Peresmian Auditorium Jusuf Ronodipuro adalah sekaligus dalam rangka memperingati 2 tahun berpulangnya Bapak Jusuf Ronodipuro, yang bersama almarhum Pak Karbol Dr Abdulrahman Saleh dan kawan-kawan mendirikan Radio Republik Indonesia menjelang kemerdekaan RI, dan juga berjasa menyiar-luaskan berita proklamasi keseluruh dunia melalui Radio.
Dalam kata sambutannya Parni Hadi, Direktur RRI, mantan Direktur Utama Antara, mengatakan antara lain : RRI sebagai produk anak bangsa tidak pernah melupakan jasa para pahlawan. Salah satu pahlawan itu adalah almarhum M.Jusuf Ronodipuro, pembaca naskah 17 Agustus 1945 dan perintis pendirian RRI. Dengan semangat itu, maka angkasawan dan angkasawati RRI mengabadikan nama almarhum M. Jusuf Ronodipuro sebagai nama Auditorium RRI hari ini, bertepatan dengan 2 tahun wafat beliau. Dan untuk menunjukkan auditorium ini ditandai dengan kebangkitan kembali pagelaran orkes simfoni studio Jakarta, yang kemudian akan diikuti kegiatan lain yang menandai gerak kehidupan.
Selesai sambutan Parni Hadi, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan rekan almarhum yaitu saudara Rosihan Anwar. Dalam kata sambutannya, Rosihan Anwar memperkenalkan 2 dari 3 penyiar RRI Suara Indonesia diawal kemerdekaan RI, yaitu Ibu Mien Soedarpo dan Nyonya Rosihan Anwar.
Selesai kata sambutan dan peresmian auditorium, acara dilanjutkan dengan pagelaran Orkes Simfoni Studio Jakarta yang dipimpin oleh konduktor Amir Katamsi. Orkes ini diperkuat oleh dua orang vokalis kenamaan , Aning Katamso Asmoro dan saudara Christopher Abimanyu Sastrodihardjo.
Lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes simfoni ini, sepertinya memang sudah diseleksi sedemikian rupa, sehingga benar-benar merupakan lagu-lagu favorit para penggemar musik klasik. Lihat saja, antara lain lagu “eine kleine nachtmusik” dari Mozart, Air on G string dari Sebastian Bach, Walza Estudiantina dari Emil Waldteufel, The Blue Danube nya Johann Strauss dan Amigos Para Siempre dari Llyod Webber yang dibawakan dengan sangat sempurna oleh duet Abimanyu dan Aning, serta ditutup dengan lagu yang sangat bersemangat dari Johann Strauss senior yang tidak asing lagi yaitu “Radetzky March”.
Pagelaran yang disajikan dalam dua tahapan program dan diselingi istirahat 15 menit itu, mempersembahkan 14 buah lagu secara keseluruhan. Sajian ini terasa “pas” sekali, tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Orkes Simfoni Studio Jakarta ini tampil memukau hadirin yang memadati auditorium Jusuf Ronodipuro tersebut. Benar-benar membanggakan. Auditorium baru ini, kelihatan jauh sekali dari kesan “mewah”, justru terlihat sangat sederhana, merefleksikan sosok sang Direktur, Bapak Parni Hadi.
Walau tidak mewah akan tetapi kelihatan bersih dan menyenangkan. Juga terasa sekali kehadiran auditorium baru yang sederhana dengan toilet diluar dekat pintu masuk yang bersih, jelas mewakili gambaran betapa keras dan bersemangatnya orang-orang di jajaran RRI Jakarta dalam upayanya untuk menghadirkan kembali Orkes Simfoni dan juga sebuah auditorium yang dahulu dikenal dengan nama Studio 5 RRI Jakarta, yang telah musnah terbakar beberapa waktu yang lalu.
Ditahun 50-an, belum ada televisi, maka semua orang mendengarkan RRI sebagai satu-satunya Radio yang ada. Kita mengenal dengan baik Orkes Simfoni Studio Jakarta pimpinan Iskandar, kemudian Isbandi dan juga Sjaiful Bachri, yang tampil rutin secara berkala di Studio 5 RRI Jakarta.
Masa kecil saya, yang tinggal di jalan Segara 4 nomor 4, tidak jauh dari gedung RRI Merdeka Barat, dan masa menjadi pegawai honorer di RRI Jakarta pada seksi siaran kata pimpinan Bapak Thalib di tahun 1966, telah membawa diri saya hanyut penuh haru, memasuki lagi gedung RRI yang tersimpan dengan baik dalam memori dikepala saya sebagai tempat bermain dan mencari nafkah, lebih 40 tahun yang lalu.
Peresmian Auditorium dan pagelaran orkes simfoni malam itu benar-benar telah mewakili satu sajian yang sangat bermakna ditengah-tengah hiruk pikuk nya orang orang yang katanya sedang ber “demokrasi”. Demokrasi yang kelihatannya tidak lebih dari kegiatan dari orang-orang yang hanya banyak omong kosong , tanpa etika, nyaris tanpa peradaban dan lebih buruk lagi seolah hadir tanpa karya bagi rakyat kebanyakan.
Rosihan Anwar mengatakan bahwa Jusuf Ronodipuro adalah contoh ideal dari tampilan seseorang yang tidak banyak omong akan tetapi sarat dengan kreativitas yang “heroik”. Sosok yang sepertinya saat ini sudah menjadi barang langka sekali !
Parni Hadi, mewakili seluruh angkasawan dan angkasawati RRI yang hidupnya jauh dari “glamour” dan kemewahan, saat ini konon sebagian besar hanyalah pegawai “honorer” tanpa masa depan yang jelas, namun masih memiliki semangat yang begitu besar untuk berkarya. Berkarya yang tidak hanya sekedar mengalir dengan kegiatan membosankan sehari-hari dengan imbalan seadanya, namun berusaha keras mewujudkan semampunya menata ulang sebuah auditorium dan kemudian mempersembahkannya kepada almarhum Bapak Jusuf Ronodipuro satu penghargaan yang tidak ternilai, yaitu mengabadikan namanya sebagai nama dari Auditorium kebanggaannya. Sungguh satu sikap yang sangat “heroik” !
Kegiatan dari kelompok orang yang berpendapatan “pas-pas” an, tidak banyak omong namun berbuat satu kebajikan, satu keteladanan, sikap menghargai dan menghormati pahlawannya. Kegiatan ini sama sekali tidak akan mendapat jatah untuk disiarkan di televisi, apalagi siaran langsung ataupun “breaking news”. Tidak akan juga masuk dalam “talk show” atau wawancara. Kegiatan ini tentu saja menjadi satu kegiatan yang kalah menarik dibanding pertunjukkan sirkus di Senayan. Saya kagum dengan semangat Parni Hadi dan jajaran RRI.
Semangat itu tergambar jelas dengan pekik bersemangat Parni Hadi dalam mengakhiri pidatonya , yaitu : “Sekali Di Udara, tetap Di Udara ! Dengan Lebih Bermakna !, Itulah Kehidupan.
Terasa hawa dari semangat penuh kepahlawanan dari pegawai RRI ini, sungguh telah membuat hati ini sedih, terharu namun membuat gembira. Terharu, karena ditengah-tengah situasi amburadul dan hiruk pikuk nya orang orang yang omong besar tanpa arah yang merupakan refleksi dari ujud para pihak yang hanya sekedar mengejar kepentingan diri sendiri/kelompok/golongan, ternyata ada sekelompok manusia di Republik ini justru sibuk dengan kegiatan memberi penghargaan kepada pendahulunya dan melantunkan lagu-lagu yang menyejukkan hati, sekedar intermeso. Intermeso dalam rangkaian menyongsong kegiatan berikutnya menghadapi tantangan hidup dengan hanya berbekal amunisi yang tambal sulam.
Salut kepada Parni Hadi dan segenap Keluarga Besar RRI. Selamat kepada keluarga besar Jusuf Ronodipuro.
Salam Hormat !
Jakarta 27 Januari 2010
2 Comments
Mohon informasi ,bagaimana cara utk menyewa orkes simfoni jakarta utk suatu pagelaran seni budaya daerah..?
mohon informasinya dapat dibalas ke email address kami tsb.
Wassalam.