Apa sebenarnya yang dapat membuat kita lebih sehat dan berbahagia ? Bila anda mendapatkan kesempatan satu tawaran untuk investasi masa depan, apa yang anda akan perbuat dengan tenaga dan waktu yang masih anda miliki? Apabila hal itu ditanyakan pada banyak orang dengan pertanyaan yang lebih praktis yaitu apa yang anda cita-citakan untuk dapat dicapai dalam mengisi hidup ini, maka pertanyaan tersebut akan memperoleh banyak sekali ragam jawaban. Dari sekian banyak macam jawaban yang diperoleh, maka dengan mudah pula kesemua itu dikelompokkan dalam tiga golongan besar. Golongan pertama menginginkan untuk menjadi orang kaya, berikutnya adalah mereka yang ingin memperoleh kekuasaan dan terakhir adalah mereka yang menginginkan (juga) “popularitas” atau menjadi orang yang terkenal.
Perjalanan hidup seseorang dalam upaya mencapai cita-citanya terkadang kelihatan sebagai sebuah misteri dan banyak kemudian disebut sebagai nasib atau garis tangan. Untuk mengetahuinya sekaligus mempelajari dengan cermat agar kemudian dapat menirunya, untuk yang sukses tentu saja, pasti akan sangat sulit dan bahkan tidak mungkin. Mengamati perjalanan seseorang dalam hidupnya, memerlukan waktu yang panjang dan juga dibutuhkan analisis yang tidak mudah. Akan tetapi tetap saja , perjalanan hidup seseorang terutama yang berhasil dalam hidup ini pasti sangat menarik untuk diamati agar dapat diperoleh manfaat atau bahkan untuk diikuti jejaknya. Paling tidak, pasti akan sangat menarik bila kita dapat mengikuti perjalanan hidup seseorang sejak usia remaja hingga usia senja, (terlepas dari apakah dia sukses atau tidak sukses) untuk dapat diketahui dengan jelas tentang dua hal utama yaitu apa yang sebenarnya dapat membuat orang bahagia dan juga sehat .
The Harvard Study of Adult Development, telah dan sedang melakukan satu studi yang mungkin merupakan studi yang paling panjang yang pernah dilakukan. Studi ini dimulai pada tahun 1938 dengan mengikuti serta mengamati kehidupan dari sebanyak 724 orang sebagai pesertanya. Setiap tahun demi tahun diikuti dengan seksama apa yang menjadi pekerjaannya, juga tentang kehidupan pribadi dan rumah tangga, serta kondisi kesehatannya. Tentu saja dilakukan pula aneka pertanyaan yang diajukan secara berkala terus menerus tanpa dapat mengetahui kemana arah tujuan hidup dari mereka masing-masing nantinya.
Studi seperti ini jarang sekali yang membawa hasil, karena durasi waktunya yang panjang, maka biasanya studi dan penelitian terhenti setelah berjalan beberapa tahun. Banyak kendala yang menyebabkan studi tidak dapat berlanjut, antara lain karena kekurangan biaya, atau banyak yang kemudian para pesertanya meninggalkan jadwal studi sehingga tidak bisa berlanjut, atau para penelitinya yang beralih karier dan atau meninggal dunia. Beruntung sekali studi yang dilakukan oleh Harvard ini dapat berlanjut, karena kesetiaan para peserta dan juga kaderisasi dari para penelitinya yang konsisten mewariskan tugas penelitiannya kepada generasi penerus yang lebih muda. Sampai dengan tahun 2013 sebanyak lebih kurang 60 orang dari peserta penelitian yang berjumlah 724 orang itu kini masih hidup, dan mereka tentu saja sudah berada pada usia disekitar 90 tahunan. Direktur peneliti yang sedang bertugas sebagai pemimpin penelitian studi sekarang ini adalah merupakan orang (direktur) yang keempat, dari sejak penelitian dimulai pada tahun 1938. Saat ini, bukan saja penelitian tetap atau masih berlangsung, akan tetapi juga tengah dilanjutkan dengan memulai studi lanjutan pada lebih 2000 anak-anak dari para peserta yang berjumlah 724 itu.
Penelitian yang dimulai sejak 1938 tersebut terdiri dari dua kelompok besar yaitu kelompok mahasiswa, orang terpelajar yang baru masuk di Universtas Harvard dan kelompok anak-anak miskin di Boston yang tinggal di pemukiman kumuh. Saat pertama kali dimulai penelitian ini, mereka seluruh para peserta tersebut di wawancara dan disamping itu dilakukan juga cek kesehatan masing-masing para peserta. Peneliti studi mendatangi rumah mereka satu persatu, mewawancarai peserta penelitian dan juga orang tua mereka. Demikianlah penelitian studi bergulir sejak mereka berusia remaja terus menerus sampai mencapai usia dewasa dimana mereka mencapai karier masing-masing di berbagai bidang kehidupan. Ada yang menjadi buruh pabrik, ada yang menjadi ahli hukum, ada pula yang menjadi buruh bangunan, menjadi dokter, insinyur dan seorang diantaranya berhasil menjadi Presiden Amerika Serikat. Beberapa ada anak melarat dan miskin yang mampu berkarier cemerlang menjadi jutawan, sementara ada pula sebaliknya anak orang berada yang menjadi jatuh miskin.
Pemrakarsa studi ini benar-benar tidak pernah bermimpi bahwa penelitian studi yang dikerjakannya, ternyata dapat berlanjut hingga kurun waktu lebih dari 75 tahun. Setiap dua tahun sekali dilakukan evaluasi khusus dalam pelaksanaan penelitian untuk melakukan beberapa penyesuaian agar dapat memudahkan dalam mengolah data yang diperoleh secara akurat.
Untuk mendapatkan gambaran yang jernih, tidak hanya sekedar dilakukan kegiatan memberikan daftar pertanyaan saja, akan tetapi dilakukan juga wawancara mendetil di rumah , ditengah ruang keluarga mereka, mengoleksi data kesehatannya antara lain hasil pemeriksaan laboratorium untuk memonitor kondisi darah mereka, mengumpulkan data pemeriksaan dokter yang terjadwal dan lain-lain. Disamping itu dilakukan pula pemeriksaan otak mereka, serta wawancara dengan anggota keluarga termasuk anak-anaknya dan bahkan menanyakan langsung kepada para isteri dan atau suami mengenai kehidupan perkawinan mereka. Pertanyaan juga mencakup tentang hobi dan kesenangan serta perhatian para peserta dari sudut pandang pengamatan anggota keluarga dan teman-temannya. Pendeknya penelitian studi ini sangat lengkap, komprehensif serta mengalir sepanjang berjalannya waktu dari sejak remaja hingga mencapai usia dewasa dan lanjut usia.
Lalu apa yang diperoleh dari demikian banyak data yang dikumpulkan oleh para peneliti pada periode waktu yang 75 tahun itu. Tumpukan data-data tersebut kemudian di teliti satu persatu secara cermat dan detil sehingga diperoleh sebuah hasil yang lengkap. Keseluruhan hasil tersebut kemudian dianalisis dengan seksama sehingga diperoleh hasil akhir yang sangat akurat sebagai bukti yang dapat kemudian dijadikan bahan referensi akademik. Hasilnya adalah, ternyata tidak ada hubungannya samasekali dengan tujuan hidup yang ingin menjadi kaya atau berhasil meraih kekuasaan dan populer, terkenal atau tenar . Hasil yang diperoleh dari kerja keras penelitian sepanjang kurun waktu75 tahun itu ternyata adalah bahwa “good relationship keep us happier and healthier”.
Kita dapat memperoleh tiga pelajaran penting dari “relationship”. Yang pertama adalah bergaul dan berteman-teman sangat bagus dalam menjalani dan mengisi hidup ini dan kesendirian atau kesepian itu “membunuh”. Hal ini terbukti bahwa orang-orang yang terhubung dengan baik dalam keluarganya dan dengan teman-teman dekat serta memiliki komunitas pergaulan terlihat jauh lebih berbahagia, kesehatan fisiknya terjaga baik dan mereka ini usianya lebih panjang dibanding dengan mereka yang kurang atau tidak bergaul. Pengalaman juga menunjukkan bahwa “kesepian” ternyata adalah “racun mematikan” yang berbahaya. Orang yang kesepian, kondisi fisiknya cepat sekali menurun dan fungsi otaknya cepat melemah serta usianya relatif menjadi lebih pendek dibanding mereka yang banyak bergaul. Kesepian dapat saja terjadi ditengah keramaian dan kesepian juga dapat dialami pada kehidupan berumahtangga yang kurang harmonis.
Pelajaran kedua adalah, “relationship” yang bagus itu tidaklah tergantung kepada jumlah atau berapa banyak anda memiliki teman dan komunitas dalam bergaul , akan tetapi justru faktor “kualitas” hubungan pergaulan itu yang akan sangat menentukan. Hidup ditengah-tengah konflik sangat berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Sementara hubungan yang harmonis akan sangat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Usia panjang seseorang yang akan mencapai usia 70 hingga 80 dan bahkan 90 tahun dapat dideteksi saat mereka berusia di sekitar 50 tahunan. Mereka yang berbahagia ketika memasuki usia 50 tahun yang akan berhadapan dengan banyak gejala penyakit tua (degeneratif), seperti kolesterol, asam urat, gula darah, katarak dan lain-lain, mereka tetap dapat menerima dengan lapang dada kondisi seperti itu dengan menyesuaikan pola hidupnya dengan kondisi yang tengah dan akan diderita sesuai bertambahnya usia. Sebaliknya mereka yang kurang atau tidak berbahagia, akan menjadi frustasi, karena tidak bisa menerima kondisi kesehatannya yang berhubungan dengan lanjut usia dan bahkan menjadi lebih merasa menderita karena “emosi” nya menambah jadi beban rasa sakit yang kerap menghantarnya kepada akhir dari perjalanan hidupnya.
Pelajaran ketiga dari hubungan “good relationship” dengan kondisi kesehatan adalah, hubungan pergaulan yang harmonis dalam rumah tangga, dengan pertemanan dan dengan komunitas ternyata tidak hanya baik sekali untuk kesehatan fisik akan tetapi juga terbukti hal itu dapat menjadi factor yang “melindungi fungsi otak”. Orang menjadi tidak cepat pikun dan pelupa. Orang yang kurang bergaul, fungsi otaknya cepat terganggu sementara kondisi fisiknya juga cepat menurun. Berbeda halnya dengan orang – orang yang memiliki hubungan baik dalam rumah tangganya, berteman dengan sahabat dekat serta bergaul dalam komunitas terlihat sekali fisiknya terjaga dengan baik dan demikian pula fungsi otaknya yang tetap berada dalam kondisi yang bagus. Contoh nyata antara lain adalah mereka yang dimasa purnawira atau pensiun dapat dengan cepat mencari pengganti kolega kerjanya dengan teman bermain atau sahabat bergaul akan kelihatan “awet muda” dibanding dengan mereka yang setelah pensiun kemudian menarik diri atau menyendiri yang biasanya diikuti dengan kondisi tubuh yang akan sakit-sakitan menuju frustrasi yang menghantarnya keakhir hayat dengan lebih cepat. Betty Friedan, seorang penulis kenamaan bangsa Amerika mengatakan bahwa : “Aging is not lost youth but a new stage of opportunity and strength.”
Jakarta 10 April 2016
Chappy Hakim
Disarikan dari TED, Harvard Study of Adult development.
—