Terlebih dahulu saya ingin menyampaikan rasa terimakasih atas kepercayaan dari Pak Pray yang telah menunjuk saya sebagai salah seorang pembahas buku “Intelijen Bertawaf”, teroris Malaysia dalam kupasan. Buku yang merupakan kumpulan tulisan Pak Prayitno Ramelan di blog Kompasiana.com.
Selamat untuk Prayitno Ramelan atas terbitnya buku ini.
Tulisan di blog dan buku ini adalah sejatinya berangkat dari semangat berbagi/keperdulian.
Perwira Intelijen atau yang sering pula dikenal sebagai Instansi Dinas Rahasia yang operasinya selalu dalam konteks Under Cover, memang selalu menarik perhatian.
Dari kaca mata orang awam, maka sosok seroang Intel secara garis besar dapat terlihat dalam tiga bagian, yaitu :
Intel sejati, yang semua informasi dan data yang dimiliknya terjaga rapih dan kesemuanya itu akan dibawa mati!
Berikutnya adalah, Intel Gombal, atau Intel Melayu yang hanya berorientasi kepada usaha-usaha yang menjurus untuk mencari popularitas dan atau juga pada upaya yang bernilai komersial. Untuk itu mereka tidak akan segan untuk menghambur-hambur kan informasi/data/rahasia yang dimilikinya.
Yang ketiga adalah Intel yang posisinya :In-between atau Intel yang Bijak, yang memiliki : semangat untuk mau berbagi/sharing idea yang dilandasi dari hal yang mendasar yaitu keperdulian.
Sebagai Orang Intel yang mau atau berniat untuk Berbagi, maka pada umumnya , mereka akan mengacu kepada Ilmu yang diperolehnya dari berbagai buku atau sarana lainnya dan juga Pengalaman yang dijalaninya. Inilah kelebihannya seorang Intel, bila mereka mau berbagi.
Informasi sendiri sebenarnya hanya akan berupa data yang diperoleh. Bila data itu hendak diberikan bobot sehingga tidak hanya berupa informasi saja, maka informasi itu dilengkapi dengan “pesan” tertentu atau “Message”. Bila dianggap bahwa pesan ternyata masih belum cukup maka dapat ditambah lagi dengan “peringatan” atau Warning. Nah bila peringatan tidak juga dirasa cukup, maka biasanya akan ada penyelenggaraan Demo, dan bila demo berlangsung anarkis dan tidak dapat diatasi, maka tidak tertutup kemungkinan terjadinya the people power atau Revolusi.
Mengapa ada semangat untuk berbagi atau rasa peduli. Biasanya, hal tersebut adalah merupakan respon dari adanya rasa keprihatinan dalam melihat kondisi situasi yang ada di tengah-tengah kita. Dalam hal ini ada satu aspek yang ditinjau oleh seorang Prayitno Ramelan yaitu topik tentang Terorisme. Lebih hangat lagi karena disini kemudian muncul “Malaysia”, satu issue yang multi tafsir tentang banyak hal yang berhubungan dengan hubungan emosional bangsa serumpun. Katakanlah : TKI, TKW, Pendatang Haram, Hak Paten Batik, Keris, Lagu Rasa Sayange, Tari Pendet, Kasus Ambalat dan yang paling populer adalah tentang teroris yang bernama, Noordin M Top.
Disinilah PRAY, begitu nama “beken” dari Prayitno Ramelan dalam mengolah banyak tulisan di blog kompasiana.com yang sebagian kecilnya kemudian disusun sebagai sebuah buku yang diberi Tajuk “Intelijen Bertawaf”. Salah satu Kelemahannya adalah kurang hadirnya unsur “sex” dalam issue Malaysia ini yang simbolnya diwakili oleh kasus Manohara .
Dua minggu terakhir ini, secara kebetulan saya melakukan kunjungan singkat ke Singapura dan Malaysia. Antara lain melihat LIMA, Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition, di pulau Langkawi. Contoh dari dua negara kecil yang “besar”. Negara yang memiliki “VISI” dan dikelola dengan manajemen yang rapih dan dibawah Strong Leadership! Mungkin sekali dikedua negeri itu tidak ada “demokrasi”. Akan tetapi rakyatnya makmur, negaranya aman dan tidak ada hingar bingar, tidak ada demo sini demo situ dan tidak ada tawuran pelajar dan mahasiswa, satpol PP versus pedagang kaki lima. Tidak ada juga koalisi dan Panja ini Panja itu di gedung parlemennya. Memang terasa “Kurang Asyik!”.
Menjemukan sekali. Semuanya teratur dan tertib, enggak enak banget, enggak bisa nyelak kalo antri. Enggak bisa nyebrang sembarangan, harus di zebra cross, enggak bisa seenaknya buang sampah, susah banget, harus cari tempat sampah dulu baru bisa buang sampah, payah!
Di Airport, mengantar orang enggak boleh ikut masuk. Satpamnya sok disiplin, enggak mau dikasih duit, malah marah, brengsek banget.
Singapura dan Malaysia sudah memiliki “Bineal Airshow” (pameran udara dua tahunan) yang sangat menarik dan digarap secara profesional, konsisten, kontinyu dan maju secara periodik dari waktu kewaktu. Sedangkan Indonesia sebagai pionir “airshow” pada tahun 1986 dan 1996, malah redup dan tidak melaksanakannya lagi.
Dua minggu terakhir ini kita pun dihidangkan dengan berita-berita kecelakaan pesawat di Kupang dan Denpasar yang menimpa Maskapai Merpati, Batavia dan Lion Air di Jogjakarta. Dunia penerbangan nasional sepertinya memang dilola atau diatur secara amatiran. Kecelakaannya, sering saya sebut dengan istilah “TIDAK BERMUTU”. Tidak bermutu karena kesemua kecelakaan itu sebenarnya hanya terjadi sebagai akibat dari lalai nya pihak yang bertanggungjawab dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
Pelayanan di bandara sangat “Kampungan” dengan airport tax yang sangat mahal, pelayanan sama sekali tidak sebanding, calo berkeliaran, termasuk calo taksi. Transportasi antar terminal nyaris tidak ada.
Belum lagi bila kita melihat tentang Anggodo dengan kasus Bank Century yang telah membuat negeri ini geger dengan berita-beritanya. Tambah lagi mengenai Prita dengan “keanehan” kasusnya, dan juga kisah seorang nenek yang mencuri tiga biji kakao. Semua itu menunjukkan bahwa pengelolaan dibanyak sektor kehidupan penting yang menyangkut kepentingan orang banyak ujudnya : amburadul!
Ada apa sebenarnya dengan itu semua . Beberapa orang sangat sinis melihat hal ini sebagai : Jangan-jangan inilah “Cita-cita Kita Semua”.
Nah, sebenarnya disinilah letak dari satu Kelemahan yang dikenal dengan istilah “Leadership” dan “Manajemen”.
Mulai tahun lalu, muncul satu blog yang merupakan bagian dari Kompas.com yang bernama : Kompasiana.com sebagai wadah atau perpustakaan serba ada yang sifatnya gado-gado atau campur sari. Tempat berkumpulnya orang-orang yang perduli dan juga dengan mengembangkan semangat berbagi diantara sesama.
Sumbangsih pemikiran banyak diberikan oleh para blogger yang antara lain dialamatkan kepada para “Komisaris” dan “Direktur” PT. Republik Indonesia.
Kabinet Indonesia Bersatu berarti tidak butuh lagi penasihat atau tim ahli. Mereka akan sangat dengan mudah memperoleh masukan dan saran positif tentang semua aspek pengelolaan negara. Tinggal baca saja Kompasiana.com GRATIS!
Bagi para Blogger yang Tidak puas dengan hanya posting tulisan di blog, maka mereka pun, menerbitkan buku khusus yang dapat pula digunakan sebagai buku panduan bagi banyak masalah yang dihadapi, terutama untuk para Menteri Koordinator, apakah itu Menkokesra – Menkopolhukam dan atau Menkoperekonomian.
Psikolog Pendidikan Perancis, mengatakan bahwa ternyata kegiatan aktif di Blog, dapat meningkatkan Intelektualitas seseorang dalam menulis dan membaca. Sehingga dengan demikian, apabila hasil tulisan diblog dan terbitan buku para blogger tidak juga dimanfaatkan oleh pihak yang berwenang, maka paling tidak Kompasiana.com telah dapat memberikan tempat yang tepat dalam upaya pemerintah untuk turut men “Cerdaskan Kehidupan “Bangsa”.
Terimakasih Manajemen Kompas, dan
Sekali lagi : Selamat kepada Pak Prayitno Ramelan dengan penerbitan Buku nya : “INTELIJEN BERTAWAF”, teroris Malaysia dalam kupasan.
Bagi Pak Prayit dan juga seluruh Blogger Kompasiana : “SAYA TUNGGU BUKU BERIKUTNYA!”
Selamat dan Sukses !
Jakarta 5 Desember 2009
Chappy Hakim
2 Comments
dari blog Bapak saja, saya sudah dapat belajar banyak hal. terima kasih Pak Chappy untuk blog nya..
Sama-sama terimakasih ! Salam.