Beberapa hari yang lalu, pesawat terbang Lion Air mendarat di Batam tanpa roda hidung. Penerbang dapat mendaratkan pesawatnya dengan selamat. Akan tetapi, mungkin prosedur penyelamatan penumpang yang kurang sempurna, maka terdapat beberapa korban yang terluka.
Saya belum mengetahui dengan benar, tentang apa yang menjadi penyebabnya. Akan tetapi yang pasti faktor penyebab biasanya baru diketahui setelah beberapa lama dilakukan penyelidikan yang intensif terhadap kecelakaan tersebut.
Berita sementara yang tersiar adalah, penyebabnya karena terjadi metal “fatique” pada salah satu komponen yang berada dekat dengan mekanisme penurunan roda hidung pesawat. Yang pasti memang ada usaha yang kuat menyampaikan ke publik bahwa tidak ada yang salah dengan penerbang dan juga sistem pemeliharaan pesawat di perusahaan penerbangan dan juga dipihak inspektor kelaikan udara Departemen Perhubungan.
Sederhana saja, bahwa semua pesawat terbang, baru bisa dikatakan dan di “release” sebagai layak terbang, setelah melalui rangkaian yang panjang pemeriksaan yang mendetail. Rangkaian pemeriksaan ini menjadi bagian yang utuh dari proses pemeliharaan pesawat secara keseluruhan dan juga rangkaian inspeksi yang harus dilakukan baik oleh pihak yang berwenang di perusahaan penerbangan dan kemudian di check oleh pihak otoritas penerbangan pemerintah.
Dengan demikian, apabila proses pemeliharaan pesawat, dilakukan dengan benar, tanpa ada yang terlewati, dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak otoritas penerbangan dilaksanakan sesuai aturan, maka hampir dapat dipastikan kecelakaan model yang terjadi di Batam itu tidak akan terjadi.
Masalahnya adalah, dalam rangkaian prosedur pelaksanaan pemeliharaan pesawat terbang, tercantum disitu semua yang berhubungan dengan umur seluruh komponen yang terdapat di pesawat diharuskan diperiksa secara berkala. Jadi kesimpulannya , tidak mungkin terjadi “material fatique” yang sampai tidak diketahui.
Disiplin dan ketelitian, memang sangat diperlukan dalam pelaksanaan prosedur pemeliharaan pesawat terbang. Demikian pula pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan dalam pengoperasian pesawat terbang terutama pesawat terbang komersial. Kelengahan seberapa kecilpun akan berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Kita lihat saja, hasil penyelidikan nanti. Apabila penyelidikan dilakukan dengan fair dan teliti, maka dipastikan akan terkuak apa yang sebenarnya menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang di Batam itu. Mudah-mudahan kerjadian tersebut dapat diambil manfaatnya agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Sudah terlalu banyak kecelakaan pesawat terbang di Indonesia yang disebabkan oleh keteledoran dan ketidak patuhan terhadap aturan yang berlaku dari pihak pengelola maskapai penerbangan dan juga pihak regulator dalam hal ini otoritas penerbangan nasional.
Sudah saatnya berkata “stop kongkalikong” !