Kamis, 8/2/2018 di perpustakaan Litbang Kompas, dilangsungkan peluncuran dan bedah buku tentang hubungan internasional berjudul Indonesia, ASEAN, & Ketidakpastian Hubungan Internasional ( Penerbit Buku Kompas, 2018).
Penulis buku ini adalah seorang analis politik dan ekonomi khususnya dalam kaitan yang berhubungan erat dengan masalah hubungan internasional yang sudah banyak dikenal, Beginda Pakpahan, PhD, guru besar Universitas Indonesia.
Pakpahan meraih PhD dalam bidang Politik dan Hubungan Internasional di University of Edinburgh, United Kingdom.
Bedah buku yang berlangsung sangat efektif dan efisien karena dilangsungkan di tengah-tengah rak buku perpustakaan Litbang Kompas dengan dihadiri kalangan yang sangat terbatas dari para kalangan peminat dan pemerhati masalah hubungan internasional.
Juru bedah buku adalah seorang analis dari CSIS dan dipandu oleh moderator yang sangat menguasai materi tentang hubungan internasional. Di samping Guru Besar dan mantan Duta Besar, hadir pula beberapa orang yang menaruh minat pada permasalahan hubungan internasional.
Diskusi dalam bedah buku ini menjadi menarik, karena banyak dibahas tentang eksistensi ASEAN sebagai sebuah organisasi regional yang sudah cukup lama berdiri.
Menarik karena di samping bahasan diskusi banyak membahas bagaimana isu nasionalisme versus regionalisme dan atau globalisme yang kini berada di tengah persimpangan jalan. Pembicaraan juga mempertanyakan sampai sejauh mana manfaat ASEAN bagi Indonesia atau bagi masyarakat Indonesia sebagai individu.
Pada titik ini, maka saya teringat lagi dengan apa yang pernah dinyatakan oleh Perdana Menteri Australia pada saat memberi kata pengantar dalam publikasi Buku Putih Australia ditahun 2012 yang lalu dalam menghadapi abadnya Asia. Kutipannya adalah sebagai berikut:
Asia’s rise is changing the world. This is a defining feature of the 21st century – the Asian Century. These developments have profound implications for people everywhere. Asia’s extraordinary ascent has already changed the Australian economy, society and strategic environment. The scale and pace of the change still to come mean Australia is entering a truly transformative period in our history.
Within only a few years, Asia will not only be the world’s largest producer of goods and services, it will also be the world’s largest consumer of them. It is already the most populous region in the world. In the future, it will also be home to the majority of the world’s middle class.
The Asian Century is an Australian opportunity !
I want our nation to be a winner as our region changes and I want every Australian to be a winner too ! I ask all of You to play your part in shaping our future ! The Future of Australia.
Uraian di atas menjelaskan dengan sangat terang benderang tentang bagaimana sebenarnya Australia harus bersikap dalam menatap masa depannya yang penuh dengan ketidakpastian.
Kalimat-kalimat di atas juga menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa yang akan dihadapi ke depan adalah sebuah era yang diantisipasi menjadi miliknya Asia, akan tetapi dapat diarahkan dengan sebuah penekanan tentang masa depan yang cerah bagi Asia itu adalah justru merupakan “Australian Opportunity”.
Dalam hal ini, saya hanya ingin berbagi dan menggarisbawahi tentang bagaimana seorang pemimpin Australia memberikan arahan kepada rakyatnya dalam menghadapi tantangan masa depan.
Masa depan yang tidak hanya akan penuh dengan tantangan akan tetapi juga penuh dengan ketidakpastian tentu saja. Dengan sangat cerdas Julia Gillard menekankan tentang era atau abadnya Asia adalah sebuah oportunitas bagi Australia.
Hal yang menarik di sini adalah, Australia dalam menatap masa depannya sudah tidak lagi terlihat sebagai sebuah negara yang harus tetap bergantung kepada kepentingan pihak Barat.
Kemandirian sebagai sebuah negara yang harus menghadapi sendiri tantangan yang akan dihadapinya. Kelihatannya, sebagaimana isu yang dibahas dalam bedah buku Pakpahan tentang hubungan internasional yang penuh dengan ketidakpastian, Australia juga melihat perkembangan yang sama dalam dunia global yang ditandai perubahan signifikan seperti yang ditunjukkan dalam Brexit dan kebijakan Donald Trump yang lebih fokus kepada kepentingan Amerika untuk Amerika dulu.
Dalam konteks dan perspektif yang berbeda dalam melihat ASEAN sebagai sebuah organisasi regional, Presiden Duterte menekankan tentang perlunya ASEAN dapat dikembangkan dalam mempererat juga hubungan militer antar negara-negara ASEAN.
Menurutnya ASEAN harus juga terlihat sebagai sebuah kawasan yang memiliki kekuatan disegani dalam tataran kekuatan global yang kini tengah berkembang.
Pada sisi lain, terlihat bahwa para pemimpin ASEAN belum melihat hubungan yang erat dalam bidang militer sebagai sebuah kebutuhan yang urgen.
Diskusi dalam bedah buku ini juga sempat sedikit menyinggung tentang peran Indonesia yang didambakan para anggota lainnya untuk dapat memosisikan dirinya sebagai leader of ASEAN.
Tepat pukul 16.00 WIB acara bedah buku ditutup dengan closing dari sang penulis. Syukur alhamdulillah, saya memeroleh tambahan pengetahuan dan wawasan dari acara yang sangat menarik dalam bahasan hubungan internasional yang penuh dengan ketidakpastian.
Selamat untuk buku barunya Pak Beginda Pakpahan PhD.