Hari itu, Kamis 10 Januari 2013 adalah hari ulang tahun ke 65 Capt S Nababan, sahabat saya penerbang senior Garuda. Di hari ulang tahunnya tersebut dia mengundang saya untuk turut hadir dalam upacara “Last Flite” dan akan landing sebagai seorang Pilot in Command pesawat niaga Indonesia pertama di usia 65 tahun.
Landing terakhir dari seorang Pilot yang mengantongi lebih dari 16.000 jam terbang yang sekaligus memecahkan rekor MURI. Dengan alasan yang sangat sederhana, yaitu turut merasa “bangga”, saya hadir dihari yang cerah tersebut untuk dapat menjadi bagian dari kebahagiaan Captain Nababan beserta seluruh keluarga besar Pilot Garuda yang tentunya juga sebagai representasi dari Pilot Indonesia. Pilot dengan tuntutan yang selalu berorientasi kepada standar yang “world class” dan itu ditunjukkan oleh korps Pilot Garuda dalam satu upacara tradisi yang membanggakan. Sungguh saya turut merasakan kebahagiaan dan kebanggaan Captain Shadrach, kebangaan Pilot Garuda , kebanggaan Pilot Indonesia.
Pagi ini saya menerima email dari Captain S Nababan. Rasa senang menerima email ini saya pikir terlalu egois bila hanya saya yang merasakannya. Untuk itu saya posting disini untuk dapat sekedar berbagi. Berbagi kepada mereka semua pencinta Dirgantara. Dalam kata sambutan saya di upacara kemarin, saya tutup dengan menegaskan kembali jargon : “Memang Nenek Moyang kita adalah Orang Pelaut, akan tetapi anak cucu kita adalah insan Dirgantara !”
Berikut ini email dari Captain Shadrach Nababan :
Dear All,
Ketika kami GIA 717 berada di final Rw 25L, sdr FO Eric bisa bersaksi atas kejadian ini, kami kaget karena separation kami dengan traffic yang didepan tiba2 hanya berjarak 4,5 miles saja dan Soekarno-Hatta Tower bertanya “Indonesia 717 are you going to make go around NOW… climb 2000 maintain runway heading” saya bilang ke Eric untuk jawab “Request continue until DA” dan kami bersyukur sebab hanya split second jelang DA traffic itu sudah vacating runway dan kami mendapat landing clearance. Pendaratanpun berjalan mulus dan kami vacate runway di high speed S5. Ketika hal itu terjadi, dibenak saya sempat melayang pikiran bahwa kalau kami sampai “go around” pergi ke Esala dan kemudian holding disana untuk mendapat giliran balik maka tak terbayangkan betapa efeknya nanti terhadap susunan acara yang sudah dirancang dengan susah payah oleh teman2.
Jadi saya merasakan betul kira2 begaimana perasaan rekan2 saya di APG ketika mempersiapkan acara penyambutan kami di apron E31 dan Auditorium GCC tanggal 10 Januari 2013 ybl. Banyak hal “unpredicted” yang terjadi disaat “last minutes” tetapi akhirnya semua dapat berjalan dengan “nearly sempurna”.
Jadi setelah saya membubuhkan tanda tangan (terakhir sebagai PiC) di AFL sdr FO Riemawan datang ke cockpit membisikkan kepada saya bahwa pak Chappy Hakim sudah hadir dan beliau bersedia menjadi inspektur upacara, hal itu saya maknai justru sebagai kehormatan yang “I don’t even think of it”….
Perasaan yang betul2 tak dapat dilukiskan dengan kata2 indah ….itulah yang telah saya rasakan ketika sang Jenderal (maksud saya Marsekal Udara) mengalungkan bunga kepada saya.
Apabila ada kata-kata yang lebih baik dari kata “terimakasih” tentu itulah yang akan saya ucapkan bagi APG dibawah pimpinan Capt Bintang Hardiono dan Tim Pelaksana Upacara dibawah pimpinan Capt Adisurya serta seluruh teman2ku pilot yang baik hati yang membuat seluruh acara dapat berjalan dengan baik.
Cipulir Permai, 12 Januari 2013.
capt shadrach nababan
Jakarta 12 Januari 2013
Chappy Hakim.
3 Comments
Keren eMail-nya. I like it, sir CH!
-MP
bisa ikut merasakan atmosfer bangga dan haru disana !!!
luar biasa !!!
Last flight as captain, but he leaves the legacy that will still fly on other pilot spirit..