Ada ungkapan yang menarik yang pernah saya baca. Krisis ekonomi global di awal tahun 2009 ini telah membelah semua orang di dunia menjadi dua kelompok besar. Dua kelompok tersebut adalah kelompok orang-orang yang optimis dan kelompok orang-orang yang pesimis.
Kelompok orang-orang yang optimis langsung saja bersikap seolah mereka melihat lampu hijau untuk meneruskan perjuangan hidupnya. Sedangkan bagi mereka yang masuk dalam kelompok pesimis, melihat kedepan dalam perjalanan hidupnya bagaikan melihat lampu merah. Nah dengan demikian maka , akan berbahagialah mereka yang buta warna.
Saya tidak hendak mengajak anda untuk bergabung dalam kelompok pesimis dan juga kelompok yang buta warna. Lets go optimis !
Pada akhir dari perang dunia, pada saat semua orang masih larut pada masa konsolidasi, merenung dan belum tahu sama sekali tentang apa yang akan diperbuat kedepan, adalah seorang yahudi bernama Aristotelis Onasis, seorang yang menguasai tujuh bahasa, yang langsung saja bergerak untuk membeli kapal-kapal bekas dimana saja di dunia. Tentu saja dalam keadaan dan kondisi saat perang berakhir seperti itu, dia dapat memperoleh harga yang sangat murah untuk membeli kapal-kapal tersebut. Hanya membutuhkan beberapa tahun saja, kebutuhan akan kapal di seluruh dunia meningkat seirama dengan bangkitnya gerak perekonomian global. Pada saat itulah, karena sebagian besar kapal telah dimilikinya, geliat dari kesuksesan bisnis Onasis dimulai. Dunia kemudian mengenalnya dengan julukan antara lain sebagai Onasis si Raja Kapal.
Itu hanya sekedar memberikan gambaran, bahwa dalam situasi yang sangat memprihatinkan, tidak tertutup kemungkinan untuk seseorang memperoleh keuntungan yang besar. Ada juga yang mengatakan bahwa pada setiap krisis maka pasti ada peluang dibaliknya.
Krisis ekonomi global yang menandai dunia saat ini. Seperti kita ketahui bersama adalah bermula di Amerika Serikat. Siapa yang akan mengira, negara sebesar dan setangguh Amerika Serikat saat ini menghadapi krisis ekonomi yang parah. Maka sebenarnya, kalau dikatakan bahwa dibalik setiap krisis akan selalu ada peluang untuk sukses, maka dalam kondisi yang sangat berjaya sekalipun, ada peluang untuk terjadinya krisis.
Dalam banyak kesempatan, kita memperoleh informasi yang menggembirakan, yaitu, bahwa Indonesia tidak akan banyak terpengaruh oleh krisis ekonomi global yang tengah berlangsung saat ini. Disebutkan juga bahwasanya, kondisi perekonomian kita saat ini cukup baik.
Hal ini seharusnya dijadikan momentum untuk menggunakan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi oleh dunia untuk meraih kesuksesan dalam membangun Indonesia. Keuntungan yang sangat nyata berada dihadapan kita adalah , dengan terjadinya krisis ekonomi global, maka hal tersebut telah mengharuskan kita bahkan memaksa kita semua mengerjakan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan sendiri dan dimanfaatkan sendiri pula. Contoh yang sederhana adalah bahwa kita tidak bisa berharap banyak, karena barang-barang yang biasa kita ekspor, pasti akan menurun seiring dengan kemampuan ekonomi global yang sedang mengalami krisis.
Inilah saatnya kita melihat kembali tentang keberadaan kita sebagai Negara Kepulauan. Negara yang wilayah nya sebesar dua pertiga adalah terdiri dari perairan. Negara kepulauan yang terletak di daerah tropis dengan cuaca yang sangat memanjakan penduduknya. Inilah saatnya yang tepat untuk lebih intensif mengerjakan kegiatan dalam mengolah hasil laut kita dan juga sekali gus meningkatkan kegiatan pertanian yang sangat besar potensinya. Laut yang luas, tanah yang subur membentang dari Sabang sampai Merauke tersedia untuk diolah. Belum lagi kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan oleh LIPI seperti berbagai macam Teknologi Tepat Guna, sudah saatnya untuk dipikirkan dalam pelaksanaan implementasinya.
Negara kepulauan yang luas, tentu saja sangat memerlukan system transportasi yang praktis dan dapat diandalkan. Keberadaan industri strategis seperti PTDI akan banyak manfaatnya dalam memproduksi tipe pesawat terbang kecil untuk perhubungan di jalur perintis. Pemberdayaan otonomi daerah, akan sangat mempermudah komunikasi tentang kebutuhan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dari daerahnya masing-masing. Misalnya saja , kebutuhan tentang pesawat terbang kecil yang juga dapat digunakan mendarat di air, seperti pesawat amphibi.
PTDI telah memiliki disain beberapa pesawat perintis seperti CN-235, N-250 dan juga konon kabarnya tentang pesawat amphibi.
Berikutnya adalah, dari pengalaman jelas terlihat, bahwa banyak sekali keputusan-keputusan yang diambil ditingkat pusat yang kemudian tidak dapat berjalan dengan baik sebagai akibat dari tidak diketahuinya dengan benar fakta yang terjadi dilapangan. Sistem yang sangat kaku dari jaringan birokrasi juga kadang menghambat solusi masalah didaerah yang harus diputuskan segera oleh pemerintah pusat. Banyak informasi penting yang tidak sampai ditingkat pengambil keputusan di pusat. Terlalu banyak “filter” informasi dalam jaringan birokrasi dan juga ditambah lagi dengan keberadaan aturan-aturan yang kaku. Kalau kita bisa membentuk lembaga ekstra semacam KPK, mengapa kita tidak membentuk lembaga ekstra lainnya yang dapat menembus kebuntuan birokrasi dan juga kebuntuan yang disebabkan aturan dan regulasi yang sering tidak cocok dengan keadaan di lapangan. Justru lembaga ini akan dapat banyak membantu dalam penyelesaian masalah masalah tertentu sehingga mengakibatkan kesempatan orang untuk korupsi dapat dicegah jauh lebih dini.
Itulah beberapa kiat-kiat yang dapat dikerjakan ditengah-tengah gelombangn krisis ekonomi yang tengah melanda dunia saat ini. Mudah-mudahan bermanfaat.