Siang itu saya baru saja mendarat dari Jogjakarta dan memasuki ruang tunggu di Cengkareng untuk meneruskan perjalanan ke Pekanbaru . Begitu saya hidupkan kembali HP saya, segera saja beberapa sms masuk. Salah satu sms datang dari Bambang Wahyudi, rekan saya yang mengabarkan bahwa pesawat Fokker 27 TNI AU menabrak hanggar PTDI, dan nanti akan segera melaporkan kembali tentang hal tersebut secara lebih detil.
Sampai saat itu, saya masih berpikir tidak apa-apa dengan peristiwa tersebut, karena dugaan saya itu hanya “ground accident” pada saat pesawat taxi. Tidak berapa lama, berdatangan sms bersahut-sahutan yang mengabarkan tentang pesawat F-27 yang ternyata “crashed” di hanggar PTDI. Selanjutnya, beberapa teman dan juga bekas anak buah saya menelepon tentang kejadian detil dari kecelakaan tersebut. Sementara di Cengkareng saat itu hujan deras disertai angin dan langit gelap sekali, padahal jam baru menunjukkan pukul 1430 wib disiang hari. Tertegun sejenak dan tenggorokan terasa kaku, setelah saya menerima berita bahwa 24 orang anggota TNI AU menjadi korban dalam peristiwa itu. Saya tertunduk dalam, mengabarkan kepada isteri saya di rumah, dan berdoa dalam hati agar para korban kecelakaan pesawat F-27 itu, diterima disisi Tuhan Yang Maha Kuasa, diampuni dosa-dosanya sesuai dengan amal ibadahnya dan para keluarga, sahabat dan handai tolan serta keluarga besar Angkatan Udara yang ditinggalkannya dapat diberikan kekuatan batin dalam menghadapi cobaan yang maha berat ini.
Sejak itu HP saya berdering-dering tiada henti dari teman-teman wartawan dan juga anggota DPR. Ada yang bertanya, mengabarkan dan banyak sekali yang hendak mewawancarai saya tentang kecelakaan tersebut. Sekitar jam 1530 wib, saya bertolak ke Pekanbaru, dan satu setengah jam setelah itu saya tiba dengan selamat di Pekanbaru. Begitu HP saya hidupkan kembali , ternyata ada sekian banyak sms dan misscall yang diterima. Tidak berapa lama kemudian kembali HP berdering terus yang kebanyakan datang dari teman-teman wartawan. Saya mencoba “menolak” secara halus untuk tidak memberikan komentar terlebih dahulu, lebih kepada , bahwa saya masih belum mengetahui dengan benar, apa yang sebenarnya terjadi. Saya tidak ingin tergesa-gesa memberikan komentar yang dapat dipastikan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
Lebih dari itu sebenarnya ada keengganan saya untuk mengomentari kecelakaan tersebut. Perasaan duka didalam hati saya, kiranya merupakan hambatan besar untuk dapat memberikan komentar terhadap kecelakaan yang dialami oleh adik-adik saya, di Angkatan Udara. Saya tahu benar irama kehidupan di Angkatan Udara yang saya cintai dan saya jalani selama lebih dari 30 tahun itu. Tergambar dengan jelas kembali di kepala saya, bagaimana semangat tinggi yang terpancar dari para prajurit-prajurit Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas-tugas latihan dan operasi yang harus dijalankannya. Dijalankan dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi, mengoperasikan peralatan mahal dan berteknologi tinggi, dengan tidak mengenal waktu dan tempat sementara kehidupan mereka sendiri berada dalam tingkat “border line”
Kembali kepada permintaan banyak teman-teman wartawan, saya coba menjelaskan, bahwa saya sulit untuk dapat memberikan tanggapan atau ulasan apapun tentang kejadian itu. Ada beberapa yang dapat mengerti, namun ada pula yang “kurang puas” dengan penjelasan saya. Tapi itulah saya sebagai manusia biasa, rasanya saya belum sanggup untuk tampil di Televisi atau memberikan penjelasan kepada teman-teman dari mass media. Selain itu saya mengetahui benar apa yang sebenarnya tengah terjadi di Angkatan Udara, tempat saya menjalani hidup sejak umur belasan tahun sampai mencapai usia 58 tahun. Didalam hati , saya bertanya apa yang harus saya katakan ?
Selanjutnya saya ingin menyampaikan terimakasih disertai permohonan maaf yang sebesar-besar nya kepada seluruh teman-teman wartawan yang telah menghubungi saya, dua hari belakangan ini. Menanggapi kecelakaan pesawat F-27 Angkatan Udara, saya hanya bisa mengatakan sebagai berikut : Negara, hanya dapat memenuhi dukungan dana bagi keperluan “maintenance” pesawat-pesawat terbang Angkatan Udara setiap tahunnya sebesar 30 sampai dengan 40% dari kebutuhan yang diperlukan. Nah, dengan dana tersedia itu, maka tentu saja kesiapan pesawat terbang Angkatan Udara menjadi menurun. Ini baru berbicara tentang “aircrfat readiness“, padahal di Angkatan Udara seharusnya berbicara tentang “Combat Readiness”, atau siap tempur ! Kualitas macam apa yang bisa diharapkan untuk pesawat yang dipelihara dengan dukungan dana seperti itu ? Dengan turunnya kesiapan pesawat, maka otomatis jam terbang latihan bagi para penerbangnyapun akan menjadi sangat terbatas. Dengan jam terbang latihan yang terbatas maka hanya akan menghasilkan kualitas penerbang yang “pas-pasan” ! Selanjutnya……, saya kira akan menjadi obrolan yang sangat tidak menarik. Akar masalahnya adalah sesuatu yang “loud and clear”.
Apa yang bisa dilakukan Angkatan Udara dengan dukungan dana pemeliharaan pesawatnya yang tidak pernah mencapai 50 % dari kebutuhan?………………………
Maaf ! Masihkah saya harus berbicara lagi ?
Sekali lagi, dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh keluarga besar Angkatan Udara Republik Indonesia, semoga semua prajurit yang gugur dalam musibah ini, dapat diterima disisi tuhan Yang Maha Esa, dan kepada keluarga yang ditinggalkan semoga memperoleh kekuatan dalam mengahadapi cobaan yang tidak ringan ini. Amin.
Jakarta 8 April 2009
Chappy Hakim
5 Comments
Assalamualaikum
Pak Chappy Hakim, perkenalkan saya Gilang Mahasiswa Fakultas Hukum. saya sangat berminat dengan dunia penerbangan dan saya berencana untuk menulis skripsi yang berkaitan dengan hukum udara. mudah -mudahan bapak nanti bersedia membantu walau hanya lewat jalur on line.
Sri Gilang M.S.R.P.
Mualaikum Salam, salam kenal juga, dengan senang hati saya akan membantu yang bisa saya bantu, terimakasih, Salam, CH.
Ass. Pak CH..
saya turut berduka cita yang mendalam kepada seluruh keluarga besar Angkatan Udara Republik Indonesia atas musibah yang menimpa pesawat Hercules C-130 bernomor A-1325 yang jatuh di Madiun.
Semoga prajurit yang gugur diterima di sisi-Nya.
Arif Wicaksono,
Anda baik sekali, terimakasih atas perhatian yang begitu besar kepada kami, salam, CH.
Terimakasih Arif Wicaksono.