Beograd adalah ibukota Serbia.Dahulu Beograd yang juga dikenal dengan beberapa sebutan lain seperti Belgrade adalah merupakan ibukota Yugoslavia.Pada waktu itu Yugoslavia merupakan Negara Federasi yang terdiri dari 6 Republik.Ke 6 Republik tersebut adalah, Slovenia, Croatia, Bosnia and Herzegovina, Montenegro dan Macedonia and Serbia. Berlanjut dari berakhirnya perang dingin yang diikuti dengan runtuhnya Negara Komunis Uni Sovyet, maka terjadilah banyak perkembangan di Negara-negara Eropa Timur yang dikenal dengan nama Negara dibalik tirai bambu, atau Negara yang bernaung dibawah “Pakta Warsawa”. Setelah terjadi begitu banyak pergolakan dan perkembangan di Negara yang dahulu bernama Yugoslavia itu, maka sekarang ini, Beograd telah menjadi ibukota Republik Serbia.
Kota Beograd sendiri, telah dihuni sejak zaman Neolitik sekitar 5000 tahun sebelum masehi. Beograd mulai muncul dan dikenal banyak orang didunia pada masa Paus Yohannes Boris Mihailo yang berbahasa slavia, tanggal 16 April 1878.
Nama Beograd, merupakan gabungan dari dua kata yaitu Beo dan Grad. Beo berarti putih dan Grad artinya kota. Dengan demikian maka lebih kurang Beograd berarti kota yang putih. Tidak begitu jelas mengapa tempat tersebut dikenal dengan sebutan Kota Putih, Beograd.
Hubungan Republik Indonesia dengan Yugoslavia, dimasa lampau ditandai dengan irama langkah yang besar dari gerakan non blok yang dipelopori oleh antara lain Bung Karno dan pemimpin Yugoslavia, Josip Broz Tito. Sampai dengan saat ini masih banyak orang di Serbia dan Croatia yang mengagumi Bung Karno sebagai teman sejati Tito dalam memelopori gerakan non blok dimuka bumi ini.
Ada beberapa tempat bersejarah yang terkenal di Beograd yaitu antara lain :
Benteng Kelemegdan, yang merupakan lambang masuknya Turki ke wilayah Serbia pada tahun 1500 an. Masih terdapat didalamnya bekas-bekas peninggalan peralatan perang Turki dan makam salah seorang sultan Turki. Letak benteng ini berada tepat dipertemuan dua buah sungai besar yaitu sungai Donau yang terkenal itu dengan sungai Sava. Benteng peninggalan Turki ini dibangun untuk dipergunakan pada tahun 1521. Dinamakan “kelemegdan”, yang berasal dari bahasa Turki yang berarti Palagan Perang.
Gedung Parlemen Federal, gedung dengan bangunan berdasar pada seni arsitektur khas Serbia telah menjadi gedung yang mengukir sejarah dijagad ini sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Negara Non Blok di tahun 1961.
Bung Karno, sebagai Presiden Republik Indonesia yang juga merupakan salah satu penggagas gerakan non blok, hadir dalam kesempatan tersebut.
Gedung peringatan sekaligus makam mantan Presiden Tito.
Didalamnya terdapat banyak barang-barang peninggalan dan kenangan pemimpin besar Yugoslavia itu.Terlihat antara lain meja kerja beliau yang sekarang digunakan sebagai tempat bagi tamu kehormatan yang berkunjung kesitu untuk mengisi buku tamu.
Disisi lain, dipajang juga beberapa cendera mata yang pernah diterima oleh Josip Broz Tito sebagai Presiden Yugoslavia dimasa pemerintahannya. Diantaranya dapat terlihat dan terpampang sangat jelas dalam almari kaca yang megah, satu set peralatan musik angklung dari Republik Indonesia. Konon kabarnya, itu merupakan cendera mata yang diserahkan Bung Karno kepada sahabatnya Tito.
Bukit Avala.Dibukit ini telah disemayamkan ribuan pahlawan tak dikenal pada masa perang dunia pertama. Dilokasi ini pula dapat terlihat menara tertinggi di Beograd yang telah hancur berantakan sebagai akibat dari serangan pasukan NATO, yang dilakukan tanpa mandat dari PBB pada tahun 1999.
Berkat hubungan yang sangat erat antara Indonesia dan Yugoslavia dimasa lalu itu, maka Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beograd dapat menempati lokasi yang sangat bergengsi , pada alur jalan protokol di jantung pusat kota Beograd. Walaupun tidak begitu banyak masyarakat Indonesia yang bermukim di Beograd, namun disana terdapat Sekolah Indonesia yang prestasinya dapat dibanggakan. Dua dari beberapa guru berdedikasi yang mengajar disitu adalah Pak Alex dan Pak Sutikno. Keduanya telah menetap di Beograd selama puluhan tahun. Pak Alex menginjakkan kakinya di Beograd sejak tahun 1957, sedangkan Pak Sutikno, Master dibidang metalurgi yang banyak berperan dalam pengadaan kereta api untuk Indonesia di tahun 1967 an telah bermukim di Beograd dari tahun 1963.
Yang unik di Serbia antara lain adalah maskapai penerbangan “flag carrier” nya masih tetap menggunakan nama Yugoslavia, yaitu JAT Airways. JAT sebenarnya adalah merupakan singkatan dari Jugoslavia Air Transport. Armadanya antara lain menggunakan pesawat B-737-300 yang ber “home-base” di Nicola Tesla International Airport, Beograd. Salah satu penerbang kawakannya adalah seorang pilot muslim bernama Capt. Harris Begovic, yang kerap ditemani oleh purser senior berkebangsaan Serbia Covic Nebojse.
Lebih unik lagi adalah, di Beograd, apabila mereka ingin menyampaikan ucapan “selamat makan”, maka kata yang digunakan adalah “prijatno”.Sedangkan untuk mengatakan terimakasih, digunakan kata “walah”.Dengan demikian, bila dalam jamuan makan malam, atau di rumah rumah makan, kita akan sering sekali mendengar orang mengatakan “prijatno”…… walah, walah, yang artinya adalah : selamat makan……… terimakasih, terimakasih.
Walah….walah.