Sekedar pelepas penat, setelah menikmati amburadulnya lalulintas di Jakarta, saya ingin menurunkan sedikit ilustrasi tentang interaksi 3 orang Jenderal Amerika sesaat setelah usainya perang dunia kedua.
George Marshall, seorang jenderal Amerika yang dijuluki oleh Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris sebagai “organizer of victory“, arsitek atau tim sukses kemenangan sekutu pada perang dunia ke 2. Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, dia pernah mengomandoi Jenderal Mac Arthur dalam melaksanakan operasi tempur di kawasan Pasifik. Dia terkenal dengan “Marshall Plan” nya, konsep program recovery Eropa pasca perang dunia. Untuk kiprahnya kepada masyarakat global Jenderal Marshall , pada tahun 1953 memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Pangkat terakhirnya adalah Jenderal bintang 5.
Dwight David “Ike” Eisenhower, Jenderal Amerika yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke 34 di tahun 1953 sampai dengan 1961. Lulusan West Point Military Academy tahun 1915, adalah penggagas dibangunnya “Interstate Highway System”, jalan bebas hambatan antar kota seluruh Amerika di tahun 1956. Sisitem jalan besar antar negara bagian itu , ditujukan untuk memudahkan Amerika , bila menghadapi perang menjadi lebih mudah untuk alur dukungan logistik, evakuasi dan total mobilisasi kekuatan militer dan sipil. Terkenal dengan ucapannya : “Security and Liberty may prosper together ! “. Sesuai hukum berlaku, dia mengundurkan diri sebagai Jenderal pada tahun 1953, sesaat sebelum diangkat menjadi Presiden. Pada saat selesai dan sukses melaksanakan tugas sebagai Presiden, atas segudang jasanya untuk negara, dia diaktifkan kembali untuk menerima kenaikan pangkat sebagai Jenderal Bintang 5. Eisenhower pernah bertugas sebagai ajudan dan sekretaris dari Jenderal Mac Arthur.
Jenderal Douglas Mac Arthur, lulusan West Point angkatan 1903. Jenderal lapangan yang malang melintang selama lebih dari 11 tahun di luar Amerika untuk menjaga kehormatan dan kepentingan Amerika Serikat. Terkenal dengan kata-katanya : “Old Soldier Never Die, They Just Fade Away”.
Dia juga adalah seorang Jenderal bintang 5. Walaupun, dimasa itu bintang lima hanya diberikan sebagai penghormatan bagi seorang Jenderal yang berjasa luar biasa bagi negaranya, dan sekarang kabarnya sudah tidak ada lagi jenjang kepangkatan bintang 5 tersebut. Konon yang menganugerahkan bintang 5 bukanlah dari pihak Pentagon, akan tetapi dari Kongres Amerika.
Mac Arthur pernah berkata sebagai berikut : “By profession I am a soldier and take pride in that fact. But I am prouder—infinitely prouder—to be a father. A soldier destroys in order to build; the father only builds, never destroys.” Walaupun dia bangga sebagai Prajurit, namun dia jauh lebih bangga sebagai seorang bapak dari anak-anaknya. Prajurit selalu merusak atau menghancurkan dulu baru membangun, akan tetapi sebagai bapak saya hanya membangun dan tidak pernah merusak atau menghancurkan. Pada saat Jenderal Eisenhower, juniornya di West Point datang kepadanya dan melaporkan bahwa dia akan diangkat menjadi Presiden Amerika, diceritakan Mac Arthur bahkan berkata : Go Ahead, saya akan support anda tidak sebagai Senior mu, akan tetapi sebagai seorang warga negara Amerika biasa. “I am proud of you!”
Ketiga Jenderal itu, George Marshall, Dwight Eisenhower dan Mac Arthur adalah Jenderal yang meraih pangkat bintang 5. Ketiganya mengabdikan diri kepada negaranya, baik semasa aktif di militer maupun setelah purnawira. Ketiganya menjaga “officership” dan jiwa korsa serta rasa setiakawan sebagai sesama Perwira, menumpahkan seluruh kemampuan bagi bangsa dan negara Amerika Serikat. Ketiganya, tidak pernah mendirikan partai politik untuk mengabdikan dirinya kepada negara dan juga tidak pernah bersaing “head to head” diantara sesamanya demi menjaga kehormatan “korps”nya, kehormatan alma mater nya. Mereka memilih untuk “bahu membahu” mengabdi kepada bangsanya.
Mereka bertiga kemudian dijuluki sebagai ” Sang 15 Bintang Three Generals who saved The American Century “.
Kesimpulannya seperti biasa kita kan kemudian akan berkata: ” Itukan di Amerika !”. Akan tetapi Itulah : Interaksi diantara 3 Jenderal. Sekedar Nice to Know saja !
Jakarta 29 Mei 2012
Chappy Hakim
4 Comments
Ada lagi yg Jenderal MacArthur katakan di depan para taruna West Point :…DUTY ,..HONOR ,…COUNTRY..
pointnya: jendral purnawirawan tak perlu bikin partai untuk tetap mengabdi pada negara?
Salam hormat
Bapak benar sekali, ketiga jendral itu ga punya partai politik …… Beda dengan di indonesia …. Jendralnya memelihara partai politik sebagai mesin poiltiknya.
Celakanya lagi, para pengikutnya adalah bajing loncat dari partai politik mantan jendral penguasa sebelumnya……
Salut kepada pak cheppy yang tetap menjaga nama sebAai the real old soldier……, ga berpolitik apalagi mendukung alumni yg berpolitik atau mendirikan partai politik
Sekali lagi salam hormat
Sxgani
Ulasan yang menarik tentang tiga orang jenderal yang bukan saja menguasai ilmu dan teknik kemiliteran, tetapi juga masing-masing mempunyai kemampuan membangun tatanan sosial-politik-ekonomi yang mumpuni. Jenderal George Marshall tak perlu diragukan lagi dengan gagasan “Marshall Plan”nya, kemudian Jenderal Dwight Eisenhower yang kemudian menjabat sebagai presiden tentu tak bisa dipungkiri kiprahnya dalam mengelola permasalahan multisektoral. Terakhir Jenderal Douglas Mc Arthur, walaupun Mc Arthur tidak menjadi presiden AS, tapi kiprahnya membangun Jepang dari segi fisik, sosial, ekonomi, politik dan budaya setelah memenangkan perang di Pasifik adalah sebuah karya besar. Mereka para jenderal profesional yang telah war-proven, dan dengan demikian kemampuan strategi-taktik kemiliterannya tidak perlu diragukan lagi, tanpa membuat partai politik yang bikin gaduh pun kemudian membuktikan diri mampu mengelola persoalan lain secara baik.
Terima kasih atas ulasannya, Marsekal.