Begitu banyak komentar yang muncul atas tulisan saya kemarin yang dimuat Koran Kompas halaman 1. Salah satu yang saya terima adalah berasal dari seorang Captain Pilot Maskapai Penerbangan Luar Negeri. Dia berkata sebagai berikut :
Pak Chappy yang saya hormati , terima kasih sudah berkenan menulis masalah ini . Sangat berguna dan sangat valid kondisi nya. Saya sarankan kepada pemerintah agar segera merubah sikap bodoh pemerintah yang sudah sejak puluhan tahun yang lalu yaitu dalam menangani standart alat navigasi yang sejak dulu selalu saja check nya sudah kedalu warsa dan masih saja tidak ada pilihan penerbangan harus selalu berjalan seolah olah semua alat navigasi dalam keadaan baik.
Kedua , pemerintah harus bisa membuat daerah di final approach area bersih dari anak anak bermain layang layang ( di bandara Soekarno Hatta dan Bali sangat sering hal tersebut terjadi). Pemerintah harus bisa melacak dan terus menerus menyadarkan masyarakat agar membantu meningkatkan safety air space kita .
Kalau memang tidak cukup personel ATC harap ditambah , sebab kalau tidak seorang ATC yang fatique akan membuat kecenderungan midair collision bisa terjadi disetiap saat. Training nya dan alat nya harus ditingkatkan.
Kalau perlu minta bantuan dari para pelaku airlines agar menyumbang biaya untuk beli simulator ATC atau apa saja yang juga akan membantu safety dari semua airlines. Atau tingkatkan airport tax demi hal yang sama.Satu lagi adalah kemampuan para petugas ATC dan air crew didalam berbahasa Inggris perlu di tingkatkan. Jangan sampai seorang petugas ATC dan pilot pesawat ( asing dan domestic) mempunyai kesalahan persepsi didalam mengoprasikan pesawatnya.
Satu hal yang bisa segera ditingkatkan di bandara Soekarno Hatta adalah peningkatan rambu2 lalu lintas di taxy way , hampir semua dalam keadaan kurang baik apa lagi pada saat jarak pandang kurang baik. Lightings nya harus diperbaiki. Jangan sampai kasus kecelakaan fatal di Taipei terjadi juga di bandara kita ( gara2 signage yang kurang baik)
Selain prof chek atau base check bagi para pilot kita ada juga training lain nya ? di airlines lain nya program lain seperti pelatihan bagi air crew saat mereka berbicara di public atau di public address , ada juga simulasi regular setiap 6 bulan terhadap para air crew dan ground crew untuk mengatasi sebuah scenario kecelakaan , scenario tentang pelayanan terhadap public ( penumpang) dan latihan secara reguler tentang kecelakaan di air dan kemampuan berenang para crew diair yang tenang dan bergelombang , laithan membuka pintu darurat disaat emergency dan masih banyak lagi lain nya .
Apakah ada hal2 ini sudah dilakukan di airlines di Indonesia ? kalau ada airlines apa ?
R&D adalah perlu dilakukan dan biaya untuk meningkatkan keselamatan adalah mutlak agar kita tidak di black list lagi di dunia penerbangan international.
Salah satu keuntungan kalau perusahaan kita baik tingkat safety nya adalah bisa membantu meningkatkan jumlah penumpang international di airlines kita. Contoh nyata , penerbangan international tetangga kita yang selama ini reputasi nya bagus , walaupun mereka mengoperasikan pesawat nya adalah semuanya pesawat besar ke Jakarta sehari 7 – 8 kali , semua nya bisa penuh. Sebab semua perusahaan2 business di seluruh dunia akan menyaran kan agar pada executive nya hanya naik perusahaan tetangga kita ini . kalau tidak maka asuransi nya tidak dibayar ( seandainya ada kecelakaan). Sedangkan airlines kita yang mengoperasikan pesawat2 yang jauh lebih kecil dari perusahaan tetangga kita kadang tidak penuh kalau terbang ke Singapore.
Semua pejabat tinggi di perusahaan indonesia selalu memilih perusahaan tetangga kita walaupun sebetul nya perusahaan penerbangan kita juga sudah baik dan sudah meningkatkan pelayanan nya . Masalah safety rupanya faktor penentu bagi para executive disaat mereka akan berpergian .
Jadi bukan hanya service di cabin saja yang dinilai .Masih banyak hal yang harus terus dikejar oleh perusahaan penerbangan Indonesia dan juga oleh pemerintah kita. Jangan lah masalah safety dianggap remeh. Kepada pemerintah semoga masalah kalibrasi instrument segera ditingkatkan.
Kepada perusahaan penerbangan harap ditingkatkan R& D nya agar perusahaan nya tidak usah mengalami hal2 yang tidak menyenangkan yang sebetulnya bisa dicegah.
Selamat berbenah bagi dunia penerbangan Indonesia.
Demikian komentar dari sobat saya yang Captain Pilot dari Maskapai Asing!
Jakarta 18 Nopember 2011
1 Comment
Menanggapi tentang pelatihan awak kokpit secara berkala disamping prof check, apa yang sudah disebutkan tadi merupakan bagian dari yang sudah ada.di Garuda Indonesia. Diantaranya :
-ICAO Language Prof Test For Pilot Level 4.
-Aviation Security Recurrent Training For Pilot.
-Cockpit Resources Management.
-Dangerous Good and Aviation Security.
-Cockpit Human Interaction Management.
-Flight Safety Training and Recurrent, water and land, theory & practice.
-Upset Recovery.
-Low Visibility / CAT 2 Training and Recurrent.
-Emergency Procedure Training For Cockpit and Cabin Crew.
-EGPWS on Type Recurrent and Training.
-RVSM / RNP Recurrent and Training.
-TCAS on Type Recurrent and Training.
-ETOPS Recurrent and Training.
-Windshear Recurrent and Training.
-Line Prof Check Recurrent.
Dan masih banyak lagi yang lainnya, saya tidak hapal. Semua itu dilakukan diluar six mounthly Simulator Prof check. Lebih lengkapnya rekan Capt maskapai asing bisa tanya ke pilot Garuda sendiri. Terima kasih dan salam.