Sebenarnya tidak hanya di Indonesia krisis terjadi dalam jajaran ATS, Air Traffic Control System atau institusi pengatur lalu lintas udara. Namun harus diakui bahwa di Indonesia terutama di Jakarta dalam jam sibuk di pagi hari dan petang hari mungkin adalah yang terburuk diseluruh dunia. Konon kabarnya, beberapa kali telah terjadi near miss atau “hampir tabrakan” dua pesawat besar di udara di atas kawasan Jabodetabek.
Tidak mudah mengangkat masalah ini, karena cukup sulit untuk melihat secara visual dan juga sukar sekali menerangkannya kepada orang awam. Maka jadilah semua orang tenang-tenang saja seolah tidak ada apa-apa , padahal setiap saat bahaya mengancam ! Emangnya Gue Pikirin? Nanti setelah kejadian mudah-mudahan tidak terjadi, semua orang akan menyesalinya ! ( I have spoken ! ) Tulisan ini adalah tulisan saya yang kesekian kalinya tentang hal ini.
Mengapa terjadi? sebab utamanya adalah keterlambatan mengantisipasi melonjaknya kenaikan pertumbuhan penumpang dan barang dalam lalulintas angkutan udara komersial di Indonesia. Sebab lainnya adalah karena Angkasa Pura (AP 1 dan AP 2,) yang membawahi organisasi ATS dalam 5 – 10 tahun terakhir yang lalu dipimpin oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan penerbangan. Mereka yang tidak dibekali dengan “aviation knowledge”, harus dimaklumi pasti mempunyai pemahaman yang sangat rendah tentang antisipasi fenomena keamanan terbang.
Contoh sederhana untuk menggambarkan betapa semrawutnya lalu lintas udara di atas Jakarta, kira-kira sama dengan lalu lintas di jalan-jalan di Jakarta dalam jam sibuk. SDM pengatur lalu lintas udara yang jumlahnya tidak memadai ditambah dengan peralatan pendukung yang sudah kadaluwarsa menjadi sebab utama disamping manajemen yang memang berhadapan dengan banyak kendala.
Gejala ini (pertumbuhan pesat dari lonjakan arus penumpang dan barang) bukan dan tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi negara lain telah melakukan antisipasi dengan cerdas. Di Amerika Sendiri, tempat paling aman dan terorganisir lalu lintas udaranya, tetap saja dalam memasuki tahun 2000-an FAA, Federal Aviation Administration dan Kongresnya serta Departemen Transportasinya sudah membicarakan dan menangani dengan serius mengenai hal ini.
Robert W Poole dan Chris Edwards jauh sebelum tahun 2003 dalam salah satu tulisannya pernah mengatakan bahwa :“Many aviation experts predict serious trouble in coming years as air travel demand grows faster than the ability of the U.S. air traffic control system to expand capacity.”
Berlainan dengan di Indonesia, mereka, kaum elit negeri yang bertanggung jawab terhadap penerbangan nasionalnya segera mengambil “action” untuk mengatasinya segera. Itu sebabnya, di Amerika tidak terjadi kesemrawutan seperti yang kini tengah terjadi di Indonesia, terutama di Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada jam sibuk !
Sekali lagi, mudah-mudahan tidak terjadi kecelakaan.
Jakarta , hari sumpah pemuda 28 Oktober, hari ulang tahun cucuku tercinta Clea. Selamat Ulang tahun cucuku !
Chappy Hakim.
5 Comments
Sampai sekarang saya juga kurang paham tentang “keterbatasan” kualitas dn kuantitas sdm di negeri kita ini. Sepertinya tidak ada yang salah mengirim personil untuk belajar ke negara maju untuk mengejar ilmu yang tertinggal. Bahkan komplet dengan paket “job training”nya. Sedikit cerita, pada tahun 1981 saya pernah ditugaskan ke RMAF (TUDM) Malaysia selama 5 bulan untuk mempelajari sistim pendidikan profisiensi penerbang. Meskipun mereka juga masih dibawah kendali sebagai negara persemakmuran, akan tetapi pengembangan diri lebih di fokuskan ke sikap pribadi yang bertanggung jawab bagi personil yang bersangkutan. Singkat kata, didalam profesi tidak ada tawar menawar, yang ada hanya mampu atau tidak. Garuda Indonesia sudah lama melakukan profisiensi check yang sangat sederhana tapi ketat aturan mainnya. Jadi, jangan-lah memberi peluang bagi seorang profesional kecuali mengerjakan sesuai profesinya masing-masing. Gampang kan.
Terima kasih.
Eh iya, ikut mengucapkan selamat ulang tahun buat cucunda Clea. Semoga kelak menjadi anak yang sehat dan cerdas, beriman kuat dan berguna bagi bangsanya, aamiin.
OK, makasih Wir ! salam !
Hmmmm….., sama halnya saya punya SUPERVISOR PROYEK yg taunya hanya kwantitas. Jadi saya sebagai Drafter n engeneringnya sering bentrok di lapangan. Tapi sayang, saya tidak bisa berbuat lebih, karena beliau”ANAK EMAS ” Boss. Kadang kala saya yg nggak kuat , dan ingin keluar dari perusahaan….
Saya sangat setuju dg tulisan Pak Cheppy harus kita akui memang lalu lintas udara di indonesia memang harus ditata ulang dan tetapi tidak bisa hanya dibebankan kepada API DAN APII selaku operator tapi juga Dephub cq Direktorat Jenderal Perhubungan Udara selaku regulator harus ikut cawe2, sebagai contoh kita pu.ya Slot Time Komite akan tetapi lebih banyak membahas airport capacity sedangkan airspace capacity tidak pernah dibahas untuk mengatasi kesemrawutan lalu lintas udara ada beberapa hal yang harus dbenahi antara lain
1, penataan kembali ruang udara di FIR JAKARTA danFIR UJUNG PANDANG
2, Penambahan tenaga ATC melalui jalur crash program karena kalau melalui jalur reguler memakan waktu sekurang-kurangnya 3 tahun
3, Mengaplikasikan Air Traffic Flow Management
4, memodernisasi ATC System disemua unit ATC
5,Menata kembali Airlines Flight Schedulling
6, Menata kembali Airport Ops Hours
7, Last but not least kerjasama dg TNI-AU untuk membuka ADIZ bisa digunakan bersama untuk kepentingan militer maupun sipil
demikian tanggapan saya mudah2 an bermanfaat
pendapat pak chapy bener,sebenarnya bukan hanya di jakarta termasuk di surabaya pun demikian surabaya bandara terpadat no 2 setelah jakarta runway kapasiti dalam 1 jam maksimal adalah 24 pesawata namun realitanya adalah 40-45 pesawat dalam 1 jam dikatakan “safe” jelas tidak tapi itulah yang terjadi team dari slot time sudah bekerja dengan baik salah satu contoh apabila ada airline yang mengajukan schedule di jam sibuk dari team tidak diberikan ijin dan di ganti ke jam yang sedikit longgar namun kenyataanya tau2 pihak airline tersebut sudah datang kembali dengan membawa surat ijin lengkap dari regulator otomatis kami tidak bisa menolak..kami berharap ada yang berani tampil kedepan untuk melakukan semua perubahan demi tercapainya keselamatan penerbangan dan tidak hanya memikirkan profit belaka