Di antara beraneka ragam macam museum, ternyata ada juga museum yang memperagakan sekian banyak instrumen musik yang berasal dari berbagai penjuru atau pelosok dunia.
Museum tersebut, satu diantaranya adalah MIM (Musical Instrument Museum). MIM terletak di Phoenix, Arizona, dan secara resmi telah dibuka untuk umum sejak tahun 2010.
Museum ini tercatat sebagai museum alat musik terbesar di dunia dengan koleksi lebih dari 15.000 alat musik berbagai jenis yang dikumpulkan dari berbagai negara dan mewakili semua benua.
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Brazil, Meksiko, China, India dan Rusia bahkan menampilkan berbagai macam alat musik yang berasal dari penduduk suku bangsa asli masing-masing.
Pendiri museum ini adalah Robert J Ulrich, seorang Amerika kelahiran tahun 1944 mantan CEO dan Chairman dari “Target Operation” sebuah perusahaan retail kondang dan terbesar kedua di Amerika Serikat.
Ulrich, adalah seorang kolektor barang-barang seni Afrika yang bersama dengan temannya, Marc Felix, mendirikan museum ini. Keduanya terinspirasi setelah mengunjungi museum alat musik di Brussel, Belgia.
Rancang bangun MIM dikerjakan dengan banyak meniru dan bahkan dikonsultasikan dengan para ahli pada museum sejenis yang ada di Perancis, Musée de la Musique.
Biaya pembangunannya sebesar 250 juta dolar AS, terdiri dari dua lantai yang dirancang dengan penuh pencahayaan dan desain yang amat canggih.
Alat musik tiap negara, baik yang modern maupun asli, ditampilkan dalam sebuah layar datar hight resolution dengan suguhan atraksi yang menarik.
Alat pemandu nirkabel
Para pengunjung museum dapat menikmati dengan mendengarkan suara dari aneka ragam alat musik tersebut melalui alat pemandu berupa headset yang tersambung secara nirkabel dengan televisi-televisi itu.
Pengunjung tidak memerlukan bantuan operator. Sistem suara dan sajian di layar monitor bekerja secara otomatis.
Pada saat pengunjung selesai membayar tiket masuk, mereka akan menerima alat pemandu nirkabel lengkap dengan headset-nya.
Setiap orang akan menerima sebuah alat pemandu nirkabel yang sudah dalam keadaan “on”. Volume suara dapat diatur sesuai selera masing-masing menggunkan tombol yang sangat mudah dilakukan.
Museum ini mengoleksi lebih dari 15.000 instrumen musik yang berasal dari tidak kurang 200 negara di segala penjuru bumi.
Hanya beberapa meter dari loket penjualan karcis tanda masuk, tersedia sebuah grand piano besar yang siap pakai.
Di samping piano terpampang pengumuman yang menjelaskan bahwa siapa saja dipersilakan memainkan piano tersebut untuk turut serta menghibur kedatangan para tamu yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke MIM.
Di lantai 1 terdapat bagian khusus yang bernama “The Artist Galery”. Isinya adalah beragam instrumen musik yang berhubungan atau digunakan oleh sejumlah artis ternama seperti Elvis Presley, Pablo Casals, Taylor Swift, King Sunny Ade, dan John Lennon.
Di lantai yang sama terdapat pula “museum store” yang menjual banyak souvenir yang berhubungan dengan instrumen musik.
Pada bagian lain para pengunjung dapat mencoba memainkan sendiri beberapa instrumen musik yang disediakan di situ. Ada tempat khusus untuk mencoba. Jadi, para pengunjung tidak hanya dapat melihat, tapi juga dapat merasakan memainkannya.
Alat musik Indonesia
Alat musik Indonesia dipamerkan di sebuah pelataran yang cukup luas. Ada satu set gamelan lengkap termasuk satu set wayang kulit seolah-olah sedang akan ada pertunjukan wayang kulit.
Di salah satu sisi pelataran itu, di samping gong, terdapat layar monitor yang menayangkan proses pembuatan gong. Ditampilkan dalam tayangan itu bagaimana sebuah bongkahan besi ditempa dan dibakar sampai perlahan-lahan berubah bentuk menjadi sebuah gong.
Sebuah visualisai yang sangat menarik.
Di seberangnya terdapat sisi yang menampilkan satu set angklung yang berjajar rapih dan sangat menarik perhatian pengunjung.
Bila dibandingkan dengan luasnya museum alat musik ini, maka ruang yang tersedia bagi peragaan alat musik Indonesia terbilang cukup luas.
Sungguh membanggakan hati melihat betapa keterwakilan Indonesia di museum alat musik terbesar di dunia ini menunjukkan pengaruh yang luar biasa dari para pemerhati alat musik dunia di Amerika Serikat.
Sebuah penghargaan yang patut menyadarkan kita sebagai orang Indonesia bahwa dalam bidang seni musik Indonesia berada dalam jajaran yang sangat diperhitungkan.
Dapat dikatakan, musik merupakan ruang refleksi seseorang. Musik adalah bahasanya semua orang. Musik menampung aspirasi dan menyatukan semua orang.
Edgar Winter, seorang musisi sekaligus penyanyi “Rock and Blues” berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang multi instrumentalis karena kemampuannya memainkan dengan piawai beberapa alat musik seperti piano, keyboard, saxophone, perkusi, dan gitar, pernah berujar,
“Music is very spiritual. It has the power to bring people together”.