Memasuki Hari Selasa Tanggal 20 Oktober 2009, hari dimana sesuai jadwal adalah merupakan agenda nasional dalam perjalanan Republik Indonesia yang akan mengukir satu adegan yang menentukan jalannya sejarah dunia yaitu Pelantikan Presiden Terpilih tahun 2009 Masehi, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para Menteri telah selesai dipilih dan sedang memasuki tahap akhir. Presiden telah memilihnya dari berbagai sumber, dari Presiden sendiri, dari para pembantu dekatnya, dari lamaran orang-orang yang ingin menjadi Menteri, melalui banyak cara dan jalan. Bahkan menurut Presiden ada juga yang melalui “Ibu Mertua” .
Sungguh Luar Biasa. Saya melihatnya dari sisi yang positif saja , yaitu “semangat” yang sangat tinggi dari kelompok orang-orang yang ingin mengabdi kepada Tanah Air nya melalui jabatan “menteri”. Satu jabatan yang mentereng tentunya, dengan berbagai fasilitas negara lengkap dengan kendaraan dinas keren yang dikawal dengan “ngoeng-ngoeng”. Upaya Presiden SBY sendiri, nampak sekali bahwa beliau sangat serius untuk menjalani sisa 5 tahun pemerintahannya yang merupakan ujud tanggung jawab beliau. Menteri dipilih, dipanggil ke Cikeas dengan proses “fit and proper test” yang beberapa media menyebutnya sebagai “audisi” dan berlangsung tidak kurang dari 3 hari. Audisi, yang menurut salah seorang pengamat politik disebut sebagai “adegan teatrikal” yang “dramatis” dan “too much”. Tidak itu saja, para calon setelah lulus tes tahap satu diharuskan menempuh lapisan-lapisan berikutnya.
Walaupun disebut oleh SBY sendiri bahwa sejauh ini dia cukup puas dengan menyebutnya sebagai “meet the standard”, para Menteri itu diharuskan menandatangani “pakta integritas” dan “pernyataan” tidak akan KKN. Itu masih belum cukup, karena konon apabila mereka tidak “perform” dalam waktu 3 bulan, Presiden tidak akan ragu untuk mencopot nya. Hari ini Presiden dan Wakilnya akan dilantik, besok kabinet akan diumumkan dan lusa para Menteri akan dilantik. Setelah itu akan dimulailah perjalanan pengabdian 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2.
Apapun penilaian orang terhadap Presiden SBY, faktanya adalah dia dipilih oleh rakyat Indonesia melalui pemilihan langsung. SBY, seorang Jenderal Bintang 4 (hor), Doktor Pertanian, lulusan terbaik Akabri tahun 1973, Presiden RI 2004 – 2009 dan seorang yang sangat menginginkan Indonesia menjadi lebih baik. Saya sebagai orang yang kebetulan sesama lulusan Akabri ( walaupun lulus lebih awal di tahun 1971, tetap ada spirit “alma mater” disini dan juga semangat e’spri de corps), saat ini sebagai warga negara biasa, tentunya dengan senang hati dan penuh semangat ingin menyampaikan “selamat” kepada SBY dengan tim kabinet nya, selamat bekerja semoga sukses ! Saya percaya, kita semua sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya juga menyampaikan selamat bekerja, semoga sukses.
Dengan tampilan baru “kompasiana” hari ini, dihari pelantikan Presiden, maka saya yakin sekali bahwa Pemerintah Indonesia akan lebih mudah untuk mendapatkan masukan “positif” dari tulisan-tulisan yang bertebaran di blog ini. Sepanjang pengamatan saya, semua tulisan di blog ini isinya sangat lengkap mencakup semua bidang tugas yang dibagi oleh SBY dalam jajaran kabinet nya. Disisi lain, isi dari tulisan dalam blog ini juga hadir dalam konteks “respon” yang biasa, “respon” yang mendukung dan juga respon yang “mengkritik” kebijaksanaan pemerintah diberbagai bidang. Lebih-lebih lagi, (respon biasa, mendukung dan kritik) itu datang dari orang-orang yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan juga beraneka usia serta pengalaman.
Lebih-lebih lagi, tulisan-tulisan itu juga datang dari orang – orang yang “jujur” dan orang-orang yang tidak mempunyai “interest” sampingan. Tulisan yang “:steril” dari nuansa Singkat kata itu akan berujud “respon” yang paripurna yang tidak mungkin diperoleh dari Staf di Departemen manapun ! Dengan ini, saya ingin mengatakan bahwa bila ada “staf ” Presiden yang cukup cerdas, maka Pemerintahan kedepan akan memiliki sumber yang sangat luar biasa bagi “referensi” berharga sebagai masukan semua sektor pemerintahan yang dibutuhkan untuk melengkapi bahan-bahan pengambilan keputusan “strategis”. Sumber itu adalah “blog” kompasiana ini.
Tulisan-tulisan yang diturunkan dengan semangat “sukarela”, bermutu tinggi, dengan nada biasa, mendukung dan mengkritisi, jauh dari kepentingan sampingan, serta mencakup semua bidang Departemen dan Pemerintahan. Kompasiana bisa berperan sebagai DPA almarhum. DPA yang tidak usah digaji, tidak usah disuruh, tidak usah dianggarkan di APBN. Cukup ditugaskan saja satu orang atau kelompok/team yang memonitor tulisan di kompasiana dan mengelompokkan sesuai bidang pemerintahan dan diberikan “grade” sebagai biasa, mendukung dan kritik, jadilah dia sumber, sekali lagi saya sebut sebagai sumber referensi yang paripurna (atau mungkin admin kompasiana dapat juga mengemas nya seperti itu?). Masih banyak lagi, namun semua itu intinya adalah kompasiana dengan tampilan barunya akan muncul lebih jelas lagi sebagai icon yang merefleksikan “intelektualitas” kelompok warga negara yang perduli terhadap negara tercinta Indonesia untuk lebih laju dan lebih cepat berjalan menuju “Indonesia Yang Lebih Sejahtera “