Tanggal 23 Maret 2009, sore hari saya berangkat ke Singapura. Tiba di Changi, malam hari lebih kurang jam 2000 waktu setempat. Begitu keluar dari pesawat, memasuki terminal, sudah banyak petugas sekuriti airport dengan garis penghalang yang mirip dengan “police line” , menggiring semua penumpang untuk masuk keruangan pemeriksaan keamanan seperti layaknya penumpang yang akan berangkat untuk naik pesawat. Waktu saya tanyakan, ada apa ini ? Petugas sekuriti tidak ada yang mau menjawab selain mengatakan bahwa semua pesawat yang datang dari Jakarta diberlakukan pemeriksaan ulang secara acak di airport Changi Internasional.
Dengan sopan mereka mengatakan bahwa pemeriksaan ulang secara acak ini, hanya untuk meyakinkan petugas sekuriti airport bahwa semua penumpang yang datang dari Jakarta tidak membawa barang berbahaya atau membahayakan.
Bagi saya, hal ini sangat memalukan. Penumpang dari Jakarta diberlakukan “diskriminatif”. Dari beberapa sumber yang layak dipercaya, saya memperoleh penjelasan bahwa penyebab dari pemeriksaan acak terhadap penumpang dari Jakarta ini, pemicunya adalah pernah kejadian seorang penumpang dari Jakarta kedapatan membawa barang “berbahaya” saat akan berangkat ke Amerika.
Setelah ditelusuri, ternyata penumpang tersebut adalah penumpang transit berasal dari Airport Cengkareng. Sayangnya, setelah itu pihak otoritas airport Singapura, sampai saat ini belum dapat diyakinkan tentang penyelenggaraan pengamanan di Internasional airport Cengkareng telah dilakukan sesuai standar Internasional.
Lebih dari itu, belum lama ini ada laporan di salah satu otoritas penerbangan internasional, tentang pemantauan di International Airport Cengkareng yang di dalam salah satu item dari laporannya menyebutkan bahwa, dalam waktu tidak kurang dari 5 jam, diketahui bahwa ada sejumlah , lebih kurang 14 orang yang bukan penumpang berkeliaran didaerah steril dengan tanpa “ID Card”. Banyak lagi dari laporan pemantauan tersebut yang mengatakan, antara lain, bagaimana kondisi dibagian kargo pemuatan dan pengumpulan barang yang tidak memenuhi standar keamanan.
Pendek kata, penyelenggaraan keamanan di airport Cengkareng, memang masih belum dipercaya oleh banyak pihak Internasional. Contohnya, ya itu tadi, penumpang yang tiba di Changi masih saja diberlakukan pemeriksaan ulang secara acak.
Saya pikir sudah waktunya, kita membenahi diri kembali, agar para pengguna jasa angkutan udara yang berasal dari Indonesia tidak lagi mengalami perlakuan yang “diskriminatif” di Changi !
Auckland 25 Maret 2009, 1830 LT.