Tadi pagi saya bertemu dengan beberapa anak muda lulusan S1 dan beberapa S2. Ngobrol-ngobrol yang tentu saja adalah membahas topik pasca deklarasi Capres Cawapres yang telah terbentuk dalam proses panjang perundingan pembentukan koalisi.
Mulai dari alotnya pertemuan PDIP dengan Gerindra, sampai dengan topik yang diangkat salah satu koran ibukota yang berjudul “PKS akhirnya menyerah kepada Yudhoyono”.
Anak-anak muda ini semua mengemukakan pertanyaannya mengenai pernyataan banyak pihak tentang sesuatu yang “aneh” dilakukan dengan satu jawaban “ini kan politik”. Dalam Politik itu semua bisa saja terjadi. Telah terbangun pemahaman bahwa atas nama politik, maka semua dapat dikerjakan . Atas nama Politik semua menjadi halal dilakukan. Boleh saja, pagi bilang A dan siang bilang B dan kemudian malam bilang A lagi atau lainnya. Boleh saja untuk bermusuhan bertahun-tahun kemudian mendadak bersahabat. Boleh saja minggu lalu mengkritik dengan pedas terhadap A dan kemudian sekarang memuji-muji nya. Boleh saja tahun lalu setuju atau mendukung dan kemudian sekarang mati-matian mengecamnya.Boleh saja sekarang menganggap A salah besar, dan kemudian besok pagi tanpa ada perubahan apapun yang terjadi menganggap A adalah yang paling benar.
Itu semua yang menjadi pertanyaan besar mereka. Khawatirnya, katanya bisa saja nanti akan berkembang menjadi orang beragama Islam hari ini dan besok beragama Kristen dengan tanpa alasan apapun kecuali karena mendapatkan kenyamanan pribadi. Sudah sebegitu parahkah?
Sebenarnya mereka mengatakan, sudah tumbuh satu harapan dimasa pasca pemilu 2004 yang lalu. Mereka melihat munculnya partai PKS, partai berbasis Islam didirikan 20 April 2002, yang pada pemilu 2004 berhasil meraih 7,34 % suara. Memperoleh 45 kursi dari 550 kursi di DPR. Di Jakarta meraih sukses berkat kampanye yang “door to door”. Kampanye yang benar-benar mendekat kepada rakyat kalangan bawah. Sungguh suatu gebrakan yang benar-benar mengagumkan. Lebih hebat lagi Sang Boss PKS yang kemudian memperoleh kedudukan sebagai Ketua MPR lalu mengundurkan diri dari partainya.“change we can believe in”. Ada suatu perubahan yang mengundang harapan, mengundang harapan besar. Inilah Partai yang berkarakter. Inilah Partai yang militan. Inilah Partai yang memiliki “value”, memiliki kehormatan dan kedaulatan. Luar Biasa ! PKS partai Harapan !
Namun apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, ternyata telah menghapus semua kesan itu. Ternyata PKS memang tidak ada bedanya. Sikap PKS yang mengancam Demokrat tentang posisi Golkar dalam koalisi, dan diikuti dengan ancaman terhadap penolakan dipilihnya Boediono sebagai cawapres SBY, dan kemudian tetap berada dalam jajaran Demokrat bahkan turut berpesta di ajang deklarasi SBY Berbudi !
Pengamat Politik Yudi Latif berkata : Kembalinya PKS kepangkuan SBY sungguh anti klimaks dan sangat memalukan. PKS yang selama ini menggembar-gemborkan simbol, nilai, moral dan substansi ternyata tidak ada apa-apanya. Gertakan-gertakan PKS semula sepertinya menggambarkan karakter kuat yang diperlukan dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Ternyata PKS tidak ada bedanya. Semula PKS menggertak agar Golkar tidak bergabung, lalu menggertak Boediono. Ternyata gertakan itu untuk sekedar mencari kekuasaan. PKS bukanlah partai harapan.
Pengamat Politik Ikrar Nusa Bakti mengatakan Akan ada kekecewaan besar ditingkat akar rumput PKS yang selama ini begitu bangga dengan citra partai. Dalam jangka panjang manuver gertak sambal PKS ini akan sangat merugikan citra mereka. Petinggi PKS akan sibuk mencari argumentasi untuk menenangkan massa mereka, tapi itu tidak akan membantu memulihkan citra PKS.
Pupus sudah harapan.
Anak muda merindukan seorang pemimpin dengan moral dan karakter kuat yang akan berkata di seluruh daerah pedusunan terpencil diseantero Nusantara yang dihuni banyak rakyat miskin : ” Tugas saya adalah bukan mewakili Jakarta untuk kamu sekalian, akan tetapi saya bertugas memperjuangkan nasib anda semua ke Jakarta !”
Seperti yang dikatakan Obama : “My Job is not represent Washington to you, But to represent you to Washington!”
Sekali lagi Pupus sudah harapan !
Selamat berakhir pekan !
2 Comments
Demikian lah gejala yg terjadi pada saat ini, dulu waktu kampanye, bagaimana keras dan konyolnya bunyi kampaye PDI-P mengecam, mengkritik dan menyudutkan manuver politik SBY-Budiyono.
Nah sekarang , pak Taufik Kiemas sudah dirame-ramekan untuk jadi Ketua MPR…….
Yang terjadi….terjadi lah, namanya juga POLITIK, he..he..he
Menyedihkan juga ya ?! salam, CH.