Selandia Baru ternyata adalah negara yang benar-benar menghayati kelima sila dari Pancasila. Di Selandia Baru, pemerintahnya benar-benar secara serius lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak, daripada kepentingan pribadi, golongan atau kelompok tertentu.
Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari antara lain, bagaimana mereka mengatur semua aspek kehidupan, mulai dari fasilitas orang untuk menjalankan ibadah nya sampai dengan pengaturan dari lalu lintasnya. Kepentingan rakyat banyak harus didahulukan. Para pejabatnya dilarang menggunakan mobil atau motor pembuka jalan , apalagi yang menggunakan sirene.
Tidak itu saja, bahkan untuk seluruh warga asing yang tinggal di Selendia Baru, walaupun anggota diplomatik mereka diatur untuk tidak mengganggu sistem lalu lintas. Semua diplomat, seperti yang berlaku didunia internasional akan memperoleh hak imunitas nya sebagai diplomat.
Akan tetapi di Selandia Baru, ditegaskan bahwa imunitas diplomatik yang diberikan adalah, tidak termasuk didalamnya tentang “traffic rules” atau hukum lalulintas jalan raya. Dengan demikian mereka tidak membuka peluang orang asing untuk merusak tata tertib berlalu lintas di Selandia Baru. Bahkan baru-baru ini , seorang pejabat tinggi pemerintahan ditilang oleh polisi lalulintas karena melanggar garis putih di area lampu merah. Hukum untuk semua, benar-benar dilakukan di lapangan.
Demikian pula tentang jalan tol. Di Selendia Baru terdapat jalan tol yang semua rakyatnya boleh menggunakannya secara gratis. Karena ternyata Selandia Baru menganut pemahaman bahwa : “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Di Selendia Baru, diberlakukan sistem subsidi silang yang benar-benar berpihak kepada kepentingan orang banyak. Tidak ada orang kaya atau pengusaha kaya yang bisa berkelit dari pajak yang cukup tinggi. Namun mereka semuanya merasa nyaman karena mereka mengetahui dengan jelas bahwa perolehan pajak oleh negara dipergunakan dengan mengutamakan pada upaya-upaya yang bertujuan untuk men “support” para “single mother with children”, orang-orang yang menderita gangguan fisik, bantuan bagi warga yang belum memperoleh pekerjaan, serta jaminan sosial lainnya bagi warga yang kurang mampu. Pemerintah nya benar-benar berorientasi kepada “keadilan sosial bagi seluruh rakyat ” nya, serta juga sangat “berperi kemanusiaan”.
Disetiap sudut kota selalul disediakan banyak fasilitas antara lain “play ground” yang dapat dinikmati oleh setiap anak Selendia Baru. Anak-anak di Selendia Baru tidak dibiarkan tumbuh dengan berkeliaran di jalan-jalan atau di “shopping mall”, karena pemerintah nya tidak menginginkan generasi penerusnya tumbuh menjadi manusia-manusia yang konsumtif. Mereka lebih memberikan fasilitas untuk anak dengan unsur-unsur yang edukatif sifatnya agar mereka dapat menjadi manusia yang unggul seutuhnya. Mereka lebih memprioritaskan untuk membangun perpustakaan.
Di setiap suburb, kawasan pinggir kota selalu disediakan perpustakaan yang sangat bagus. Perpustakaan ini dilengkapi tidak hanya dengan buku-buku yang menarik, akan tetapi juga disediakan DVD dan atau VCD, kaset “play station”. Semuanya itu lengkap dengan klasifikasinya, yaitu diberikan tanda G (general) untuk semua umur, PG (parent guidance) bagi anak-anak yang masih memerlukan pendamping orang tuanya dan M (mature) yang diperuntukkan bagi orang dewasa, dengan catatan bahwa buku, film atau play station itu banyak mengandung unsur-unsur kekerasan dan atau seks di dalamnya. Juga disediakan fasilitas internet di perpustakaan tersebut. Semua fasilitas yang tersedia itu benar-benar disajikan untuk masyarakat, karena itu mereka tidak dipungut bayaran sama sekali, alias gratis.
Pemerintah Selandia Baru mempromosikan misi “zero pollution”, dengan ini disamping menertibkan pelayanan publik dengan sistem transportasi yang sangat memihak rakyat kecil, juga diusahakan dengan melaksanakan sistem transportasi yang ramah lingkungan.
Jasa Bus umum sangat diutamakan dan diselenggarakan dengan orientasi penuh kepada kepuasan pelanggan. Setiap supir Bus diwajibkan untuk memastikan terlebih dahulu bahwa seluruh penumpang sudah duduk dibangkunya masing-masing, baru boleh menjalankan bus nya itu. Penumpang sangat dimanjakan dan dihormati.
Berkait dengan upaya kebersihan dalam rangka “zero pollution”, mereka juga menjalankan apa yang dikenal dengan “waste management”. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada seorangpun yang berani membuang sampah sembarangan. Mereka sudah terdidik dengan baik tentang issue kebersihan lingkungan. Demikian pula mengenai kebiasaan masyarakatnya yang tidak mudah tergiur dengan barang-barang yang model baru. Mereka menganut pemahaman “Function Not Fashion”.
Untuk yang satu ini, Selandia Baru kemudian dikenal dengan negara yang ketinggalan jaman. Pada sisi apapun, termasuk Hand Phone, mereka lebih suka memakai barang yang masih bisa dipakai atau masih berfungsi dan tidak akan menggantinya hanya karena alasan “mode”, kecuali memang sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Sebagai contoh, banyak dijumpai keran atau ledeng yang sudah sangat kuno untuk ukuran kita, akan tetapi jangan heran, airnya mengalir dan bersih.
Agak berlainan dengan yang sering kita jumpai, misalnya di International Airport. Airport di Selendia Baru ledeng nya kuno tetapi dengan air yang bersih dan mengalir serta tidak bocor. Di airport – airport kita , kerap dijumpai ledeng-ledeng model terbaru, akan tetapi, beberapa banyak yang mati, dan kalau ada yang hidup, biasanya ada juga yang tidak bisa ditutup dengan rapat, menyebabkan air tetap mengalir dan mengakibatkan becek diseluruh ruangan. Dan kita semua menganggapnya biasa-biasa saja. Sekali lagi disini pemerintah daerahnya sangat memperhatikan kepentingan pelayanan publik.
Itulah semua, implementasi dari Pancasila di Selandia Baru, padahal kemungkinan besar mereka tidak tahu apa itu Pancasila ?
1 Comment
Membaca tulisan Bapak, saya sangat terharu. Menurut saya, selain menerapkan Pancasila secara murni dan konsekuen (istilah Orba), kehidupan di NZ juga sangat Islami, meski kemungkinan besar mereka juga tidak tahu apa itu ajaran Islam (sangat jauh berbeda dng gerombolan di Jkt yg berkedok Islam, tetapi kelakuannya sangat kafiris, bakar sana kepruk sini). Terima kasih pak, mencerahkan.