaskan di Timtim dan saya bertugas secara periodik ke tempat yang sama. Terakhir, setelah sama-sama pensiun, saya masih sempat juga bermain tenis bersama di lapangan kompleks Slipi.
Dalam konteks kekeluargaan, Anto bagi saya lebih dari sekedar “abang”, lebih dari sekedar “dokter”.Perhatian Anto terhadap saya dan isteri sayasangat luar biasa.Saya bisa berdiskusi tentang penyakit sampai keakar-akarnya, bila kebetulan saya tengah sakit dan Anto dapat menerangkan begitu detil tentang jenis dan cara kerja obat misalnya.Isteri saya selalu berkata saya tidak pernah bisa sembuh, bila sakit dan belum bertemu dengan Anto.Berobat, bisa dengan dokter lain, demikian pula memperoleh obat tentu saja, akan tetapi penjelasan yang meyakinkan, dan mengembalikan kepercayaan diri untuk bisa sembuh hanya dapat saya peroleh dari Anto.Bila waktu tidak mengijinkan, bahkan hubungan sayalakukan melalui telepon.Ini bukan sesuatu yang berlebihan atau dilebih-lebihkan.Demikian pula saat Ibu saya almarhum menderita sakit-sakitan di hari tuanya, Anto tidak segan-segan datang kerumah ibu saya di Bendungan Hilir.
Di bulan Februari 2011 yang lalu, saya mengalami serangan jantung dan dirawat di Rumah Sakit. Dihari kedua setelah keluar dari ICCU, Anto datang bersama Mbak Tien, larut malam. Anto bisa masuk, karena sebagai seorang dokter bebas masuk kerumah sakit. Menyesal sekali, saya masih belum sehat betul, walau jauh sudah lebih baik. Saat itu saya masih merasa mual dan sakit perut, sehingga tidak dapat cukup waktu ngobrol dengan Anto. Tetapi apa yang Anto katakan saat itu masih jelas terngiang di telinga. Akhirnya “superman” tumbang juga ya Cap ?! Saya memang relatif tidak pernah sakit yang berarti dan sepengetahuan Anto, saya main tennis terlihat tidak pernah ada capeknya, Anto sering memuji kondisi kesehatan saya yang prima yang katanya sebagai “perwira” yang disiplin menjaga kesehatan. Anto selalu atau kerap memuji karena terkesan dengan kondisi fisik saya yang prima, yang relatif selalu fit !
Saat itu, dirumah sakit, Anto sempat bilang kepada saya, dipasang stent berapa Cap? Saya jawab satu To ! Anto menjelaskan, wah itu sih nggak ada apa-apanya Cap, saya sudah dipasang 9 stent kata Anto menekankan, dan still going strong, lanjutnya ! Itu adalah sikap Anto terhadap saya yang tidak pernah berubah sejak awal. Anto selalu memberikan motivasi, memberi semangat, menjelaskan sesuatu yang membuat saya tumbuh keyakinan yang besar untuk bisa sembuh. Saya terharu, sangat terharu melihat Anto di tengah malam itu, jalan sudah dengan tongkat, menurut Mbak Tien baru selesai praktek menolong orang di klinik, datang menengok saya, meyakinkan saya agar saya cepat sembuh. Saya sadar, Anto tahu benar perasaan saya dengan melihat air muka saya pada waktu itu. Airmuka dari seorang yang baru saja mengalami “heart attack”, air muka yang memancarkan refleksi rasa sedih dan kecil hati. Anto tahu benar saya nggak pernah sakit serius. Anto tahu perasaan dari orang yang selalu sehat, tiba-tiba terkena serangan jantung. Saya tidak akan pernah melupakan ini, saya tidak akan pernah bisa melupakan hubungan baik dengan Anto. Saya, hanya salah satu dari sekian banyak orang yang kehilangan. Kehilangan sosok yang begitu baik hati, yang begitu besar mempunyai perhatian terhadap sesama.
Saya ingin kita semua yang menyayanginya, mendoakan agar almarhum dapat diterima disisiNya sesuai dengan amal bakti yang telah dikerjakannya, diampuni segala dosa-dosanya, dilapangkan jalannya menuju alam baqa, diterangi kuburnya dan Mbak Tien serta keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan kekuatan lahir batin dalam menghadapi ini semua Amin Ya rabbal allamin.
Selamat Jalan Anto!
Jakarta 18 September 2011
Chappy Hakim.
6 Comments
Sebuah kisah persahabatan yang manis. Semoga arwah beliau diterima disisiNYA sesuai dengan amal dan ibadahnya. Amiin.
Terimakasih banyak Pak Rohiyat. Salam hangat, CH.
Marsekal Chappy yg saya hormati dan kagumi , saya adalah fan Bapak , banyak buku2 dan tulisan Bapak yg saya koleksi, prinsip2 Bapak ini pas banget dgn prinsip saya dlm banyak hal , dan ikut sedih juga dgn berpulangnya dr, Agus , beliaulah yg dulu melakukan operasi thd isteri saya di RSGS , dan saya ingat betul betapa beliau pandai sekali membesarkan hati pasien dan keluarga supaya lebih tenang mengahadapi moment mendebarkan itu. Salam kenal buat Marsekal.
Terimakasih dan salam kenal juga ! CH
Ahh saya baru dari rumah alm. Pak Agus lubis. Bertemu Bu Tien ,beliau sehat .. lutut saja yg berat.. senang membaca cerita bapak jadi lebih tahu hebatnya alm pak Agus lubis… Terimakasih
Terimakasih Pak Gamal
salam,
CH