Prof.Dr. Azyumardi Azra, CBE Dalam Kenangan
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang juga Ketua Dewan Pers Prof.Dr.Azyumardi Azra, CBE diberitakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Selangor, Malaysia pada siang hari Minggu tanggal 18 September 2022. Kabarnya beliau terpapar Covid 19 , namun penjelasan dokter kemudian mengatakan Pak Azyumardi Azra terkena serangan jantung. Dari banyak berita yang beredar, beliau baru saja bepergian ke beberapa daerah sebelum keberangkatannya ke Malaysia. Pak Azyumardi Azra dikenal luas sebagai seorang intelektual yang tidak pernah lelah untuk berbagi. Jadwal bepergiannya memang tidak jauh dari aktivitasnya dalam berbagi, wawancara, ceramah, kuliah umum dan sebagai nara sumber pada berbagai seminar di dalam dan luar negeri. Perjalanan terakhir beliau pun adalah dalam rangka memenuhi undangan dari Angkatan Belia Islam Malaysia untuk menghadiri sekaligus sebagai pembicara pada Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang dilaksanakan di Selangor , Malaysia pada 17 September 2022.
Saya mengenal beliau dari banyak tulisan tulisannya pada berbagai media dan juga dalam beberapa kesempatan berkomunikasi antara lain melalui telepon serta pada berbagai zoom meeting dengan bermacam topik bahasan. Pak Azyumardi Azra dikenal luas sebagai pemikir dan tokoh akdemisi yang berwawasan terbuka. Pandangan dan pendapatnya merefleksikan keteguhan prinsip yang kuat diemban sekaligus memancarkan sikap toleransi yang terbalut dalam kerendahan hatinya. Itu sebab maka banyak pihak memiliki harapan besar sekali terhadap kemajuan atas kualitas media di Indonesia pada saat beliau terpilih menjadi Ketua Dewan Pers beberapa bulan yang lalu. Terpilihnya beliau sebagai Ketua Dewan Pers tentu saja tidak terlepas dari betapa banyak pihak melihatnya sebagai pribadi dengan sosok yang tinggi integritasnya. Sosok yang terjaga moral kepribadian dengan martabat nya sebagai intelektual sejati. Hal ini menjadi istimewa ditengah banyaknya para elit negeri yang berada dalam posisi strategis namun munafik serta bermoral rendah yang kemudian antara lain tertangkap tangan sebagai koruptor. Azyumardi Azra memang sosok yang langka dan istimewa serta patut menjadi panutan kita semua.
Berdiskusi dengan Pak Azyumardi Azra terasa sekali sangat menyenangkan. Dalam membahas masalah apapun terkesan sekali almarhum sebagai sosok guru besar yang berpengatahuan luas, namun tetap tidak mencerminkan nada yang menggurui. Saya tidak pernah lupa betapa beliau tetap menghargai pendapat orang lain walau pada beberapa hal tidak sejalan dengan pemahaman beliau secara pribadi. Performa beliau terlihat jelas sekali disaat tampil dalam wawancara di Televisi dalam menjawab pertanyaan pertanyaan dengan kalimat pilihan yang mudah dimengerti oleh orang awam sekalipun. Saya banyak berguru dari banyak tulisan dan tentu saja juga dari komunikasi saya langsung dengan Pak Azyumardi Azra yang sangat bersahabat. Saya dan bahkan kita semua kehilangan sosok teladan yang pantas bergelar sebagai Guru Bangsa.
Secara khusus dan pribadi kesan terhadap Pak Azyumardi Azra tergambar dengan jelas pada tulisan beliau dalam memberikan komentar pada buku saya di akhir tahun 2021 lalu (berjudul Retired but Not Expired), sebagai berikut :
“Otobiografi kedua (lanjutan) Marsekal TNI (purn) Chappy Hakim ini dengan sempurna membantah banyak mitos dan ketakutan tentang lansia. Menggunakan kriteria WHO, pak Chappy termasuk ‘lansia muda’ (66-74 tahun)–usia puncak yang bahkan lebih produktif daripada masa lebih muda. Karya ini mengungkapkan aktivisme pak Chappy yang lebih daripada sekadar mengisi waktu di masa pensiun atau lansia, tapi mengandung banyak good lessons to learn bagi para pembaca untuk terus produktif demi kemaslahatan keluarga, bangsa dan negara”
Selamat Jalan Bapak Guru Bangsa, Bapak Prof Azyumardi Azra, CBE, guru besar sejarah – cum – intelektual publik.
Jakarta 18 September 2022
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia