SEKARANG pukul 22.30 wib, tanggal 15 Desember 2008 (saat tulisan dibuat). Saya baru saja sampai di rumah kembali, setelah sejak siang tadi mengikuti satu acara di Pacitan yang Inspektur Upacaranya Presiden Republik Indonesia, SBY.
Kebetulan sekali saya diundang oleh Panglima TNI, untuk turut menghadiri upacara tersebut. Upacara itu adalah , upacara peresmian “Revitalisasi Kawasan Sejarah Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman”. Lokasi upacara dimaksud adalah di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
Saya tidak akan menceritakan tentang upacara itu serta latar belakang dari pelaksanaan acara itu sendiri, akan tetapi hanya ingin menceritakan sesuatu yang cukup menarik untuk diketahui bersama.
Perjalanan dimulai dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta. Kami menggunakan pesawat B-737 seri 200 menuju Pangkalan Udara Iswahyudi di Madiun. Saat berangkat, tepat pukul 10.00 wib, cuaca mendung walaupun masih agak terang. Sebelum naik pesawat,saya menanyakan kepada petugas meteorologi di Halim, yang kemudian mengatakan bahwa memang cuaca tidak begitu baik di sepanjang pulau Jawa, termasuk di Jawa Timur. Pada umumnya mendung, berawan dan sangat berpeluang turunnya hujan.
Sesampai di Madiun, beristirahat sejenak di Pangkalan Angkatan Udara Iswahyudi Madiun, kemudian tepat pukul 1200 wib, rombongan berangkat menuju lokasi . Cuaca agak gelap dengan kondisi berawan pekat sepanjang perjalanan. Setelah menempuh perjalanan melelahkan selama lebih kurang dua jam dengan menembus banyak tanjakan yang sangat curam dan tikungan yang tajam, sampailah rombongan di lokasi upacara tersebut. Agak ajaib, walaupun disekitar tempat acara dikepung oleh awan hitam pekat, ada sedikit celah yang terang dan sinar matahari bersinar terang dengan sedikit menyengat.
Kursi VIP di jajaran depan, terpaksa agak sedikit dimundurkan agar tidak tertimpa sinar matahari yang sangat terik. Turun dari Bus, melihat kepekatan awan hitam yang mengelilingi sekitar tempat upacara, iseng saya mengatakan kepada salah seorang penitia setempat, gimana kalau hujan? Apakah upacara akan tetap berlangsung? Dengan tenang dijawab, mudah-mudahan tidak pak, karena sudah ada pawang. Belum sempat saya mengomentari jawaban itu, salah satu dari anggota rombongan langsung menimpali, bahwa pada setiap ada acara SBY yang berlangsung di udara terbuka, pasti disiapkan pawang khusus untuk mengendalikan turunnya hujan. Dalam hati saya pun langsung menjawab
” Ah masak ?”
Lepas dari percaya atau tidak, akan tetapi sore itu saya menyaksikan satu fenomena yang rada aneh juga. Beberapa saat menjelang kedatangan SBY, cuaca berubah, dari panas terik yang berasal dari satu celah yang bersih dari awan mendung disekitarnya, secara pelahan sang matahari tertutup secara bertahap. Saya tidak mendramatisir, akan tetapi cuaca kemudian memang menjadi redup, tertutup mendung nyaris diseluruh langit.
Barisan kursi VIP yang tadinya terkena sorotan matahari langsung saja menjadi sejuk. Tidak ada yang aneh sebenar nya, gejala akan turunnya hujan memang selalu akan terjadi seperti itu. Hanya yang kemudian menjadi menarik adalah, mendung berlangsung terus, tanpa diikuti turunnya hujan. Keadaan seperti ini berlanjut terus selama upacara berlangsung. Sampai di penghujung upacara, dan kemudian secara berangsur para tetamu meninggalkan tempat upacara , barulah kemudian sedikit turun hujan gerimis yang ringan. Aneh, tetapi nyata.
Apakah benar, panitia memang menyediakan pawang yang piawai dalam mengelola turunnya hujan di satu lokasi tempat upacara berlangsung, seperti dikatakan oleh salah satu rekan tadi, benar-benar hanya Yang Maha Kuasa yang mengetahuinya. Saya sendiri tidak hendak mendramatisasi tentang hal ini. Bagi saya sih, ini hanya terjadi begitu saja. Hanya kalau dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang magis dan atau mistik dan lain sebagainya memang kemudian bisa menjadi cerita yang “menarik”, barangkali.
Sebagai mahluk yang beragama, tentunya kita semua hanya percaya kepada kebesaran yang maha kuasa. Tentang apakah itu hasil dari kerja keras panitia dengan pawang hujan, saya sendiri kurang memahaminya.