Leadership atau kepemimpinan sudah sangat sering dilontarkan banyak orang. Demikian pula definisi tentang kepemimpinan juga sudah tersedia banyak sekali pada referensi-referensi yang ada. Akan tetapi yang tetap saja menarik adalah membahas tentang para pemimpin.
Apabila kita hendak membahas lebih jauh tentang pemimpin atau tentang kepemimpinan, maka mungkin ada baiknya juga untuk terlebih dahulu kita melihat sepintas perjalanan sejarah umat manusia.
Tinjauan ini sangat penting dalam membantu kita untuk memahami dengan baik tentang kepemimpinan atau juga tentang pemimpin. Sebagaimana kita maklumi bersama, sejarah umat manusia mencatat tentang dimulainya peradaban dimuka bumi ini dengan kehidupan yang sangat primitif dari para nomaden. Sekumpulan manusia purba yang dalam perjalanan hidupnya, selalu berpindah-pindah tempat berkait dengan usahanya untuk dapat bertahan hidup.
Tentu saja, dalam era kehidupan manusia yang selalu berpindah-pindah tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka yang berlaku adalah hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang menang dan dialah yang akan berperan sebagai “penguasa”. Dengan demikian jelas yang menjadi pemimpin di era ini adalah mereka yang “kuat”. Kuat dalam arti fisik.
Dalam perkembangannya kemudian, setelah manusia dapat merubah cara hidupnya dengan bercocok tanam, maka berubah pulalah pola berinteraksi umat manusia. Dalam konstelasi kehidupan bertani ini, dengan sendirinya lahan kemudian menjadi sesuatu yang penting. Nah di era inilah mereka yang memiliki lahan yang luas dan subur akan memperoleh keuntungan yang besar.
Dalam situasi dan kondisi seperti ini maka perkembangannya adalah muncul pemimpin yang merupakan kombinasi dari orang-orang yang “kuat” dan orang-orang yang memiliki lahan luas dan atau juga subur. Namun dengan perkembangan interaksi itu, maka tetap saja yang kemudian terjadi adalah munculnya pemimpin dari mereka yang berasal dari para pemilik tanah, karena merekalah yang dominan. Di jaman ini, kita mengenal mereka , para pemimpin yang kerap akrab disebut dengan istilah “Land Lord” atau “para tuan tanah”.
Demikian selanjutnya, setelah pertanian secara bertahap bergulir maju, kehidupan manusia perlahan-lahan meningkat kualitasnya. Peningkatan kualitas hidup manusia bergulir terus dan sampailah kemudian umat manusia memasuki tahapan yang lebih maju lagi yaitu era industri.
Dalam era industri ini, tatanan kehidupan manusia pun berubah sesuai dengan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat dalam menyikapi perkembangan industri itu sendiri. Karena dalam kehidupan industri banyak dibutuhkan modal atau kapital, maka secara otomatis mereka yang memiliki modal atau kapital yang besar akan muncul sebagai penguasa. Jadi dalam era industri ini, mereka yang tampil sebagai pemimpin pada umumnya adalah orang-orang yang mempunyai modal kuat.
Disamping itu, sesuai dengan dinamika interaksi yang terjadi di era industri , terbentuklah solidaritas antar pekerja yang dalam perkembangannya kemudian berbentuk organisasi. Organisasi-organisasi serikat pekerja inilah yang selanjutnya memunculkan pemimpin-pemimpin organisasi pekerja atau organisasi buruh.
Jadi di era industri, mereka yang memiliki potensi paling besar untuk tampil memimpin adalah mereka yang memiliki modal dan juga mereka yang sanggup memimpin para pekerja dalam memperjuangkan nasibnya.
Pasca era industri, sesuai dengan tuntutan dinamika dan irama persaingan dan perebutan pasar yang terjadi disemua lini, maka muncullah kemajuan teknologi yang menyertainya. Kemajuan teknologi telah melahirkan para teknolog-teknolog. Di era ini kemudian muncul para pemimpin yang berasal dari bidang yang sedang berkembang yaitu para teknolog.
Demikianlah jaman berlalu dan waktu bergulir, semua kemajuan peradaban manusia selanjutnya ditandai dengan fenomena yang lebih menarik dan merangsang lagi. Ternyata gejala kemajuan peradaban mengalir menuju satu bentuk yang menjadi sangat tergantung kepada sesuatu bernama “informasi”. Di era informasi ini, telah membuat mereka yang memiliki informasi lebih banyak akan mudah tampil sebagai pemenang dalam segala bidang persaingan. Informasi pun kemudian telah berubah menjadi “komoditas”. Di era ini kepemimpinan seolah diambil alih dengan mudah oleh mereka yang memiliki informasi. Muncullah tokoh-tokoh seperti Bill Gate dan lain lain.
Dalam atmosfer kemajuan teknologi yang begitu pesat, diera informasi ini maka persaingan menjadi lebih ketat, lebih keras dan juga menjadi lebih cepat.
Dengan demikian, maka wajar sekali di era yang seperti itu, maka dibutuhkanlah pemimpin yang juga harus bisa bergerak lebih cepat, lebih tepat dan tentu saja kiranya harus juga bisa lebih keras.
Persaingan global, di era informasi ini kemudian menjadi menggelinding menuju satu kawasan yang tidak lagi berbatas. Itu sebabnya, hampir semua cabang ilmu pengetahuan mengalami pendalaman yang luar biasa pula. Intinya persaingan menjadi lebih “keras” dan lebih berjangka panjang. Itu pulalah sebabnya maka pemimpin di era ini dituntut harus memiliki “visi” yang tajam dalam memandang kemajuan peradaban umat manusia jauh kedepan.
Disisi lain, seiring dengan perkembangan masyarakat global, maka tuntutan lainnya adalah kepemimpinan yang kolektif. Tidak mungkin lagi masyarakat menerima kepemimpinan yang tunggal. Tidak ada tempat lagi bagi “superman”, karena semua hanya dapat diatasi oleh satu “supertim”. Kelompok orang yang bersatu menjadi tim yang bekerja dengan solid dan kompak serta memiliki tingkat yang setara. Di era ini, tuntutannya berkembang kepada dihilangkannya “feodalisme”. Sikap feodal, di era ini akan menjadi penghambat kemajuan.
Keahlian memimpin, ternyata juga harus seiring dengan kemampuan membentuk tim. How select the people, selanjutnya akan menjadi faktor penentu bagi sukses atau tidaknya seorang “pemimpin”, seorang “leader”. Itulah sebagian dari “leadership” yang harus senantiasa berkembang dengan kemampuan menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan lingkungan.
Jakarta 15 Januari 2010