Pada misi penerbangan di tahun 1970-an dengan pesawat Dakota ke Semarang, disatu hari yang cukup cerah, saya yang pada saat itu masih berstatus sebagai co-pilot, menghadapi sedikit masalah. Rute penerbangan tersebut adalah dari Halim ke Semarang dan setelah itu akan melanjutkan misi ke Surabaya. Agak kurang beruntung, setelah berhenti di Semarang sejenak, saat akan melanjutkan penerbangan, mesin pesawat sebelah kiri, biasa disebut sebagai engine nomor 1, tidak bisa di start atau dihidupkan. Setelah beberapa saat juru mesin udara (jmu) dibantu dengan dua orang pembantunya mencoba untuk dapat mengatasinya, ternyata tetap tidak berhasil.
Sang jmu, segera lapor kepada kapten pilot yang menjelaskan bahwa telah terjadi kerusakan di starter motor dari engine nomor 1. Dengan rusaknya starter motor tersebut maka mesin nomor satu tidak dapat dihidupkan. Selesai melaporkan kondisi kerusakan, jmu meminta ijin kapten pilot untuk mencoba menghidupkan mesin dengan cara diengkol. Metoda engkol ini sebenarnya sudah lama tidak dilakukan lagi, namun tidak berarti sudah benar-benar ditinggalkan.
Prosedur engkol yang dimaksud adalah, menghidupkan mesin dengan cara, dihidupkan secara manual yaitu menggunakan tali untuk memutar propeller atau baling-baling dari mesin pesawat. Analogi dari mekanisme ini adalah menghidupkan mesin mobil dengan cara di dorong, atau lebih mendekati lagi yaitu dengan cara di engkol seperti di mobil Jeep.
Karena ini di mesin pesawat, maka yang digunakan adalah tali yang cukup besar diameter nya dan juga cukup panjang. Tali ini digulung sebagian pada as baling-baling mesin pesawat, kemudian ujung talinya, ditarik ramai-ramai oleh delapan sampai sepuluh orang. Mungkin yang paling mirip adalah bila kita melihat orang menghidupkan generator kecil seperti yang digunakan oleh para tukang tambal ban di pinggir jalan!
Setelah berunding sejenak, dan sang kapten juga tidak mempunyai solusi lain, maka diijinkanlah jmu dengan tim nya untuk menghidupkan mesin pesawat dengan menggunakan
tali. Dalam dua atau tiga kali tarikan, ternyata mesin pesawat berhasil hidup, dan misi penerbangan pun kemudian dapat dilanjutkan menuju Surabaya. Tentu saja , pemandangan menghidupkan mesin pesawat menggunakan tali ini telah menjadi hal yang sangat menarik perhatian semua orang di kawasan sekitar airport Semarang. Saat itu seolah seluruh aktifitas di airport Semarang terhenti karena semua orang ingin menyaksikan apa gerangan yang sedang dikerjakan para awak pesawat dengan menarik tali yang telah dililitkan di as dari baling-baling pesawat.
Kagum dan pasti bercampur heran, semua orang melihat bagaimana sebuah pesawat terbang, produk teknologi tinggi, ternyata mesinnya dihidupkan menggunakan tali ! Namun itu semua adalah sebuah kenyataan, walau merupakan pemandangan yang sangat langka tentunya. Kini, sudah dapat dipastikan, tidak akan terlihat lagi pemandangan orang yang menghidupkan mesin pesawat terbang menggunakan tali.
Jangankan menghidupkan mesin dengan tali, melihat pesawat Dakota saja, kini sudah menjadi barang langka. Kemajuan teknologi yang begitu pesat, sudah menyajikan kepada kita semua, pesawat-pesawat terbang yang sudah jauh lebih modern dari pesawat Dakota. Saya sangat yakin, tidak banyak orang mengetahui atau lebih-lebih pernah menyaksikan bagaimana sebuah pesawat terbang menghidupkan mesinnya dengan menggunakan tali atau di engkol !
Jakarta 21 Juni 2011
Chappy Hakim
1 Comment
salam kenal pak,
agak terlambat saya mengikuti tulisan bpk yg edukatif, tajam namun tetap ringan dan mudah dimengerti. Salut dengan keputusan dan kerjasama crew untuk meng-“engkol” propeller agar bisa bekerja lagi.