Wright Bersaudara saat berhasil menerbangkan pesawat bermesin pertama di dunia pada tahun 1903, tidak pernah membayangkan bahwa Industri Penerbangan akan menjadi sebuah Industri Raksasa yang merajai jasa angkutan udara antar benua. Industri penerbangan atau aviation industry bahkan sering disebut-sebut sebagai multi million dollar business. Tidak heran karena memang industri penerbangan yang sangat erat dengan teknologi telah menjadi ajang pengembangan dari gaya hidup yang berkait dengan transportasi udara.
Muncul kemudian istilah Jetset, yang menggambarkan komunitas borjuis yang kerap bepergian dengan pesawat Jet yang mewah. Pada sisi lainnya, pabrikan pesawat terbang berlomba untuk mendapatkan pasar yang ternyata cukup menggiurkan itu. Bisnis dalam dunia penerbangan ternyata bukanlah bisnis yang mudah, walau sangat merangsang. Namun terjun ke bisnis penerbangan telah menjadi gengsi tersendiri bagi para pebisnis papan atas. Dunia penerbangan yang sudah terlanjur berada pada tempat yang khusus itu, memang kemudian menjadi terkenal dengan ciri-cirinya yang glamour dan luxurious.
Dalam perkembangannya , dari begitu banyak pabrik pesawat terbang dimuka bumi ini, maka yang muncul dipermukaan adalah dua pabrik besar yaitu Boeing dan Airbus. Sepanjang 30 tahun terakhir persaingan ini telah memunculkan demikian banyak jenis pesawat yang menjadi populer dikalangan para pengguna jasa angkutan udara niaga di seantero jagad ini. Sebut saja Boeing – 747 dan Airbus 320 dan terakhir, penguasaan teknologi dan pasar pesawat terbang seolah-olah kini sedang berada di Airbus dengan produk mutakhirnya Super Jumbo Airbus A-380. Boeing tengah menyiapkan pesaingnya yang tidak lama lagi juga akan terjun ke pasar yaitu B – 787 the Dreamliner. Airbus dan Boeing sudah tampil layaknya musuh bebuyutan, walau tidak sedikit pabrik pesawat terbang lainnya yang berusaha untuk dapat juga memperoleh bagian dari kue industri penerbangan yang terlihat sangat menjanjikan itu. Pada lapis dibawahnya terlihat pabrik-pabrik seperti Embraer milik Brasil, Bombardier Aerospace di Kanada dan beberapa pabrik lainnya di China , India dan lain sebagainya, turut mengintip pasar tersebut.
Persaingan ketat yang tidak jarang juga keras kerap terjadi dalam konteks perebutan pasar moda angkutan udara ini. Salah satu diantaranya yang masih segar dalam ingatan adalah bagaimana IPTN kala itu berusaha juga untuk masuk kedalam kancah pasar global dengan produksinya N-250. Pesawat N-250, yang sempat tampil di Paris Airshow penuh gengsi itu bahkan diramalkan akan merajai pasar pesawat terbang untuk kelas short and medium range aircraft. Konon karena produk IPTN tersebut telah dilihat sebagai ancaman pasar bagi pabrik-pabrik pesawat milik negara adikuasa, maka upaya untuk menghambatnya pasti menjadi logis untuk dapat dicerna. Demikianlah, saat Republik Indonesia mengalami krisis keuangan, yang kemudian menerima “bantuan” IMF maka keluarlah salah satu persyaratan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yaitu menghentikan subsidi dana keuangan untuk IPTN. Benar atau tidak walahualam, akan tetapi tetap saja orang dengan mudah dapat menerimanya seperti itu. Proses untuk mendapatkan sertifikasi dari FAA, Federal Aviation Administration yang terasa sulit sekali, dan berakhir dengan larangan IMF , lalu apalagi yang bisa diartikan disitu selain dengan persepsi adanya persaingan yang sangat keras dibidang industri penerbangan global.
Transaksi pengadaan pesawat terbang yang berharga sangat mahal, pastilah akan melibatkan lembaga-lembaga keuangan raksasa yang berkelas, disamping tidak jarang juga melibatkan unsur pemerintah dari suatu negara turut berperan didalamnya. Kehadiran Presiden Amerika Serikat di Bali baru-baru ini dalam momen penandatanganan kontrak pembelian pesawat Boeing adalah satu dari banyak contoh bisnis ini, memang bisnis yang “high-class”.
Pada bagian lain, bila terjadi kecelakaan pesawat terbang, lebih-lebih yang membawa banyak korban, maka peristiwa tersebut akan menjadi “head-line” dihampir semua media cetak, media elektronik dan juga bahkan di media “on-line”. Yang kemudian menjadi lebih menarik lagi adalah, pemberitaan tentang penyelidikan dan pengumuman penyebab terjadinya kecelakaan selalu saja mengundang pertanyaan yang kerap tidak terjawab. Khusus pada kecelakaan-kecelakaan yang fatal terutama dengan korban orang-orang terkenal, tidak jarang yang terjadi adalah pemberitaan yang lebih banyak lagi mengundang tanya. Pada proses penyelidikan penyebab terjadinya kecelakaan, sudah muncul banyak pertanyaan dari orang awam tentang apa sebabnya dan juga kenapa memakan waktu lama untuk mengetahuinya.
Tidak jarang bahkan diantaranya muncul cerita-cerita mistis yang mengiringinya. Belum lagi penjelasan-penjelasan yang dikeluarkan beberapa pihak terkadang juga tidak sama dan juga bahkan berlawanan. Akhirnya, pengumuman yang biasanya sudah memakan waktu lama, tidak pernah dapat memuaskan pihak yang berkepentingan terutama keluarga korban. Kesemua itu selalu saja dibumbui pula dengan banyak hal yang misterius sifatnya. Faktor penyebab kecelakaan pesawat memang menjadi tidak sederhana karena pasti terkait dengan proses ganti rugi dan rangkaian tuntutan pihak-pihak yang dirugikan. Disini tidak hanya pihak Makapai penerbangan yang direpotkan, akan tetapi juga institusi resmi pemerintah turut terseret dalam konteks tanggung-jawab sebagai regulator penyelenggaraan industri penerbangan. Belum lagi pihak asuransi yang harus menyelesaikan tanggung-jawab kepada para pelanggannya. Itulah semua, kemudian yang mungkin menjadi penyebab, bila terjadi kecelakaan maka akan muncul banyak misteri disana. Muncul banyak keanehan-keanehan yang kerap tidak masuk akal atau paling tidak menjadi sulit untuk dicerna terutama bagi orang awam.
Demikian pulalah dengan apa yang terjadi disiang hari cerah tanggal 9 Mei yang lalu di Gunung Salak dengan pesawat Sukhoi Super Jet 100. Beredarlah tentang tidak berfungsinya ELT, Emergency Locator Transmitter dari pesawat tersebut. Beredar pula berita yang simpang siur tentang Black Box. Sebentar dikatakan sudah ditemukan, tidak berapa lama kemudian dibantah oleh pejabat yang berwenang. Selanjutnya, berkait dengan kedatangan tim bantuan dari Rusia, ada juga yang mengatakan bahwa mereka akan mencari dan membawa black box pulang ke Rusia. Tersiar pula kemudian berita bahwa ditemukannya korban yang diperkirakan pilot pesawat dengan parasut yang tergantung di pepohonan. Sebelumnya, tersebar pula berita tentang adanya korban yang masih utuh dan lain sebagainya. Aneka cerita dan berita beredar termasuk pula foto-foto korban yang disebarluaskan dengan tidak bertanggung-jawab. Terakhir terbersit berita yang mengabarkan bahwa pesawat SSJ-100 yang mengalami kecelakaan tersebut adalah merupakan pesawat pengganti yang didatangkan dari Moskow, karena pesawat yang semula direncanakan ke Jakarta telah mengalami kerusakan diperjalanan. Begitulah terlalu banyak hal-hal misterius bermunculan terutama mengiringi pemberitaan tentang kecelakaan pesawat terbang.
Persaingan yang terjadi di Industri Pesawat Terbang, demikian pula yang terjadi antar maskapai dan juga persaingan antar negara memang tidak dapat dihindari dalam pergulatan pasar angkutan udara. Berkembang pula cerita-cerita spekulatif yang memaparkan bahwa dunia penerbangan sudah terlanjur menjadi miliknya Airbus dan Boeing saja. Bila ada atau muncul pesaing baru yang datang, maka pasti akan disikat. Lalu dihubung-hubungkanlah dengan penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Benar ? atau sekedar isapan jempol belaka ? tidak ada yang bisa memastikan. Misteri selalu akan saja menyelimuti itu semua.
Akhirnya, bisnis yang menyangkut jutaan dolar dan melibatkan para pebisnis tingkat atas serta kalangan selebritis, tidak bisa dihindarkan untuk tidak mengundang banyak hal yang misterius. Demikianlah maka, Aviation industry is a multi million dollar business and they are a lot of mystery in it ! katanya………….
Jakarta 13 JUNI 2012
Majalah Angkasa Juni 2012