Assalammualaikum Wr Wb,
Kemarin , kamis tanggal 4 Februari 2010, atas undangan Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda, saya mengunjungi Singapore Airshow 2010. Terasa sudah ada rasa bosan untuk mengunjungi Airshow, setelah terakhir tahun lalu melihat LIMA, Langkawi Airshow di pulau Langkawi Malaysia. Lebih-lebih mendengar Singapore Airshow kali ini tidak ada sesuatu yang “spektakuler” , sehubungan dengan krisis ekonomi yang tengah melanda dunia saat ini.
Namun, atas permintaan teman-teman di Garuda, saya kemudian memerlukan untuk datang, karena kali ini Garuda Indonesia turut memamerkan Pesawat B-737-800 nya yang baru dengan desain interior yang antara lain dipersiapkan untuk membuka kembali rute penerbangannya ke Eropa.
Ternyata, Singapore Airshow kali ini, telah menempati “site” nya yang baru. Tempat yang memang khusus dipersiapkan untuk perhelatan 2 tahun sekali, yaitu di tahun genap (tahun ganjil di Langkawi), tidak saja memfasilitasi demo udara, akan tetapi juga demo peralatan/persenjataan maritim di laut. Letak yang dipilih agar dapat memamerkan peralatan darat, laut dan sekaligus juga Udara. Seperti biasa, penyelenggaraan dilaksanakan dengan sangat baik, “well organized” pada setiap lini.
Setiap melihat Airshow di Langkawi Malaysia dan Singapore Airshow, selalu saja kemudian saya teringat kembali ke Airshow di Kemayoran tahun 1986 dan di Cengkareng di tahun 1996. Dua Airshow, yang telah begitu meng “inspirasi” Singapura dan Malaysia untuk berambisi menyelenggarakan perhelatan bergengsi yang sama. Kala itu, ditahun 1980-an, kalangan penerbangan hanya mengenal Airshow di Paris dan di Franborough Inggris, masing-masing untuk tahun genap dan tahun ganjil.
Kini, setelah sekian tahun berlalu, kita, Indonesia, sang penggagas, sang pionir kedirgantaraan di kawasan Asean, kemudian hanya menjadi “penonton” belaka. Tidak cukup hanya menjadi penonton, namun ternyata lebih parah dari itu. Dalam perjalanan dari Cengkareng ke Changi, dalam pesawat selintas saya membaca koran yang masih hangat dengan berita-berita heboh yang tidak menentu tentang kasus Century dan demo-demo yang mengiringinya. Mengisi waktu selama penerbangan yang hanya 1 jam 20 menit, sempat pula saya membaca bukunya pak Marno yang salah satu bab mengulas tentang : “Indonesia saat ini : Di Ujung Tanduk.”
Menarik, saya kutip sebagian isinya yang berbunyi : Membandingkan kondisi Indonesia kini dengan masa-masa awal berdirinya Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat memang sangat kontras. Realitas perjalanan bangsa kita dalam beberapa tahun terakhir ini rasanya berjalan terbalik dengan cita-cita luhur yang telah dicanangkan para pemuda di masa kebangkitan bangsa ini. Jika dulu orang rela dan berani berkorban demi bangsa dan tanah air, kini makin banyak yang justru mengorbankannya. Seolah pada masa sekarang, sedang menggejala semangat depatriotik dan denasionalis yang mengakibatkan bangsa dan tanah air kita semakin terpuruk.
Dibagian lain dari buku tersebut, dimuat pula sebuah puisi dari Samuel Smiles yang terkenal itu, berjudul “Law of the Harvest”, yang diterjemahkan secara bebas menjadi “Hukum Panen”.
Hukum Panen
Tanamlah pemikiran, Kamu akan menuai tindakan.
Tanamlah tindakan, Kamu akan menuai kebiasaan.
Tanamlah kebiasaan, Kamu akan menuai Karakter.
Tanamlah karakter, Kamu akan menuai nasibmu !
Mungkin, kali ini patutlah kita merenung ulang tentang keprihatianan ini untuk kita tidak berjalan menuju jurang “kehancuran”. Sadarlah kita semua, sementara semua negara dikawasan ini tengah bergerak maju, mengapa pula kita larut dengan hiruk pikuk yang membahana tanpa arah yang jelas?
Lebih-lebih dihari Jumat ini, ditengah begitu banyaknya pihak-pihak dinegeri ini yang merasa dirinya kuat dan berkuasa, marilah mengingat kembali ! Mengingat kembali apa yang pernah dikatakan oleh Muttafaq Alaih : “Orang yang kuat itu, bukan orang yang kuat bergulat, Orang yang kuat itu adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, ketika ia marah”.
Di hari jumat ini, perhatikan pula sabda dari Rasulullah SAW; “Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya itu ibarat bangunan yang masing-masing bagiannya saling memperkukuh yang lain” (HR Bukhari).
Marilah kita semua berhenti bertengkar satu dengan lainnya, saling menjatuhkan satu dengan lainnya, marilah kita menjalankan ibadah sholat Jumat siang ini dengan hati yang tenang dan ikhlas berharap ridha, taufik dan hidayahNya, Amin.
Assalammualikum Wr Ab.
Singapura 5 Februari 2010