Tahun-tahun belakangan ini kita menyaksikan bagaimana terpuruknya dunia penerbangan nasional kita, yang kemudian telah mengundang perhatian dan sorotan dunia penerbangan internasional. Banyak pertanyaan tentang hal ini, mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang sudah berumur cukup dalam hitungan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan industri penerbangan yang sehat. Apabila kita memperhatikan lebih mendalam lagi, maka serta merta kita dapat mengenali lebih jauh tentang keterpurukan ini. Beberapa indikasi yang justru membuat kita prihatin adalah penurunan kualitas penerbangan di Indonesia terjadi dengan lebih jelas dalam kurun waktu lebih kurang 10 tahun belakangan ini. Indikasi yang menonjol adalah begitu seringnya terjadi kecelakaan pesawat terbang.
Mari kita lihat satu persatu beberapa masalah yang sangat menonjol yang mengakibatkan kualitas penerbangan kita berada dibawah standar internasional. Pertama yang sangat menonjol adalah tentang masalah disiplin. Untuk melihat hal ini, sangat mudah yaitu seringnya dalam beberapa waktu yang lalu diberitakan bahwa ada komponen atau bagian dari pesawat terbang yang terjatuh pada saat pesawat take off. Ini adalah cerminan dari faktor pemeliharaan dan pelaksanaan operasi yang tidak mengikuti aturan dan petunjuk yang ada. Lebih mudah lagi kita dapat menyaksikannya di airport Internasional dan juga di airport-airport lainnya. Orang dengan sangat mudah lalu lalang masuk di airport tanpa adanya pengawasan yang ketat. Cukup memperlihatkan “pas masuk” dari jarak jauh dan sang penjaga keamanan langsung memberikan ijin untuk masuk. Seharusnya adalah, pas itu harus dilihat, apakah fotonya sama dengan orang yang menggunakannya, dan juga apakah pas masuk itu masih berlaku atau sudah kadaluwarsa. Demikian pula ada juga yang dapat dengan mudah membawa serta ajudannya dan pengawal sampai kepintu pesawat. Didaerah terlarang dekat pesawat, sering kali mobil yang digunakan untuk memuat barang kepesawat, dikemudikan oleh orang-orang yang tidak memiliki SIM khusus di Apron. Itu sebabnya kerap terjadi pesawat terserempet mobil pengangkut barang kargo. Tidak itu saja, ternyata di dalam apron, daerah gerakan pesawat terdapat banyak motor berseliweran.
Berikutnya adalah, lemahnya pihak regulator. Antara lain banyak disebabkan kurangnya tersedia tenaga profesional dibidangnya. Tenaga inspektor yang kurang , baik dalam jumlah dan juga dalam kualitas serta penghasilan yang rendah. Disamping itu, penanganan kecelakaan tidak dilakukan dengan benar. Contoh yang paling menonjol dan kemudian menjadi sorotan di dunia internasional adalah diumumkannya penyebab kecelakaan pesawat terbang di Solo beberapa tahun yang lalu sebagai akibat ”hydroplaning” (genangan air yang cukup banyak dilandasan yang menyebabkan pesawat terbang pada waktu mendarat tidak bisa di rem dengan baik dan kemudian tergelincir keluar landasan). Banyak yang merasa heran dengan pemberitahuan dari pihak yang berwenang tentang hal ini, karena jelas-jelas pihak Boeing, FAA dan NTSB yang beberapa personilnya ikut serta dalam penyelidikan tersebut, dan juga satu dua orang dari pihak kita sendiri tidak menemukan bukti telah terjadinya ”hydroplaning”. Landasan di Solo, permukaannya miring dan tidak memungkinkan terjadinya genangan air yang cukup untuk menyebabkan terjadinya ”hydroplaning”. Dari hasil penelitian ”black box” juga menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan kecepatan saat mendarat sebesar lebih kurang 50 %. Sedangkan bila terjadi ”hydroplaning” maka yang dapat dijadikan bukti adalah bahwa tidak terjadi pengurangan kecepatan sama sekali, karena pesawat mengambang di permukaan air. Di mobil kita mengenalnya dengan istilah ”selip”, karena permukaan jalan yang licin.
Berikutnya adalah lemahnya infra struktur yang tersedia. Lemah dalam arti kondisi infrastruktur itu sendiri dan juga perhatian dari pihak yang berwenang dalam menangani hal itu. Contoh yang sederhana adalah, tentang kejadian kecelakaan yang terjadi di Jogyakarta. Salah satu yang diutarakan oleh beberapa pihak sebagai penyebab terjadinya kecelakaan adalah landasan yang terlalu pendek dan juga karena tidak adanya RESA di Jogyakarta. RESA adalah Runway End Safety Area, berupa perpanjangan landasan yang dapat digunakan bila ada pesawat terbang yang mendarat kebablasan atau ”overshot”. Di Jogyakarta hal itu sulit sekali dibuat karena dikedua ujung landasan adalah sungai. Apa yang terjadi ? semua orang sudah lupa dan sampai sekarang pun, tidak ada orang atau institusi yang membicarakan lagi tentang RESA itu, apalagi pihak yang akan membuatnya. Nanti saja, setelah terjadi kembali kecelakaan mungkin baru akan dibahas kembali. Fasilitas lainnya adalah tentang ATC atau Air Traffic Control atau pengawas lalu lintas udara. Institusi ATC di Indonesia ternyata selain peralatannya sudah tua juga terdiri lebih dari dua lembaga, yang seharusnya adalah satu buah saja demi efisiensi dalam menangani SDM dan juga peralatannya serta sistem kendali. Hal ini akan menyangkut tentang prosedur pemanduan pesawat dan juga pelatihannya yang berkait dengan kualitas personil yang mengawakinya. Demikian pula tentang tingkat kualitas pemadam kebakaran yang harus tersedia di airport. Banyak sekali yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh persyaratan ICAO, International Civil Aviation Organization. Rambu-rambu di landasan, alat bantu navigasi yang tidak akurat dan lain-lain. Bahkan alat bantu elektronik untuk parkir pesawat di Soekarno Hatta, sampai saat ini tidak berfungsi, dan digantikan oleh ”juru parkir” yang juga diragukan apakah memiliki lisensi sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Masih ada beberapa penyebab lainnya, seperti SDM yang mengawaki manajemen airlines kita, kiat bisnis yang tidak tepat dan lain-lain yang akan saya turunkan dalam tulisan berikutnya. Mudah-mudahan tidak bosan untuk membacanya.
Jakarta 19 Februari 2009
Chappy Hakim.
4 Comments
Semoga pihak Regulator dapat segera sadar tentang hal penting ini, dan masyarakat umum dapat semakin tahu … ulasan yang cukup bagus
Kenapa peralatan airport (alat bantu parkir ) di bandara soekarno-hatta tidak jalan ya padahal mungkin pada saat tender harganya selangit , atau karena ada kesalahan desain, kebetulan saya sedang merancang alat bantu parkir pesawat secara otomatis, mudah-mudahan bisa menggantikan peralatan parkir peswata yang tidak jalan tersebut. boleh nggak saya minta bantuan Bapak untuk membantu uji coba peralatan tersebut di airport. terimakasih
Sudaryanto,
OK, saya nggak janji , tetapi akan saya usahakan. Sepanjang itu bertujuan untuk menjadikan dunia penerbangan kita menjadi lebih baik, akan saya kerjakan. Terimakasih atas perhatiannya, Salam, CH.
Puji Utomo,
Terimakasih komentarnya, mudah-mudahan saja , akan terjadi perbaikan kedepan, salam, CH