Pada perayaan HUT Brimob ada sesuatu yang sangat menarik perhatian. Terlihat ada spanduk yang isinya telah mengundang banyak komentar dari berbagai pihak. Ini adalah kutipan dari berita yang diturunkan oleh Detik.com : Spanduk bertuliskan ‘Kami Anggota Korps Brimob Polri Bangga Jadi Anak Buah Jenderal’ yang dipampang saat perayaan HUT ke-64 Brimob dinilai kurang tepat. Mestinya, Brimob mengaku bangga karena telah mengabdi melayani masyarakat.“(Spanduk) Itu saya kira aneh, bangga kok jadi anak buah jenderal, bangga itu menjadi polisi yang telah melakukan perubahan,” kata Dosen Kriminologi UI Erlangga Masdiana saat dihubungi detikcom, Sabtu (14/11/2009).
Dari nadanya, dapat ditangkap sinyal bahwa Korps Kepolisian yang saat ini tengah “terjepit” sedang berusaha untuk dapat meresponnya dengan baik. Demikian pula Korps Kejaksaan. Apabila respon yang akan bergulir kearah yang negatif ini dibiarkan berlanjut, dapat diantisipasi perpecahan antar komponen bangsa akan terjadi.
Nah , untuk meredakan itu semua , saya sajikan berikut ini, pidato Bung Tomo diawal kemerdekaan Indonesia yang membakar rasa persatuan bangsa Indonesia. Pidato Bung Tomo ini adalah Pidato pada tanggal 10 Noppember 1945 yang saya ambil dari : satu Indonesia.com
Saoedara-saoedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia,
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.
Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.
Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.
Saoedara-saoedara,
didalam pertempoeran- pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa
ra’jat Indonesia di Soerabaja
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,
didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra’jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana
Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra’jat Indonesia,
ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra’jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian
Hai tentara Inggris!,
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe
Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada,
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
Saoedara-saoedara ra’jat Soerabaja,
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,
Toehan akan melindungi kita sekalian
MERDEKA!!!
Mudah-mudahan dengan membaca kembali naskah pidato Bung Tomo ini, semangat kebangsaan dan semangat untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat banyak dapat tumbuh kembali, sehingga “huru-hara” yang tengah melanda kita saat ini dapat segera diselesaikan dengan baik, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
2 Comments
Pidato bung Tomo yg benar2 “Membakar Rasa Persatuan Bangsa”, untuk direnungkan dan masih relevant untuk masa kini!
Sayangnya kini hanya tinggal kenangan?! Trims Pak.