Kemarin, tanggal 5 Mei 2009, saya diundang pada peluncuran buku Pak Saleh Basarah. Tidak hanya diundang, saya juga diminta oleh Pak Saleh, untuk memberikan kesan-kesan terhadap Pak Saleh dan bukunya. Berikut ini, kesan-kesan yang saya sampaikan kemarin petang di Puri Ardya Garini, Lanud Halim Perdanakusuma :
Assalammualaikum Wr.Wb.
Selamat sore Pak Saleh Basarah, ibu-ibu, bapak-bapak, saudara sekalian yang sangat saya hormati.
Terlebih dahulu, saya ingin menyampaikan ucapan “selamat” kepada pak Saleh Basarah, atas telah diterbitkannya buku “Saleh Basarah, perjalanan hidup dan pengabdianku.”
Luar biasa saudara-saudara sekalian, seorang dengan usia 81 tahun, masih berkarya dan meluncurkan buku.
Berikutnya, saya juga ingin menyampaikan rasa terimakasih dan kebanggaan diri saya berkenaan dengan permintaan pak Saleh, melalui surat yang menyebutkan, mohon kesediaan Chappy Hakim selaku Pemerhati Kedirgantaraan Indonesia, menyampaikan kesan-kesan pada acara peluncuran buku ini.
Saudara sekalian,
Pertama kali saya berjumpa dengan Pak Saleh Basarah, adalah terjadi pada tahun 1969, 40 tahun silam. Long Time a go. Saya berpangkat sersan udara karbol dan Pak Saleh, Marsekal Muda. Pada waktu itu, saya bersama Sersan Mayor Karbol Senior Bobby Arifin dan Kapten Udara Soedarwadi mengantar tiga orang Kadet dan seorang Kolonel Amerika, menghadap Pangkowilu V dimarkasnya di Tanah Abang Bukit Jakarta.
Sama-sama 2, saya setrip dua dan beliau bintang dua. Seorang sersan jelek, berkulit hitam legam karena baru saja menyelesaikan Military Basic Training selama 1 tahun di Magelang, berhadapan dengan Marsekal Muda , yang tinggi , keren dan gagah. Teman saya Poernomo Basuki selalu mengatakan kepada saya bahwa Pak Saleh itu mirip dengan John Wayne, bintang film tenar di tahun 1950-an, sehingga saya sering menyebutnya sebagai “Saleh John Wayne Basarah”.
Kesan saya pada pertemuan pertama itu adalah, bahwa beliau seorang yang sangat rendah hati. Perwira Tinggi berbintang dua, berbicara dengan seorang sersan , dan sang sersan bisa merasa nyaman “ngobrol” , adalah luar biasa. Biasanya pada kegiatan hari-hari, berhadapan dengan sersan mayor saja , udah nggak nyaman rasanya. Ada yang bilang, Sersan karbol itu kan “bolo dupak”an atau cacing cau ! Nggak ada harganya, biasanya ditegur itu hanya untuk tiga hal, dimarahin, dihukum atau diperintah. Sementara pada waktu itu , saya “ngobrol” dengan Bintang Dua, wow, Unbelievable! Menjadi kurang jelas jadinya, sersannya merasa sebagai bintang dua, ataukah sang bintang dua yang men “sersan” kan diri?
Seorang Jenderal dari US Marine Corps, John A Lejeune, pernah berkata bahwa :
The Relation between Officers and enlisted men, should in no sense be that of superior and inferior, nor of that of Master and Servant, but rather of Teacher and Scholar.
Hubungan atasan bawahan yang laksana hubungan “GURU” dan “MURID” . Itulah, beliau Bapak Saleh John Wayne Basarah.
Yang menarik dari diri beliau adalah , bahwa beliau merupakan ujud dari seorang Marsekal yang paripurna, banyak membaca ,menulis, orator handal, dengan penampilan yang tinggi besar, gagah, keren, berpengetahuan luas, akan tetapi rendah hati .
Pak Suryadarma, bapak AURI, pernah mengingatkan pada seluruh perwira Angkatan Udara ,
“Pada saat engkau terbang tinggi di Angkasa Raya, semuanya berada dibawahmu ! Akan tetapi, senantiasa tempatkanlah hatimu dibawah mereka semua !
Sekali lagi , Itulah Pak Saleh Basarah, dan beruntunglah kita semua, Angkatan Udara memiliki Saleh Basarah.
Tanpa bermaksud sedikitpun untuk mengurangi rasa hormat kepada yang lain, diluar Angkatan Udara, dimasyarakat luas hanya dikenal 3 orang saja Kepala Staf Angkatan Udara. Pak Suryadarma, pendiri Angkatan Udara, Bapak Angkatan Udara, kemudian Omar Dani, yang memegang teguh sumpah prajurit patuh dan taat pada pimpinan tanpa membantah perintah atau putusan , pulang dari luar negeri dengan kemauan sendiri untuk mengambil alih tanggung jawab sebagai Panglima Angkatan Udara , walaupun harus berhadapan dengan hukuman mati. He is the real soldier, military professional, prajurit sejati. Yang ketiga adalah Marsekal Purnawirawan Saleh Basarah, guru dari para perwira Angkatan Udara, He is the real Teacher, the Real Leader, dan rendah hati.
Yes, you are Pak Saleh with all of my respect !
Marsekal Saleh Basarah, adalah orang yang sangat mendorong untuk menulis, Begitu besar pengaruh beliau, dengan lapang dada harus diakui, bahkan rekor MURI yang pernah diraih Angkatan Udara pada tanggal 11 Desember 2003, sebagai penerbit dan peluncuran lebih dari 100 buku kedirgantaraan dalam setahun, tidaklah lepas dari ketokohan beliau.
Pak Saleh Basarah, gemar pula menulis surat dan sebagian besar suratnya kepada saya ditulis dengan tulisan tangan dan berbahasa Inggris. Isinya, seperti juga layaknya saat beliau berbicara “face to face”, selalu menyenangkan dan yang pasti selalu merefleksikan seorang senior, seorang mentor , seorang pengasuh. Salah satu bagian dari tulisan Pak Saleh kepada saya, beberapa hari setelah saya menjalani masa purnawira adalah sebagai berikut :
Dear Chappy and Ade,
Bersama ini, saya dan keluarga mengucapkan “selamat” atas tuntasnya tugas kenegaraan Chappy sebagai KSAU yang didampingi dengan setia dan tulus oleh Ade sebagai isteri.
Chap, you have done your utmost best, and each one of us, everyone you know, certainly knows that you have been doing your best ! I am proud of you. What will be your next assignment? No one knows ! Do not expect too much from today’s system of our government. Lain zaman orde baru, your quality is most suitable to become an Ambassador in Asia Pacific Countries and in Europe. Even a Minister Assignment will do best. My Prayer will go with you both !
Saya sendiri, I my self had tried and done it too – there was no regrets because I am not expecting a reward. Enteng-enteng aje kata si abang betawi sih.
Pada bagian lainnya, beliau menulis pula sebagai berikut :
Doing your best means, you are going to live your live intensely. You are going to be productive, you are going to be good to your self – because you are giving yourself to your family, to our Air Force and also to the community . But it is the action that is going to make us feel intensely happy as well. And I certainly know you are a man of action – because you love it, not because you are expecting a praise or reward.
Itulah saudara-saudara sekalian, betapa sangat menyentuhnya tulisan beliau, there is a lot of touch in his letter.
Para hadirin yang saya hormati,
Dengan cara dan pendekatan yang seperti itu, Pak Saleh menuangkan pengalamannya sejak kecil, tentang anak isteri beliau, saudara, teman dan handai taulan serta pengalaman beliau selama lebih dari 30 tahun di Angkatan Udara, sebagai military professional, dalam sebuah buku yang diberi judul : “Saleh basarah, perjalanan hidup dan pengabdianku”.
Dapat dibayangkan, saudara-saudara sekalian betapa menariknya buku ini untuk dibaca !
Saya percaya, dengan membaca buku ini, kecintaan terhadap Angkatan Udara menjadi lebih bergelora lagi, kecintaan terhadap Dirgantara menjadi lebih berkobar lagi. Untuk itu marilah kita semua mengikuti apa yang telah dikerjakan oleh Pak Saleh John Wayne Basarah, menulis buku lagi. Menulis tentang apa saja yang berkait dengan kedirgantaraan, menulis apa saja untuk lebih meningkatkan lagi “airmindedness” atau bahkan “aerospace mindedness” dikalangan generasi penerus.
Nenek Moyang ku Orang Pelaut, akan tetapi ingat ! , anak cucuku adalah “insan dirgantara ” .
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan rasa bahagia saya, karena saat ini, diantara kita tidak ada yang larut dalam hirukpikuknya pilpres 2009.
Yes… karena memang kita semua , seperti digambarkan dalam bukunya Marsekal TNI Purnawirawan Saleh Basarah : We Are “military professional”, We Are Not ” Politician”.
Sekali lagi “selamat” pak Saleh, may God bless you and most of all : we are proud of you, pak Guru !
Sekian Terimakasih.
Assalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta 5 Mei 2009.
Demikian kesan-kesan yang saya sampaikan pada kesempatan peluncuran buku Marsekal TNI Saleh Basarah.