google image
Menjelang Morotai Sail, sebagai kelanjutan dari sail -sail yang sudah digulirkan diwaktu-waktu yang lalu, sempat mengusik saya juga untuk sekedar berbagi. Saya yakin masih belum banyak dari kita semua yang mengenal dengan baik Pulau Morotai, kalaupun ada yang sudah mengetahuinya, dapat dipastikan banyak juga yang belum pernah mengunjunginya. Nah, sebagai orang yang cukup sering kesana, walau diwaktu yang lalu, ingin juga saya menuangkan sedikit informasi, yang berupa sekedar tambahan informasi saja, walaupun mungkin sudah tidak “up to date” juga, karena saya terbang terakhir ke Morotai lebih kurang di tahun 2003 atau 2004 barangkali.
Morotai adalah pulau yang sangat indah pemandangannya, terutama dibeberapa sudut pantai tertentu dan benar sekali, seperti sudah disebutkan dalam beberapa pemberitaan, bahwa lapangan terbangnya kalo nggak salah, namanya Pitu, terdiri dari 7 runway yang berbujur paralel dengan fondasi yang sangat meyakinkan yaitu“batu karang”. Namun sayang, kayaknya hanya tinggal satu setengah jalur saja yang kini dipakai sebagi runway dan taxi-way nya. Kelima jajaran runway lainnya sudah tertutup tumbuhan liar, walau dari ketinggian tertentu masih dapat terlihat dengan samar2.
Runway ini memiliki panjang lebih kurang 3 km dengan lebar (mungkin) 30 atau 45 meter. Untuk ukuran jaman perang dunia kedua, maka jajaran runway morotai berkelas “gigantic”, lebih lagi bila dibandingkan dengan jenis pesawat terbang dikala itu, walau yang paling canggih sekalipun ! Keluhan landing di Runway Morotai adalah permukaan landasannya seperti “parut”, tajam dan sangat memakan ban pesawat. Kendala besar memang dihadapi dalam aspek pemeliharaan permukaan landasan agar dapat memenuhi kriteria sebagai “Runway-in use”.
Pada waktu itu, semua infra struktur yang ada di Morotai sangat amat sederhana, untuk menghindari penggunaan kata “miskin“. Hotel yang paling mewah adalah “Mess Crew AURI” yang bangunannya sekelas dengan RSSSSSS.
Banyak para Komandan Lanud (Dan Lanud) yang sudah berupaya keras dengan modal “apa adanya” untuk memoles Pangkalan Udara Morotai ini untuk dapat terlihat“cantik” Sebagai catatan, pada jaman Dan Lanudnya Adi Margihadi, Paskhas kelas 68, Lanud Morotai sedikit berubah karena sekitar Runway dibenahi menjadi “asri”, bersih dan ditata dengan memajang sisa kayu besar pepohonan tua disana serta beberapa rongsokan peninggalan senjata sisa PD, terlihat seperti “the living museum of the world war”. Bagus sekali saat itu (long time ago….1970/1980-an) Sekali lagi, informasi ini mewakili laporan kondisi lapangan lebih dari sepuluh tahun lalu. Saya nggak tau lagi kondisi terakhir, yang konon saat terjadi kerusuhan di Maluku, Morotai juga terkena imbasnya dengan kegiatan bakar membakar bangunan ?
Morotai, memang sebuah pulau yang merupakan saksi bisu dan mengukir banyak kejadian dari sejarah perang pasifik hingga operasi Trikora. Mungkin, hingga akhir tahun 1970 atau 1980-an tidak ada satupun pesawat terbang sipil yang mendarat disana. Kenangan terbang ke Morotai adalah oleh-oleh yang bisa dibawa pulang berupa “lampu kristal”, itu kata sandi dari pisang kepok yang masih dalam bentuknya per-satu tandan (terlihat seperti lampu hias kristal). Rasanya “luas-biasa” enak sekali, tidak perduli apakah di goreng dan ataupun direbus. Tidak diketahui lagi apakah masih ada pisang kepok istimewa di Morotai?
Dengan letak dan bentuk serta keindahan Morotai, saya yakin hanya masalah waktu saja, maka Morotai akan dapat bersaing dengan tujuan wisata lainnya di Indonesia. Sekali lagi sayangnya, sebagai orang yang beruntung telah melihat hampir seantero daerah di Tanah Air, dapat dikatakan kita memiliki daerah tujuan wisata yang tidak terhitung jumlahnya, namun hingga kini orang hanya mengenal Bali saja. Itulah nasibnya our “beloved country” !
Itu, tulisan singkat, yang sekedar terangsang untuk berbagi saja dalam konteks Morotai Sail !
Semoga sukses. Sukses, terutama juga dalam upaya menyadarkan kita semua bahwa kita ini hidup didalam satu negara yang sudah ditakdirkan sebagai Negara Kepulauan. Insya Allah,
Wassalam,
Chappy Hakim
Jakarta 13 September 2012
4 Comments
terima kasih atas infonya pak. Sy selalu menunggu tulisan2 Bpk mencerahkan & mengetuk kesadaran akan kebernegaraan.
Terimakasih banyak, salam !
pak chappy..apa mungkin di usulkan peningkatan status Lanud Morotai agar segala potensi dan sarana dan prasarana di pangkalan/bandara dapat lebih dioptimalkan baik untukn pertahanan maupun akses pariwisata dan lain lain..
Saya kira sangat mungkin, tinggal tergantung dari kemauan dari Pemda atau Pem Pusat aja, barangkali.