Di Pulau Pinang atau sering disebut dalam bahasa Inggris sebagai “Penang” yang berlokasi di kawasan Malaysia, terdapat satu Hotel bertaraf Internasional dengan nama yang sangat tidak aneh dan bahkan populer yaitu Hotel “Shangri-La’s”.
Yang sangat menarik perhatian adalah “jargon” yang digunakan dalam memasarkan merek dagang Hotel Shangri-La di penang ini adalah berjudul “Rasa Sayang Resort & Spa. Bagi orang Indonesia, melihat kata-kata Rasa Sayang, tentunya sangat terasa sekali “kedekatannya” dengan nama lagu rakyat asal Ambon “Rasa Sayange”. Kata-kata Rasa Sayang, terasa sangat bersahabat dengan “budaya” Indonesia. Rasa Sayang, “Indonesia” banget !
Disini saya tidak ingin mem “protes” atau pun meng “klaim” penggunaan kata Rasa Sayang oleh Shangri-La di pulau Penang ini, sesuatu yang tidak ada gunanya. Hanya saja, saya cukup terhenyak melihat Papan Nama besar dari Hotel Shangri-La ini yang memajang kata-kata “Rasa Sayang” melekat pada Logo dan bahkan dengan ukuran huruf yang lebih besar. Kagum, ternyata Manajemen Shangri-La telah dengan cerdas menggunakan kata-kata Rasa Sayang untuk dilekatkan pada Logo Hotel Bertaraf Internasional yang lokasinya adalah dikawasan “melayu” serta atmosfer yang sangat “alami”.
Lokasi Hotel Shangri-La Rasa Sayang ini adalah ditepian pantai yang bersih, terlihat sekilas persis dengan hotel-hotel Internasional yang ada di pantai-pantai pulau Bali. Mulai dari kamar, taman-taman sekitar pantai, kolam renang, semuanya terasa sangat “Bali”. Bila didekati lebih jauh, pelayanan dengan gaya “melayu” (mereka berpakaian ala lautan teduh, namun dengan motif mirip batik) yang mereka selenggarakan, nampak sangat bersahabat, hangat dan profesional. Ada kesan, mereka semua terlatih dengan baik dalam pelayanan terhadap para tamu, dengan tidak membedakan sama sekali siapa dia, apakah “bule” atau “melayu”.
Hunian Hotel ini ternyata juga cukup tinggi, yaitu rata-rata selalu diatas 75 % dan lebih dari separuh tamu adalah orang “bule”. Para pelayan hotel, sangat sigap dengan bahasa Inggris “sekolahan”, karena kebanyakan dari mereka Inggris adalah “bahasa-ibu” nya. Bagi orang-orang yang berbahasa Melayu atau Indonesia, merekapun berbahasa Melayu atau Indonesia dengan “faseh” nya.
Restoran Utama yang menghadap ke pantai dengan dua lokasi, yaitu beratap dan terbuka disusun dengan gaya yang sangat “melayu”. Di pintu masuk kita akan melewati satu lorong kecil, dimana disajikan dalam banyak karung-karung kecil yang dikemas seperti kemasan “jaman dulu” di kampung-kampung, aneka “rempah-rempah” yang mengeluarkan aroma khas seperti bau bumbu dapur. Keseluruhan memang dominan akan tercium seperti aroma dari masakan India, akan tetapi sekilas tetap memunculkan ciri khas dari bahan-bahan dapur orang Melayu, lengkap dengan beberapa bubuk teh dan jahe dan lain lain. Melewati lorong itu, barulah masuk pada ruang yang luas dengan sajian aneka masakan Melayu yang disajikan dengan sangat “atractive” di bagian depan. Terlihat antara lain nasi uduk, rendang ayam, sambal terasi dan sejenisnya. Lepas dari bagian makanan Melayu ini barulah akan terlihat makanan “barat” seperti Roti dan Keju serta jenis makanan barat lainnya.
Setiap tamu yang baru tiba, langsung saja mendapatkan ”very special offer”, tawaran sangat khusus yaitu berupa diskon untuk massage dan spa, yang disediakan untuk para tamu hotel, dilayani oleh para gadis-gadis cantik berwajah Melayu, dengan dandanan busana yang “agak Bali”. Singkat kata , Penang ini memang terasa seperti Bali. Namun tentu saja, dalam beberapa hal mereka dapat menampilkannya dengan kelebihan-kelebihan tertentu, seperti pelayanan prima dan kebersihan yang sangat menyesal harus diakui mereka lebih baik, akan tetapi “nyawa” atau “jiwa” Bali sulit untuk dapat dihadirkan. Paket “sajen” yang banyak berserakan dengan bau dupa yang khas serta latar belakang gamelan yang bergairah seperti di Bali, ternyata tidak ada disini. Itulah “kultur khas Bali” ternyata memang sulit untuk dapat ditiru. Akan tetapi, bila kita tidak meningkatkan sektor pelayanan dan juga kebiasaan “bersih”, tidak mustahil sektor pariwisata kita yang merupakan unggulan Indonesia, akan disaingi dengan banyak “kloning” nya di Malaysia dan juga negara-negara dikawasan Asean.
Malaysia telah dengan “cerdas” menggunakan Jargon yang mengakar di masyarakat Melayu “Rasa Sayang” untuk Hotel Internasional nya, mereka lebih “melayani”, lebih “bersih” dan Lebih “Well Organized”. Saya yakin sekali Kita, Indonesia tentunya bisa “jauh lebih” dari mereka.
Ayo Bangun Indonesia !
Penang 22 Nopember 2009
2 Comments
Hi3..
Pak Chappy, koreksi sedikit…Rasa Sayang Resort umurnya sudah lebih dari 5 tahun…jauh sebelum “gonjang-ganjing” rebutan warisan budaya antara Indonesia – Malaysia yang marak belakangan ini.
Secara professional, Shangri-La Rasa Sayang adalah salah satu pemain besar di kawasan semenanjung sana…salah satu resort dengan kualitas terbaik…Acungan jempol buat Pak Chappy…you have chosen a very good place to spend your vacation, sir.
Kalau mau berbicara soal Malaysia dan keberhasilan program kunjungan wisatanya (“Visit Malaysia”) – tidak lain dan tidak bukan adalah andil “beliau-beliau” yang memprakarsai “Visit Indonesia” di tahun2 keemasan pariwisata Indonesia…
Promotion Campaign nya betul2 agresif dan menyeluruh…kalau ini permainan bola, bisa dibilang “total football”…
Karena pariwisata sendiri sebenarnya bukan hanya menjual daerah tujuan dan budaya…tapi lebih kepada pengalaman berkunjung secara keseluruhan (total visiting experience)…
Ini berarti bukan sebatas pada objek destinasi kualitas unggul dan pelayanan terkait kegiatan pariwisata yang prima, tapi juga sarana dan prasarana pendukung…artinya ya antara lain:
maskapai berkualitas, bandara, aparat pendukung terkait (customs, immigration, etc), public transport (taxi, bus, etc), tourists information system, daaaaaaaaan masih banyak lagi….
the list goes on and on and on and on and on…
So, until we are ready and heartfelt-fully committed into playing the game, we could never win..
“Amin” to your prayers, Pak.
May the day when Indonesia is back running on her feet is happening within our lifetimes…
Mudah-mudahan ya Pak ! Salam.