Pada tanggal 4 Nopember lalu pukul 17.04 wib, saya menerima sms dari Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda yang isinya sebagai berikut : Yth Pak Chappy Hakim. Kami mengundang utk hadir dalam peresmian batch ke-2 pesawat baru A-330-200 dan B-737 – 800 yang akan diresmikan MenHub dan Meneg BUMN pada hari senin tgl 9 Nov 2009 jam 1100 smp jam 13.30 (termasuk lunch) di hangar GMF AA – Airport Soekarno – Hatta Cengkareng. Undangan sdh kami kirim. Mohon kehadirannya. Wass. Emirsyah Satar.
Segera saja saya membuat catatan di “what to do” nya HP saya dihalaman kalender kegiatan minggu ke 2 bulan Nopember 2009.
Pagi tadi, tepat pada tanggal 9 Nopember, saya meluncur ke Cengkareng memenuhi undangan Emir. Dihanggar GMF, sudah terdapat banyak tamu-tamu yang berdatangan, relasi Garuda, beberapa Duta Besar, Wartawan, dan juga para anggota DPR. Saya bertemu antara lain dengan Dirjen Perhubungan Udara, Sdr Dudi Sudibjo mantan wartawan Kompas dan sekarang aktif di majalah Angkasa, Tengku Burhanudin dari INACA, Sdr Budhi Sujitno, para komisaris Garuda dan juga Bung Tommy mantan Pemred Harian Kompas yang kini lebih terkenal dengan acara tentang ekonomi di Metro TV .
Kursi undangan yang disusun rapi, dibungkus dengan sarung berwarna putih yang mengesankan bersih dan apik. Persis di depan jajaran kursi undangan itulah di parkir kedua pesawat yang akan diresmikan. Pesawat Baru alias “Brand New” yang kata DIrut Garuda Emirsyah Satar, saat ini jajaran Garuda sudah lupa bagaimana ujudnya pesawat baru itu. Maklum katanya sudah lebih dari sepuluh tahun terakhir Garuda selalu saja bergumul dengan pesawat “bekas”.
Melihat upacara siang itu, saya menaruh harapan yang besar kepada potensi berkembangnya sang Garuda kebanggaan kita bersama. Momentum saat ini, di era krisis ekonomi global yang tengah melanda dunia, dimana sebagian besar perusahaan penerbangan terkenal terpaksa melakukan PHK, justru Garuda tengah berkembang seolah tidak tersentuh krisis tersebut. Kebutuhan transportasi udara di kawasan Indonesia sebagai Negara kepulauan dan juga tata letak dari beberapa Negara disekitarnya, sangatlah dominan. Dominan dalam arti sangat dibutuhkan dan tidak atau sulit sekali untuk di-ingkari.
Pengembangan Garuda seyogyanya dapat dikawal oleh jajaran manajemen yang professional sehingga momentum yang saat ini sedang sangat bagus tidak kemudian menjadi sia-sia.
Beberapa kelemahan haruslah segera dibenahi. Penerbangan yang “on-time” atau tepat waktu kiranya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Demikian pula pelaksanaan perawatan teknis pesawat haruslah mendapatkan perhatian yang serius. Jangan lagi ada kecelakaan yang hanya disebabkan oleh kecerobohan personil teknik. Pelatihan para penerbang dan disiplin secara keseluruhan dalam pelaksanaan operasi penerbangan akan menjadi kunci keberhasilan sukses bagi perusahaan.
Peran Regulator, dalam hal ini Departemen Perhubungan tentu saja tidak dapat diabaikan begitu saja. Semua orang pasti mengharapkan Garuda adalah maskapai penerbangan yang terbaik di Indonesia, jangan sampai kalah oleh maskapai penerbangan lainnya. Selama ini kita sangat faham dengan keberadaan maskapai penerbangan swasta yang beroperasi dibawah standar Internasional. Selama ini kita memahami benar bagaimana permainan harga tiket yang sangat “ugal-ugalan” yang dilaksanakan yang tidak mustahil sangat berpotensi untuk terjadinya kecelakaan. Kita juga sangat faham dengan bagaimana manajemen para operator penerbangan yang berkait dengan hubungan kerja antara penerbang dan perusahaan masih memerlukan banyak perbaikan karena sangat berhubungan dengan keselamatan penerbangan.
Garuda haruslah senantiasa menjadi teladan dalam semua aspek yang berkait dengan pelaksaaan operasi penerbangan komersial di negeri ini. Garuda haruslah senantiasa dapat menjadi contoh yang baik bagi operator lainnya dalam menyelenggarakan misi operasi penerbangan komersial yang “world class”.
Melihat kinerja nya selama ini, jujur harus diakui bahwa pengembangan dari industri penerbangan kita secara keseluruhan masih memerlukan “kerja keras” dari seluruh para pelakunya. Tantangan kedepan akan semakin berat, dan harus diingat bahwa sampai kini pun Republik Indonesia, dunia penerbangannya masih nongkrong di “kategori” 2 alias “un-safe” dalam penilaian FAA (Federal Aviation Administration).
Mari kita bekerja keras untuk itu semua dan jayalah “Garuda” ku !
2 Comments
Apik tenan.
Maturnuwun pak !