Belakangan ini, terutama setelah kita agak terbebas dari Covid, sudah mulai banyak orang bepergian baik di dalam dan ke luar negeri. Ada satu catatan menarik yang muncul dari banyak kalangan tentang keluhan sulitnya memperoleh kesempatan terbang dengan Garuda Indonesia. Walaupun harga tiket Garuda relatif lebih mahal dari harga tiket Maskapai Penerbangan lainnya, tetap saja banyak kalangan yang lebih memilih terbang dengan Garuda Indonesia. Maskapai Garuda dikenal dengan kredibiltas dari orang orang yang bertugas digaris depan operasi yang dapat diandalkan dalam soal disiplin mematuhi aturan. Maskapai penerbangan Garuda memiliki para Pilot dan Teknisi dengan kualitas setingkat world class. Garuda memiliki jajaran petugas lapangan yang professional dan terjaga kualitasnya dalam mengelola keselamatan penerbangan yang aman dan berstandar Internasional. Singkat kata Maskapai Penerbangan Garuda memang memiliki kinerja personal yang berstandar global. Sayangnya adalah, sekarang ini jumlah penerbangan Garuda dalam melayani rute domestik dan juga rute Internasional sudah jauh berkurang. Sebagai perbandingan sekarang ini Garuda hanya mampu mengoperasikan lebih kurang 100 penerbangan per hari, jauh sekali dengan biasanya (sebelum covid dan sebelum skandal keuangan terjadi) yang sempat mencapai angka lebih dari 600 penerbangan setiap harinya.
Maskapai milik Pemerintah Merpati Nusantara Airlines sudah lama “meninggal”, dan Maskapai Penerbangan Garuda tengah mengalami “kesulitan keuangan” plus kesulitan lainnya ditengan wabah pandemi yang menghantam seluruh industri penerbangan di seantero dunia. Sekedar catatan, bahwa bukan sekali ini saja Maskapai Penerbangan Garuda mengalami “kesulitan keuangan”. Sudah beberapa kali terjadi “kesulitan keuangan” dialami oleh Garuda. Pada siklus yang seperti itu diketahui tindakan penyelamatan yang dilakukan nyaris sama. Solusinya adalah Garuda memperoleh kucuran dana talangan dan tim manajemen diganti. Tidak lama setelah itu Maskapai Penerbanan Garuda akan beroperasi kembali dan dengan cepat mencapai keadaan normal dan bahkan berhasil memperoleh keuntungan lagi. Tidak hanya itu, bahkan kemudian Garuda berhasil meraih penghargaan the best ini dan the best itu dan sebagainya. Berikutnya pada periode tertentu dialami lagi “kesulitan keuangan” dan terapi yang dilakukan nyaris sama, yaitu digelontorkan dana talangan dan kemudian merombak tim manajemen. Setelah itu normal kembali dan juga memperoleh lagi berbagai penghargaan. Sudah beberapa kali siklus ini terjadi, yang penyebabnya adalah karena pada dasarnya Maskapai Penerbangan Garuda memang memiliki tim operasional lapangan dan tenaga staff yang siap bekerja profesional. Disisi lain tersedia rute gemuk penerbangan domestik dan rute unggulan angkutan Haji dan Umroh. Itu adalah jawaban tentang mengapa Maskapai Penerbangan Garuda dapat selalu cepat recovery setelah digelontorkan dana talangan dan perombakan jajaran manajemen. Pertanyaan yang mengganjal dalam hal ini adalah mengapa selalu terjadi nyaris secara periodik momen “kesulitan keuangan” di Maskapai Penerbangan Garuda. Sebuah pertanyaan yang tidak akan pernah terjawab, karena tidak pernah terdengar dilakukan investigasi dan audit menyeluruh tatkala terjadi momen “kesulitan keuangan” itu. Tidak pernah pula diumumkan tentang apa gerangan yang terjadi sebagai penyebab kesulitan keuangan yang kerap di hadapi Garuda. Tidak adanya penjelasan ini, maka banyak spekulasi dari berbagai pihak yang menghubung-hubungkan status Garuda sebagai BUMN dan dikaitkan dengan agenda politik siklus Pilkada yang membutuhkan banyak dana pada setiap 5 tahun sekali. Kesimpulan spekulatif yang sangat membutuhkan pencerahan agar tidak berkembang menjadi bahan pergunjingan liar yang sangat merugikan. Pengguna jasa angkutan udara di Indonesia kini tengah kehilangan Maskapai Penerbangan Garuda yang tidak lagi dapat diandalkan melayani rute penerbangan yang dibutuhkan. Pengguna jasa penerbangan Garuda akhir akhir ini merindukan pelayanan professional dengan mengutamakan keselamatan terbang kehilangan banyak rute yang sudah tidak lagi diterbangi Garuda. Mereka kehilangan pelayanan shuttle service rute tertentu domestik yang dulu dilayani Garuda dengan penerbangan hampir setiap jam. Celakanya adalah siklus kesulitan keuangan yang terjadi kali ini bertepatan dengan datangnya wabah pandemi. Hal itulah yang menyebabkan Sang Garuda kesulitan dalam proses recovery seperti biasanya setelah digelontorkan dana talangan dan perombakan manajemen. Selama akar masalah dari datangnya kesulitan keuangan yang muncul seolah terjadwal itu ditemukan, maka Garuda tidak akan pernah berhasil dalam misinya melayani jejaring penerbangan rute gemuk domestik, Haji dan Umroh. Sejatinya sangat sulit masuk akal sehat Maskapai Penerbangan yang melayani rute gemuk dalam negeri dan rute unggulan Haji dan Umroh akan menderita kerugian. Sangat sulit dicerna Maskapai Penerbangan yang memiliki tim lapangan professional dengan kualitas setara world class menderita kerugian atau kesulitan keuangan. Sulit dipercaya bahwa Maskapai Penerbangan Garuda yang dikenal sebagai garda depan Maskapai yang taat aturan dan regulasi internasional dalam penyelenggaraan operasi penerbangan yang mengutamakan keselamatan terbang dapat menguap entah kemana. Semua itu memunculkan pertanyaan dari banyak pelanggan pengguna jasa penerbangan yang aman dan nyaman. Pertanyaan tentang kapan penerbangan Garuda dapat normal kembali.
Pertanyaan berikutnya adalah tentang kemana perginya Maskapai Penerbangan Perintis Merpati Nusantara Airlines, beberapa waktu yang lalu. Pertanyaan ini muncul dan menimbulkan banyak spekulasi bahwa memang Garuda dan juga Merpati telah dan tengah berada dalam proses “menghilang” dari permukaan bumi. Pada proses yang seperti ini pasti ada pihak yang merasa berduka dan sekaligus ada pihak yang bersukacita.
Negeri tercinta yang luas dan berbentuk kepulauan seyogyanya memiliki Maskapai Penerbangan yang melayani rute kota kota besar di dalam dan luar negeri. MaskapaiPenerbangan yang melayani rute kota kota kecil di perbatasan sebagai penerbangan perintis. Maskapai Penerbangan yang melayani penerbangan charter dan Maskapai penerbangan yang khusus melayani angkutan kargo. Setidaknya Pemerintah memiliki minimal 4 Maskapai Penerbangan itu sebagai urat nadi menggulirkan roda ekonomi nasional. Melayani tugas angkutan jasa dalam mendukung administrasi dan logistik pemerintahan. Melayani jasa angkutan bagi keperluan pelayanan masyarakat. Melayani para investor yang bergiat didalam negeri dengan penerbangan charter. Maskapai yang melayani khusus kargo dalam kerangka dukungan transportasi domestik yang sejalan dengan proyek besar nasional Tol Laut. Maskapai yang melayani tata kelola logistik nasional dalam proyek satu harga dari Sabang hingga Merauke. Maskapai penerbangan yang seluruhnya berada penuh dibawah kendali pemerintah. Tentu saja tetap terbuka peluang bagi pihak swasta untuk berbisnis dalam bidang transportasi udara, akan tetapi mayoritas seharusnya Maskapai milik negara yang berperan. Hal ini untuk mencegah pihak regulator tidak “mati angin” dalam berhadapan dengan pihak swasta yang mendominasi sistem angkutan udara nasional. Pelayanan masyarakat adalah kewajiban pemerintah, demikian pula sistem dukungan administrasi logistik pada domain angkutan udara sangat dibutuhkan lembaga dan instansi pemerintah yang tidak bisa mengandalkan belas kasihan pihak swasta. Pada titik ini para pelanggan pengguna jasa angkutan udara sangat merindukan Maskapai Penerbangan yang kredibel, yang taat regulasi dan aturan keselamatan terbang yang ditangani oleh para personil professional. Mereka bertanya tanya tentang nasib apa gerangan yang tengah menimpa Sang Garuda dan Merpati di bumi Pertiwi tercinta.
Jakarta 19 Juni 2023
Chappy Hakim Ketum Pusat Studi Air Power Indonesia
Ketua Tim Nasional EKKT (Evaluasi Keselamatan dan Kemanan Transportasi) tahun 2007