Sejak saya masih duduk di Sekolah Rakyat yang sekarang sudah berubah nama menjadi Sekolah Dasar anak-anak mengenal dengan baik lagu Nenek Moyangku Orang Pelaut. Lagu ini adalah merupakan lagu ciptaan Ibu Soed, pencupta lagu yang sangat terkenal dan syairnya memang amat terasa dalam menghayati jiwa patriotisme generasi muda bangsa sebagai warga negara kepulauan terbesar di dunia.
Tidak bermaksud untuk membajak lagu ini, akan tetapi dalam berbagai kesempatan memberikan kuliah umum saya selalu mengakhirinya dengan jargon : Nenek Moyangku Orang Pelaut – Anak Cucuku Insan Dirgantara. Ini semata untuk mengembangkan rasa cinta dirgantara anak-anak muda dalam coba memahami bahwa masa depan umat manusia adalah di dirgantara. Daratan dan wilayah perairan sudah dan atau akan habis di eksplorasi. Tiada ada pilihan lain pada ketika jumlah manusia di permukaan bumi ini sudah demikian penuh, maka pilihannya adalah ke Dirgantara, ke ruang udara dan antariksa , ke Air and OuterSpace. Berangkat dari pemahaman itulah, sekali lagi tidak bermaksud membajak lagu Nenek Moyangku, akan tetapi hanya mencoba untuk “menyempurnakannya” dalam kerangka kemajuan zaman dan motivasi agar sebagai bangsa tidak akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. Perlombaan sudah dimulai untuk meraih kemampuan “mengembara” ke dirgantara. Untuk mejaga dan tetap dapat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah , anak-anak muda bangsa harus dapat termotivasi untuk juga berkiprah di dirgantara.
Syair lagu Nenek Moyangku saya ubah sedikit, sekali lagi semata untuk membantu meningkatkan minat dirgantara generasi muda bangsa. Tentu saja hal ini tidak bermaksud sama sekali untuk mengurangi rasa hormat yang tinggi kepada Ibu Soed, pencipta lagu Nenek Moyangku.
Berikut ini adalah lirik lagu yang saya modifikasi sedikit :
Nenek moyangku orang pelaut , Anak cucuku insan dirgantara
Tiada takut senantiasa, Mempertahankan Indonesia
Nenek moyangku orang pelaut, Anak Cucuku Insan Dirgantara
Pengawal setia dalam menjaga, Ibu pertiwi dan bapak angkasa
Jakarta 5 Februari 2020
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia