Disela-sela mengisi waktu, tiba-tiba saya mendapatkan sebuah tulisan dari Saudara Tito Sulistio mengenai “Pinokio”. Menarik juga tulisan ini, saya pikir nggak ada salahnya kalau saya posting saja disini. Selamat Membaca !
JANJI PEMILU, JANJI PINOKIO!
Tito sulistio
A ”Chiken” in every pot & A ”Car” in every garage!, slogan kampanye pemilihan presiden Amerika yang sangat legendaris ini diucapkan oleh Herbert Hoover, Republikan di tahun 1928. Dia menjanjikan ”prosperity” kepada masa pemilih. Walau ini sebenarnya ini bukan sesuatu yang original, karena Henry IV dari Prancis di tahun 1600 an pernah mengatakan hal sama, yang berjanji mengenai ”the wish for food” bagi para petani. Entah karena janjinya yang menarik , atau Alfred Smith sang penantang yang kurang bagus, Hoover memenangkan pemilu.
Hoover bekerja sangat keras, sayang ”stock market crash” yang terjadi ditahun 1929, menyemplungkan Amerika ke depressi terbesar yang pernah ada di tahun 1929. Amerika tidak memilih Hoover lagi pemilu 1932, dia dikalahkan Franklin D. Roosevell.
Janji pemilu di Indonesia secara hukum diatur oleh undang undang. Artinya si kontestan, jika terpilih haruslah mengimplementasi janjinya. Pertanyaan terbesar, janji apa ya?. Janji pemilu yang selalu terngiang ngiang adalah slogan basa basi yang tidak berarti apa apa. ” TERUSKAN” misalnya. Janji apa ya?, apa ya yang mau diteruskan?. Kalau buat pendukungnya janji itu seperti bilang :’’ mari pertahankan kekuasaan”, sedangkan buat the losser, itu terdengar seperti :” rasain loe”… hehehe…, atau janji sang penantang ”Lebih Cepat Lebih Baik!”, buat rakyat dikampung ini hanya berarti agar pemilu selesai lebih cepat lalu rakyat bisa bekerja lagi dengan tenang, kembali kesuasana normal, gak kerja dalam ketidak tenangan, ketegangan hidup ditengah konflik yang dibuat para petinggi yang sedang berebut kekuasaan!
Dalam negara yang menganut Presidential, seperti Indonesia (katanya), janji sang kontestant wajib bisa diimplementasikan. Janji yang haruslah jelas, konkrit dan yang paling penting ”BISA DIMENGERTI” oleh masyarakat luas. Sehingga masyarakat dalam hal ini rakyat, dapat mengukur efektivitas keberhasilan ataupun kegagalan sang pemimpin. Rakyat bisa mengukur apakah sang pemimpin ini konsistent dengan janjinya, berani berindak demi mengimplimentasikan janjinya, ataukah hanya mencla mencle demi melanggengkan kekuasaaan yang dia pegang.
Beberapa tahun belakangan ini, ketidak jelasan janji kampanye sepertinya juga bahkan mempengaruhi tata kerja presiden dan para pembantunya. Ini seperti terefleksi dalam cara dan metode kerja yang tidak kompak, lari kesana lari kesini, pembagian tugas yang membingungkan bahkan hanya sangat reaktif!. Ya bagaimana lah wong Republik ini tidak punya lagi GBHN (garis besar haluan negara) ko. Ya apapun lah namanya, yang jelas rakyat tidak pernah mendengar atau mengetahui apa sih sebenarnya ”basic thinking” strategi, mau dibawa kemana Republik ini. Katanya punya rencana pembangunan 25 tahun 2004-2029, yang sayangnya baru di setujui parlemen ditahun 2007, lah 3 tahun kerja pakai patokan/target apa ya?. Kalau statement ini salah, ya maaf, wong kita tidak pernah dengar sosialisasi apapun dari sang pemimpin secara terbuka, yang jelas!, mengenai rencana dia terhadap rakyat, yang sesuai dengan janjinya masa pemilu dulu. pertanyaannya, ke para pembantunya pernah gak ya?.
So, para pemimpin, para calon pemimpin (ini buanyak banget, karena di negara kita banyak yang merasa mampu bahkan sangat mampu, dibanding yang berkuasa hehe… heubat!), tolong kalau janji yang jelas, yang konkrit, yang membumi dan yang penting yang kami bisa mengerti!!, maaf ya sekali lagi tolonggg.
Sehingga kami, rakyat, bisa bantu, bisa support, atau bisa dengan jelas bilang, ah maap lu gagal, janjilu gak benar, seperti janji Pinokio!. Awas idung lu bakal panjang Lo ?!