Empat setengah jam mendengarkan rekaman menghebohkan yang diputar dalam sidang Mahkamah Konstitusi telah benar-benar membangunkan kita semua. Bangun dengan “merinding” dan bulu kuduk yang turut serta merta berdiri “tegak lurus”. Lepas dari apakah rekaman tersebut benar atau tidak, bisa dibuktikan atau tidak atau apapun namanya, namun jelas sekali bahwa apa yang terdengar disitu benar-benar “menyedihkan”. Sangat berat untuk dapat mempercayainya.
Saya tidak bisa membayangkan, apa yang berkecamuk didalam hati para anggota Polisi, Kejaksaan dan termasuk para anggota KPK sendiri dalam mendengarkan drama empat setengah jam kemaren yang konon akan diteruskan siang ini jam 1400 wib.
Rasanya, kehormatan ketiga lembaga paling bergengsi di negeri ini telah hancur tercabik-cabik tidak berharga lagi. Didalam hati, seolah saya berharap bahwa semua itu tidak benar adanya. Akan tetapi, disisi lain, apabila kita mengikuti pemberitaan di media massa, maka justru rekaman tersebut telah menjadi “klarifikasi” dari apa yang belakangan ini diberitakan samar-samar di hampir seantero koran, majalah dan televisi.
Tidak kalah menarik, pada waktu mengikuti “talk show” yang berhubungan dengan kasus Bibit Chandra ini dari Metro dan TV one, maka akan lebih jelas lagi terungkap, bagaimana “bobrok”nya semua lembaga hukum dinegeri ini. Sekali lagi, apabila memang benar apa yang diutarakan oleh masing-masing pihak, para tim pembela Bibit Chandra dan para tim pembela Anggodo/Anggoro, maka habislah sudah harapan masyarakat awam untuk memperoleh keadilan di Republik Indonesia ini. Lalu mau kemana?
Betapa para pembela masing-masing pihak membongkar pengalaman pahitnya dalam berhubungan dengan lembaga peradilan yang sepatutnya berada dalam posisi yang sangat terhormat dan berwibawa, ternyata tidak lebih dan tidak kurang hanya berurusan dengan “duit”. Persis seperti cerita-cerita di film-film tentang “mafia” . Sekali lagi, apabila semua itu memang benar.
Sepertinya, semua yang pernah disebut-sebut orang tentang adanya “mafia” peradilan dinegeri ini, seluruhnya telah memperoleh “konfirmasi” akan kebenarannya, kemarin di Mahkamah Konstitusi.
Saya pikir, dan saya percaya bahwa saya tidaklah sendirian telah menjadi “merinding” dan tidak bisa tidur semalam, membayangkan itu semua. Benar-benar “mengerikan” ! Sudah begitu “amburadul” kah negeriku tercinta ini?
Diluar itu semua, saya pribadi masih percaya, bahwa masih banyak Polisi kita yang baik, Jaksa kita yang baik dan juga orang KPK yang baik.
Walaupun gambaran terang benderang dari rekaman kemarin itu begitu “mengerikan”, saya masih melihat harapan besar terhadap ketiga lembaga tersebut. Masalahnya adalah, bagaimana para pemimpin negeri, harus bekerja keras untuk mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah “Bibit Chandra” ini dengan penuh tanggung jawab.
Semua kita tentunya banyak berharap dari apa yang akan dihasilkan oleh Tim 8 pimpinan Buyung Nasution, untuk dapat menemukan resep yang mujarab bagi “penyakit” yang tengah melanda negeri ini.
Dari semua komentar dan ulasan yang dapat saya ikuti, saya tertarik sekali dengan tulisan dan uraian yang diberikan oleh saudara Eep Saifulloh Fatah disalah satu koran dan stasiun Televisi ibukota.
Masalah ini, hendaknya benar-benar harus diusut sampai dengan akar permasalahan yang merupakan biang kerok nya. Karena apabila tidak, maka semua koreksi yang akan dilakukan akan sia-sia jadinya.
Rekonstruksi dari semua badan peradilan, pembenahan sdm yang mengawakinya, tentu saja haruslah menjadi prioritas dalam penanganannya.
Sangatlah Naif, bila kita dapat hanyut (kembali) dalam gelombang dahsyat kredibilitas “negara” yang “katanya” merupakan akibat dari telah berlangsungnya perkelahian antar lembaga penegak hukum yang tenar dengan judul Buaya melawan Cicak.
Saya kemudian teringat kembali dengan ucapan Peter Drucker, yang mengatakan bahwa mengelola suatu negara , mutlak diperlukan “strong leadership” dan “good management”.
Kiranya, bagi kita semua orang awam dibidang hukum, tentunya hanya dapat berdoa dan berharap semoga badai akan cepat berlalu.
Jakarta 4 Nopember 2009