Air and Space atau kedirgantaraan adalah masa depan kehidupan umat manusia. Itu sebabnya maka penjelajahan atau eksplorasi dirgantara untuk kesejahteraan umat manusia dilakukan oleh negara negara maju walau sebelumnya satu sama lain, mereka merupakan musuh bebuyutan. Musuh bebuyutan pada Perang Dunia dan sepanjang Perang dingin. Manifestasi dari ini adalah proyek ambisius bernama ISS – International Space Station. ISS adalah merupakan Modular Space Station terbesar yang berpangkalan di Low Earth Orbit. Proyek raksasa ini melibatkan 5 Space Agency negara maju , masing masing terdiri dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika, Roscosmos Rusia, JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) Jepang dan CSA (Canadian Space Agency) Kanada. Tentu saja kepemilikan dan penggunaan ISS dituangkan dalam perjanjian kerjasama antar negara masing masing pengelola Space Agency tersebut. ISS memfasilitasi antara lain laboratorium penelitian ilmiah microgravity dan faktor lingkungan di ruang angkasa. Beberapa penelitian yang telah dan sedang dilakukan antara lain mengenai astrobiologi, astronomi, meteorologi, fisika dan kajian ilmu lainnya.
ISS secara garis besar terbagi dalam 2 segmen, terdiri dari Rusian Orbital Segment (ROS) yang dioperasikan oleh Rusia dan United States Orbital Segment(USOS) yang dioperasikan bersama oleh Amerika Serikat, Jepang, Eropa dan Kanada. Segmen Rusia terdiri dari 6 Modul sementara Segmen Amerika Serikat terdiri dari 10 Modul yang terbagi dari sejumlah 76.6% dioperasikan NASA, 12.8 % oleh JAXA dan 2.3% oleh CSA. Dengan demikian tergambar jelas mengenai berapa prosentasi keikutsertaan negara negara Jepang , Eropa dan Kanada dalam ISS pada segmen Amerika Serikat. Begitulah manifestasi kerjasama negara negara berteknologi maju dalam eksplorasi ruang angkasa untuk perdamaian dan kesejahteraan umat manusia di permukaan bumi ini.
Perkembangan yang terjadi belakangan ini, terutama setelah terjadi perang Rusia Ukraina ternyata juga berdampak dalam irama kerjasama antar negara pada proyek ISS. Belakangan beredar berita NASA akan merencanakan penggunaan dana sekitar 1 miliar USD untuk proyek dalam proses pembaharuan ISS yang usia pakainya sudah menjelang akan berakhir. Disisi lain NASA juga telah membuat perencanaan anggaran tahun 2024 untuk membelanjakan 180 juta USD bagi pengembangan kapal tunda ruang angkasa. Rencana NASA berjumlah jutaan USD hingga hitungan miliar USD bertujuan untuk merubah strategi eksplorasi ruang angkasa yang dinilai akan jauh lebih murah dibanding dengan yang sedang berlangsung saat ini bekerjasama dengan Rusia. Tidak begitu jelas tentang apakah perubahan itu terjadi sebagai salah satu dampak ikutan dari perang Rusia Ukraina yang tengah berlangsung. Yang pasti banyak pengamat memandang perubahan strategi eksplorasi ruang angkasa Amerika Serikat pasti merupakan akibat perang Rusia Ukraina. Persoalannya adalah pada bulan Agustus di tahun 2022 Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menandatangani undang undang yang memperpanjang partisipasi NASA dalam program ISS sampai dengan tahun 2030. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa kini NASA terlihat sebagai merubah haluan dengan mengumumkan penggunaan dana hingga 1 Miliar USD untuk program Eksplorasi Ruang Angkasa.
Dinamika perang dan damai di permukaan bumi tidak bisa dihindari untuk tidak mempengaruhi kerjasama ilmiah di angkasa luar walau untuk bertujuan kesejahteraan dan perdamaian global. Umat manusia , terutama para pencinta dirgantara di seluruh dunia, kini hanya dapat menantikan dengan penuh harap harap cemas, apa gerangan yang akan terjadi dengan masa depan kerjasama negara negara berteknologi maju dalam Iternational Space Station.
Jakarta 16 Maret 2023
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia