Perkembangan terakhir perang yang terjadi antara Iran dengan Israel telah menjadi perhatian banyak pihak. Timbul pertanyaan mengapa Iran seberani itu menyerang Israel langsung dari basis pertahanannya di Iran. Sebuah langkah yang luar biasa telah dilakukan Iran ditengah masih berkecamuknya perang Rusia – Ukraina dan juga US China Trade War.
Perang yang terjadi antara Iran dengan Israel belakangan ini masih terlihat dalam batas perang udara atau Air War. Perang Udara yang telah mengambil tempat baru yaitu pada panggung perang dengan pelibatan Cyber di dalamnya. Dunia cyber dengan ciri khasnya Artificial Inteligent, Autonomus system dan penggunaan Drone telah membuat panggung pertempuran udara menjadi sangat komplikated dan menarik untuk dicermati.
Penyebab Perang
Perang, sepanjang sejarah dunia selalu terjadi dengan penyebab perebutan teritori dengan fokus antara lain pada sengketa perbatasan atau border dispute. Penyebab utama lainnya adalah yang berkait dengan perebutan Sumber Daya Alam dengan fokus yangmengemuka adalah unsur sumber energi. Itu sebabnya antara lain wilayah Timur Tengah yang merupakan ladang minyak terbesar di dunia, telah menjadi ajang perang yang tiada henti. Kedua penyebab perang dalam sejarah dunia, kini tengah terjadi dalam bingkai perang Iran versus Israel. Unsur teritori yang melibatkan Palestina , Hamas , Hisbulah dan kelompok lainnya serta perebutan pengaruh negara negara besar pada kekayaan minyak di kawasan Arab.
Deterrent effect
Sejak Bom Atom atau bom dengan tenaga nuklir digunakan untuk pertamakalinya di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945, maka Bom dengan predikat pemusnah masal itu telah menjadi alat penyetop perang. Selesai Hiroshima dan Nagasaki di Bom oleh armada udara Angkatan Darat Amerika Serikat, Jepang langsung menyerah. Perang dunia ke 2 usai sudah. Nuklir telah menjadi kekuatan deteren pencegah perang besar, pencegah perang dengan skala global.
Sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1991 telah terjadi perang dingin antara blok barat (NATO) dengan blok Timur, Pakta Warsawa. Perang Dingin adalah konflik global yang mencakup banyak aspek, mencakup persaingan ideologi, ekspansi kekuasaan, dan tentu saja perlombaan senjata serta perebutan sumber daya alam antara lain minyak sebagai sumber energi. Dengan demikian maka Perang Dingin memiliki dampak signifikan pada perkembangan sejarah dunia dan mengubah dinamika geopolitik. Sepanjang 44 tahun itu kedua belah pihak hanya terlibat dengan saling mengancam saja, dan perang terbuka tidak pernah terjadi. Seiring dengan perjalanan perang dingin pada sisi lainnya telah terjadi ajang perlombaan senjata Barat versus Timur. Pada era itulah terjadi perkembangan penyempurnaan modernisasi alat utama sistem senjata di kedua belah pihak. Namun intinya disini adalah bahwa Nuklir telah berperan sebagai pencegah terjadinya perang terbuka ber-skala global.
Pada tahun 1961 telah terjadi peristiwa Teluk Babi. Peristiwa itu adalah berujud Invasi ke Teluk Babi. Invasi berupa sebuah pendaratan yang direncanakan dan didanai oleh Amerika Serikat dan dilakukan oleh orang-orang Kuba pembuangan di Kuba barat daya untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Peristiwa ini menandai klimaks tindakan anti Kuba oleh AS. Realitanya invasi ini gagal dilaksanakan atas perintah presiden Kennedy pada babak akhir persiapan penyerangan. Konon pembatalan penyerbuan ke teluk babi sebagi akibat dari “äncaman” pihak Uni Soviet yang tidak akan tinggal diam apabila Amerika Serikat turut menyerbu Kuba. Peristiwa ini menjadi catatan samping dari Sejarah tentang bagaimana senjata Nuklir dapat berperan sentral dalam mencegah peperangan terbuka berskala global.
Tahun 1961 dan 1962 Indonesia memerpsiapkan diri untuk merebut Irian Barat dengan kekuatan militer penuh dari pendudukan Belanda. Seperti diketahui Belanda adalah negara anggota NATO, dan rencana serbuan besar besaran bernama sandi operasi JayaWijaya digagalkan setelah pemerintah Amerika Serikat turun tangan untuk membujuk pihak Belanda mengundurkan diri dari Irian Barat. Walau tidak secara langsung, akan tetapi patut diduga pengaruh Amerika Serikat terhadap Belanda berkait dengan persenjataan Nuklir yang dimilikinya. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa sejauh ini senjata Nuklir sebagai senjata pemusnah masal telah berada dalam posisi yang mampu untuk menghentikan perang atau eskalasi perang menuju perang terbuka berskala global.
Pencegah perang lainnya adalah people power. Berakhirnya perang Vietnam pada tahun 1975 adalah merupakan satu contoh dari berakhirnya perang sebagai akibat dari tuntutan rakyat Amerika Serikat. Walaupun tidak diakui sepenuhnya, akan tetapi kesepakatan mundurnya Amerika Serikat dari ajang perang Vietnam sangat besar dipengaruhi oleh tuntutan rakyat Amerika Serikat yang tidak menyetujui kehadiran anak anak muda mereka dikorbankan sebagai serdadu AS di medan perang Vietnam.
Berikutnya ketika pada tahun 2021 Amerika menarik mundur pasukannya dari Afghansitan setelah 20 tahun mendudukinya. Salah satu alasan yang patut diduga adalah AS mengalami kekurangan dana untuk menopang operasi pasukan mereka di Afghanistan.
Dari semua uraian tersebut diatas, maka jelaslah bahwa unsur yang dapat menghentikan perang adalah senjata Nuklir sebagai senjata pemusnah masal, people power dan alokasi anggaran operasi pertahanan. Kiranya sampai pada titik ini, maka berikutnya nanti kita akan mengetahui bagaimana akhir dari perang antara Iran dengan Israel. Akankah ada penyebab lainnya yang akan kemudian tercatat sebagai unsur yang mampu menghentikan perang, selain dari pola perdamaian yang sangat sulit untuk dapat dicapai. Sejarah akan mencatat tentang bagaimana Iran dan Israel menyelesaikan peretikaiannya dalam kancah perang di konflik Panjang Timur Tengah.
Jakarta 22 April 2024
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia