Pagi tadi, saya terbang dengan Garuda dari Jogyakarta ke Jakarta. Cuaca yang bagus menambah nikmat terbang pagi tadi dengan pesawat Garuda yang baru Boeing B-737-800. Sejak take off, blue sky sampai dengan hendak mendarat di Cengkareng kondisi visibility, jarak pandang lebih dari 10 kilometer. Engine pesawat yang bunyinya relatif lebih halus, ditambah dengan handling para penerbangnya yang “gentle”, telah membawa pesawat mendarat dengan mulus di Runway 07 Bandara International Airport Soekarno Hatta Cengkareng.
Begitu mendarat, segeralah terlihat betapa semrawut amburadulnya Bandara ini, dan seperti biasa, pesawat Parkir dipandu oleh Parking Master secara manual menggunakan 2 buah sejenis raket Pingpong dan berdiri diatas sebuah mobil supaya dapat terlihat oleh Pilot dari Cockpit. Sementara alat pemandu Parkir pesawat elektronik terlihat masih pada posisinya semula, akan tetapi konon tidak pernah hidup atau beroperasi sejak Cengkareng berdiri. Pesawat Parkir di dekat Garbarata/Aviobridge, akan tetapi penumpang turun ketanah untuk naik kendaraan menuju terminal lainnya. Gerakan kendaraan diarea terbatas itu, kelihatan begitu banyak dan knalpotnya terlihat tidak menggunakan filter seperti yang disyaratkan oleh peraturan kemanan terbang. Inilah hasilnya, bila Angkasa Pura dipimpin oleh orang Kereta Api. Bagian depan terminal pun sudah persis berujud sebagai stasiun Kereta Api. Pemandangan ini sudah menjadi biasa biasa saja. Begitu keluar, kita pun sudah dijemput oleh banyak calo-calo Taksi yang menawarkan jasa dengan setengah memaksa. Biasa juga, memang sudah begitu.
Garuda dari Jogyakarta ini ternyata agak terlambat, sebagai akibat dari keterlambatan tibanya dari Jakarta pagi harinya. Begitu pula saat menuju ke Jakarta sudah dipastikan memang akan terlambat dari jadwal skedul Garuda. Belum lagi, diperjalanan menjumpai masalah dengan pihak ATC/Air traffic Control, pengatur lalu lintas udara. Peralatan yang sudah tua serta keterbatasan sdm nya telah membuat pengaturan lalu lintas udara menjadi agak amburadul. ATC yang menurut UU Penerbangan yang baru saja disahkan tahun lalu, dengan catatan harus segera membentuk Institusi ATC yang single provider, sampai kini tidak pernah terdengar sedikitpun follow up nya. Ada beberapa catatan penting dalam UU Penerbangan yang harus ditindak lanjuti sebagai bentuk penyempurnaan penanganan keamanan terbang, tidak satu pun yang telah ditindak lanjuti, entah karena apa.
Dengan kondisi seperti ini, dunia penerbangan kita tengah menghadapi bahaya, bila tidak segera dilakukan beberapa terobosan untuk menanggulanginya. Salah satu yang sangat “danger” adalah, betapa traffic sudah begitu cepat meningkat yang tidak diimbangi dengan modernisasi peralatan pengatur lalu lintas udara, kualitas sdm dan pembenahan institusinya.
Seperti kata Pong Hardjatmo, diberitahu tidak didengarkan, ditulis tidak dibaca, terus kita mau apa lagi? Tapi nanti dulu Bung, ini urusan keselamatan terbang yang menyangkut banyak nyawa orang para pengguna jasa angkuta udara ! Apakah kita semua mau melihat korban berjatuhan terlebih dulu baru kemudian bebenah diri?
Jadi bagaimana? Kayaknya pada malas bekerja atau pada nggak mau bekerja atau pada nggak bisa bekerja ? Maxim Gorky pernah berkata : ” When work is a pleasure, life is joy, When work is a duty, life is slavery !” Begitu kalee……
Jakarta 1 Agustus 2010
Chappy Hakim
4 Comments
Jadi bagaimana, Pak Chappy? Apa yang dapat/harus dilakukan, apalagi tahun depan jumlah penumpang diprediksikan akan melonjak lebih jauh lagi.
Itu dia Pak Noke, saya pun nggak tau harus berbuat apa lagi? sudah terlalu banyak “perkeliruan” di dunia penerbangan kita saat ini Pak. Memerlukan satu tindakan yang sangat mendasar untuk memperbaikinya, dan kayaknya banyak orang tidak ada keinginan sedikit pun untuk memperbaiki. Sudah terlanjur enak menikmati “perkeliruan” yang berlangsung. Salam Pak ! Terimakasih.
Pembentukan ats single provider itu sangat penting dan mendesak pak chappy..juga diikuti sdm dan peralatan yang memadai. kemarin aja radar macet penerbangan terganggu…so jangan tunggu ada korban…
Betul sekali Pak Cahyo ! saya masih selalu memperjuangkannya agar bisa jadi perhatian pemerintah ! Terimakasih. Salam.